Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

7 Fakta Kurniawati Kepala SMAN 9 Tambun Selatan Dipecat Dedi Mulyadi: Didemo Siswa hingga Isu Pungli

Kurniawati, Kepsek SMAN 9 Tambun dicopot Dedi Mulyadi usai didemo pelajar terkait dugaan pungli, pengadaan fiktif, dan fasilitas sekolah bermasalah.

Editor: Awaliyah P
KOLASE/TRIBUN JABAR
KEPALA SEKOLAH DIPECAT - Kepsek SMAN 9 Tambun dicopot Dedi Mulyadi usai didemo pelajar terkait dugaan pungli, pengadaan fiktif, dan fasilitas sekolah bermasalah. 

7 Fakta Kurniawati Kepala SMAN 9 Tambun Selatan Dipecat Dedi Mulyadi: Didemo Siswa hingga Isu Pungli

TRIBUNJATENG.COM - Inilah 7 fakta Kurniawati, Kepala SMAN 9 Tambun Selatan yang dipecat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Nasib Kurniawati, Kepala SMAN 9 Tambun Selatan, kini jadi sorotan publik.

Ia resmi dicopot dari jabatannya oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Pencopotan ini dilakukan setelah aksi unjuk rasa besar-besaran yang dilakukan oleh ratusan siswa pada awal Juni 2025.

Para siswa menyuarakan sejumlah dugaan pelanggaran di lingkungan sekolah, mulai dari pungutan liar berkedok sumbangan, pengadaan fiktif, hingga buruknya fasilitas sekolah.

Berikut 7 fakta lengkap terkait pencopotan Kurniawati sebagai Kepala SMAN 9 Tambun Selatan:

1. Didemo Ratusan Siswa SMAN 9 Tambun Selatan

Pada Selasa, 3 Juni 2025, ratusan siswa dari kelas X dan XI SMAN 9 Tambun Selatan berkumpul di halaman sekolah untuk melakukan aksi unjuk rasa damai.

Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kepemimpinan Kepala Sekolah Kurniawati.

Mereka membawa spanduk dengan berbagai tulisan sindiran. Salah satu spanduk bertuliskan:

"Cuci Tangan Pakai Abu, Sehat Bu?"

Menurut para siswa, selama ini kepemimpinan Kurniawati tidak berpihak pada kebutuhan siswa.

Berbagai saran dan masukan dari siswa tidak pernah ditindaklanjuti.

2. Dicopot Langsung oleh Gubernur Dedi Mulyadi

Setelah aksi demo viral di media sosial, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, langsung mengambil tindakan.

Ia memutuskan untuk mencopot Kurniawati dari jabatannya sebagai kepala sekolah.

Penonaktifan itu dibenarkan oleh Humas SMAN 9 Tambun Selatan, Sahri Ramadan.

"Iya betul dinonaktifkan Bapak Gubernur, hanya saja saya tidak tahu kapan persisnya," kata Sahri dikutip Tribunjateng.com dari Kompas.com.

3. Pemerintah Provinsi Turun Melakukan Audit

Setelah keputusan pencopotan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat langsung melakukan audit terhadap SMAN 9 Tambun Selatan.

Audit ini dilakukan menyusul munculnya berbagai dugaan pelanggaran yang disampaikan para pelajar.

Namun, Sahri menyatakan belum mengetahui audit itu menyasar aspek keuangan sekolah atau pribadi Kurniawati.

"Tapi untuk audit itu benar," ujar Sahri.

4. Dugaan Pungutan Liar Berkedok Sumbangan

Salah satu penyebab utama demo adalah dugaan praktik pungutan liar.

Para siswa menyebutkan bahwa orangtua mereka diminta menyumbang Rp500.000 per tahun untuk pembangunan sekolah.

Namun, menurut pengakuan para siswa, pembangunan gedung tidak terlihat nyata.

Mereka meragukan ke mana dana sumbangan tersebut disalurkan.

"Katanya untuk gedung. Tapi sampai sekarang masih gini-gini aja."

"Orangtua saya sudah bayar setiap tahun Rp 500.000," kata seorang pelajar kelas XI berinisial RP.

Pihak sekolah membantah bahwa sumbangan bersifat wajib.

"Memang ada sumbangan akademik dan non-akademik. Tapi itu sifatnya tidak wajib bagi siapa saja yang ingin menyumbang," kata Sahri.

Meski begitu, siswa merasa tetap terbebani dan tidak melihat hasil dari sumbangan tersebut.

5. Fasilitas Sekolah Buruk, Termasuk UKS dan AC Musala

Demo juga menyoroti buruknya kondisi fasilitas di SMAN 9 Tambun Selatan.

Salah satunya adalah fasilitas UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).

Para siswa menyebut UKS hanya memiliki meja, tanpa kursi dan kasur.

Obat-obatan juga sudah dua bulan tidak tersedia.

"Itu pakai dana uang pribadi, misalkan saya ataupun teman-teman yang lain."

"Kalau ada uang sendiri saya, pakai uang saya dulu. Tidak diganti," ungkap RP.

Selain itu, siswa juga mempermasalahkan pengadaan pendingin ruangan (AC) untuk musala.

Mereka diminta menyumbang Rp20.000 per hari per kelas, namun fasilitas itu tak pernah terealisasi.

6. Dugaan Tanda Tangan Pengadaan Snack Fiktif

Isu lainnya yang mencuat adalah dugaan tanda tangan untuk pengadaan snack yang diduga fiktif.

Siswa diminta menandatangani lembaran daftar kehadiran, padahal acara seperti pesantren kilat atau buka puasa bersama sudah selesai.

"Kami mencari kejelasan tentang adanya tanda tangan itu."

"Kita diminta tanda tangan yang kita sendiri enggak tau kejelasannya apa," ujar seorang pelajar berinisial H.

"Padahal kami waktu itu enggak menerima snack itu."

Siswa mengaku heran karena meski sudah tandatangan, mereka tidak menerima konsumsi yang dijanjikan.

7. Kurniawati Tidak Masuk Kerja Sejak Demo Digelar

Setelah aksi demo berlangsung, Kurniawati tidak masuk kerja selama dua hari berturut-turut.

Ia juga tidak memberikan pemberitahuan kepada pimpinan sekolah atau staf lainnya.

"Sudah dua hari tidak masuk, tepat setelah demo kemarin," kata Sahri.

"Iya, tanpa pemberitahuan," lanjutnya.

Kini, pihak internal sekolah sedang membahas pengganti sementara Kurniawati.

Sementara itu, sejumlah guru juga dipanggil oleh Kantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah III Jawa Barat untuk dimintai keterangan soal masalah internal sekolah.

"Sedang dibahas di internal," imbuh Sahri.

Respons Siswa atas Dicopotnya Kurniawati

Keputusan mencopot Kurniawati disambut positif oleh para pelajar.

Mereka merasa perjuangan mereka selama ini akhirnya mendapat perhatian dari pemerintah.

"Iya, saya senang, teman-teman juga merespons dengan riang gembira. Enggak sampai sujud syukur," ujar Dirham (nama samaran), Kamis (5/6/2025), dikutip dari Kompas.com.

"Masukan didengar, tapi tidak dilaksanakan," tambahnya.

"Iya, berharap semoga kepala sekolah yang baru lebih baik," imbuh Dirham. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved