Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Ekonomi

Pasca Panen Raya, Inflasi Jateng Masih Terjaga

Inflasi Jawa Tengah pada Juni 2025 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya seiring dengan momentum panen raya yang telah berlalu

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Eka Yulianti Fajlin
JAJAKAN CABAI - Pedagang Pasar Karangayu, Semarang menjajakan cabai. Cabai merah kembali deflasi seiring dengan panen raya. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Inflasi Jawa Tengah pada Juni 2025 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya seiring dengan momentum panen raya yang telah berlalu.

Inflasi Jateng sebesar 0,24 persen secara bulanan pada Juni 2025, lebih tinggi dari angka nasional 0,19 persen.

Sedangkan, secara tahunan, inflasi Provinsi Jawa Tengah sebesar 2,20 persen. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 1,87 persen secara tahunan.  

Inflasi tahunan Provinsi Jawa Tengah masih berada pada rentang sasaran inflasi tahun 2025, yaitu 2,5±1 persen.

Secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah mengalami inflasi. Inflasi tertinggi berlangsung di Cilacap yang mencatatkan inflasi sebesar 0,43 persen secara bulanan.

Plh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Nita Rachmenia mengatakan, inflasi dipengaruhi oleh peningkatan harga pada kelompok makanan, ninuman, dan tembakau seiring dengan puncak panen raya yang telah berlalu.

"Beras menjadi komoditas utama penyumbang inflasi sejalan dengan kenaikan harga gabah pada periode musim tanam," jelasnya, Jumat (4/7/2025). 

Nita melanjutkan, cabai rawit dan bawang merah juga mengalami kenaikan harga setelah mengalami penurunan cukup dalam pada April-Mei 2025.

Peningkatan harga komoditas hortikultura dipengaruhi oleh pasokan yang terbatas antara lain akibat kemarau basah, permintaan tinggi dari luar Jawa, serta tekanan dari sisi logistik seiring penerapan kebijakan pengurangan angkutan over dimension over loading (ODOL). 

Selain itu, harga daging ayam ras dan telur ayam ras juga mengalami peningkatan seiring dengan permintaan yang meningkat.

Sementara, beberapa komoditas mengalami deflasi. Bawang putih mengalami deflasi pasca kenaikan harga pada Januari-April 2025 karena realisasi impor bawang putih yang rendah pada triwulan I 2025 akibat keterlambatan penerbitan persetujuan impor.

"Cabai merah juga kembali deflasi seiring dengan panen yang masih berlangsung di sejumlah sentra produksi, sehingga pasokan di pasar melimpah," sambungnya. 

Selain itu, deflasi juga disumbang oleh kelompok transportasi. Penurunan tekanan inflasi terutama bersumber dari tarif kereta api seiring dengan pemberian diskon tiket kereta api kelas ekonomi sebesar 30 persen selama dua bulan, yaitu Juni dan Juli 2025.

Penurunan tekanan inflasi juga disebabkan oleh penurunan harga bensin nonsubsidi oleh PT Pertamina (persero) per 1 Juni 2025.

"Ke depan, untuk menjaga inflasi berada pada rentang sasaran, Bank Indonesia bersama dengan para pemangku kepentingan di daerah yang tergabung dalam Forum TPID Provinsi Jawa Tengah akan terus berkoordinasi dan bekerja sama melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi," katanya. 

Program pengendalian inflasi tersebut ditujukan untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi barang/komoditas di Jawa Tengah sehingga inflasi dapat terjaga di rentang sasaran 2,5±1 persen. (eyf)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved