Rob Kendal
Tangis Warga Kehilangan Tambak Karena Rob Kendal: Kami Tak Ingin Bernasib Seperti di Demak
Warga Desa Mororejo di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal masih diselimuti bayang-bayang rasa duka.
Penulis: Agus Salim Irsyadullah | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Warga Desa Mororejo di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal masih diselimuti bayang-bayang rasa duka.
Sejak 4 tahun berlalu usai rob skala besar rutin menerjang permukiman, warga perlahan kehilangan mata pencaharian.
Tambak-tambak yang dulu menjadi tempat mengais ekonomi, kini tenggelam oleh ganasnya gelombang rob.
Warga Mororejo, Jumadi bersama petani tambak lain saat ini hanya bisa meratapi nasib malang yang menimpa. Berpetak-petak tambak ikan Nila dan Bandeng tak lagi bisa digunakan.
Baca juga: Hasil Panen Sempat Anjlok, Petani di Kendal Mulai Tuai Manfaat Penggunaan Pupuk Organik
Baca juga: Tak Hanya Panggil Pemain Lama, Persik Kendal Jajaki Penjaringan Bibit Lokal
Penghasilan utama warga kini disandarkan sebagai buruh serabutan.
"Kami menangis melihat kondisi saat ini, buruh tambak telah kehilangan mata pencaharian," katanya, Minggu (22/6/2025).
Rasa lelah mengadu, pahit getir nasib hingga keputusasaan membuncah di benak Jumadi. Ia tak lagi ingat sudah berapa kali mengadu ke Pemerintahan Kabupaten Kendal.
Jawaban yang ia dapat hampir selalu sama dengan janji penanggulangan yang hingga kini belum teratasi.
Jumadi menilai, rob tak sekedar bencana biasa. Ada peran kerusakan lingkungan yang membuat cakupan rob semakin luas dan besar.
"Penanaman mangrove itu tidak berpengaruh, di sana itu ada dua lahan kurang lebih luasnya 16 dan 15 hektar milik dua perusahaan,"
"Itu di sana juga malah yang dibangun tanggul, imbasnya air melimpas ke tambak kami." ungkapnya.
Jumadi yang juga menjadi ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Mororejo, tak mampu bila harus membuat tanggul hanya dengan Dana Desa dan Pendapatan Asli Desa.
Hasil perhitungannya, dibutuhkan setidaknya tanggul laut sepanjang 1,5 kilometer yang membentang dari timur ke barat.
"Kalau njagani dana desa dan PADes saja tidak cukup mas. Itu butuh biaya sangat besar," ujarnya.
Ia tak bisa membayangkan seandainya warga di permukimannya, mengalami nasib serupa dengan apa yang dialami Warga Sriwulan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.
Jumadi juga menahan tangis melihat tawa ceria anak-anak pesisir Mororejo, seandainya tak bisa mendapatkan pendidikan layak di kemudian hari.
"Kami tidak ingin desa kami seperti Desa Sriwulan Demak. Warganya ngadu ke sana ke mari tapi tidak ada jawaban pasti, kami takut Mororejo hilang dari peta Kendal. Efeknya, anak-anak kami juga bisa terdampak kenakalan remaja," paparnya.
Penanganan Menyeluruh
Terpisah, Bupati Kendal Dyah Kartika Permanasari menyatakan bahwa penanganan rob membutuhkan sinergitas antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat.
Dikatakannya, butuh biaya ekstra besar untuk membangun tanggul laut sebagai cara terbaik mengatasi gempuran gelombang rob.
"Kami jelaskan bahwa penanganan rob itu tidak mungkin hanya dilakukan oleh Pemkab saja apalagi Pemprov,"
"Dari kepemerintahan sebelumnya sudah mengajukan ke pusat untuk pembangunan tanggul laut, tapi kan itu butuh biaya luar biasa besar mencapai puluhan triliun," tegas bupati yang akrab disapa Tika.
Tika mencontohkan rencana pembangunan tanggul laut raksasa di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak mencapai Rp 10,9 triliun, sebagai langkah penyelesaian dampak rob berkepanjangan di lokasi tersebut.
"Itu bisa 5x dari APBD Kendal, jadi tidak mungkin sepenuhnya penanganan rob di Kendal ini pakai APBD. Rob ini masalah bersama," terangnya.
Ia menambahkan, pihaknya sudah membuat rancang bangun rinci untuk pembangunan tanggul laut di Kendal sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).
Namun, saat ini langkah konkret yang bisa dilakukan ialah mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat rob, dengan melakukan penanaman mangrove secara masif di pesisir pantai.
"Kemarin kami sampaikan ke pemerintah pusat untuk dibantu pembangunan tanggul laut. Insyaallah kalau di Demak mulai, nanti diteruskan selanjutnya termasuk di Kendal," tandasnya.
Di sisi lain, Prakirawan stasiun Maritim Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang, Lessy Andari mengatakan sejumlah wilayah di pesisir utara Jawa Tengah masih akan dilanda pada Minggu (22/6/2025) mulai pukul 15:00 - 17:00 WIB.
Gelombang dengan ketinggian 1,25 - 2,5 meter juga berpeluang terjadi perairan Kepulauan Karimunjawa bagian barat - timur, serta perairan Pekalongan - Kendal pada 22 - 25 Juni 2025.
"Ada aktivitas peningkatan ketinggian air laut di pesisir utara Jawa Tengah," tuturnya.
Dia mengatakan, rob terjadi akibat adanya pengaruh pasang surut air laut. Hal ini turut berdampak pada gangguan transportasi sekitar pelabuhan dan pesisir.
"Juga aktivitas petani garam dan perikanan darat serta kegiatan bongkar muat di sekitar pelabuhan.
Ia mengimbau masyarakat selalu memperhatikan pembaruan informasi cuaca dari BMKG.
"Masyarakat diimbau selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari banjir pesisir serta memperhatikan update informasi BMKG," pungkasnya. (ags)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.