Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Brebes

Hari ke-3 Mencari Niam yang Tertimbun Kandang Ayam Brebes, Pengelola Akui Over Kapasitas, Kok Bisa?

Pemuda ini diduga tertimbun kandang ayam yang runtuh di Desa Bulusari, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes

Penulis: Msi | Editor: muslimah
Wahyu Nur Kholik
TERJUNKAN ALAT BERAT - Guna mempermudah pencarian, TIM SAR gabungan terus melakukan pencarian korban di hari ke dua dengan menggunakan alat berat.  

TRIBUNJATENG.COM, BREBES - Rabu (9/7/2025) akan menjadi hari ketiga pencarian Saefudin Niam (18).

Pemuda ini diduga tertimbun kandang ayam yang runtuh di Desa Bulusari, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes.

Kandang ayam runtuk pada Senin (7/7/2025).

Banyak kendal yang dihadapi Tim SAR gabungan dalam melakukan upaya pencarian Niam.

Tim SAR  lantas menutup pencarian korban pada pukul 20.00 pada Selasa (8/7/2025).

Pihak pengelola sendiri mengakui kalau kandang ayam tersebut over kapasitas.

Baca juga: Sehari Berlalu, Karyawan yang Tertimbun Kandang Ayam Ambruk di Bulakamba Brebes Masih Misteri

Baca juga: Jateng Masih Hujan Padahal Musim Kemarau, BMKG Sebut Anomali Cuaca, Sampai Kapan?

Korban diduga tertimbun reruntuhan bangunan kandang dan kotoran ayam.

Tim SAR dibantu warga dan keluarga korban telah melakukan penyisiran dan pembersihan material bangunan di beberapa titik yang diduga menjadi lokasi tertimbunnya korban.

Kapolsek Bulakamba, AKP Ibnu Setyadi mengatakan, tim SAR memutuskan untuk memberhentikan pencarian meski belum membuahkan hasil pada hari kedua ini.

"Nihil, yang jelas lantai 2 sudah terbuka dan bisa dilihat di bagian bawah."

"Namun untuk sisi barat belum bisa lakukan,"  ujarnya. 

Sementara Brian Gautama, Komandan Tim SAR Gabungan mengatakan, luasnya area bangunan dan banyaknya material kandang serta ternak yang berserakan di lokasi menjadi kendala dalam proses pencarian.

“Upaya pencarian terhadap survivor masih terus kami lakukan."

"Namun hingga saat ini, kami belum dapat menemukan keberadaan survivor,” tandasnya.

Meskipun demikian tim SAR gabungan berkomitmen akan melakukan proses pencarian hingga korban ditemukan.

Terkendala Gas Amoniak

KOTORAN AYAM MENUMPUK - Kotoran ayam yang menumpuk menimbulkan gas amoniak, menjadi kendala saat melakukan pencarian korban.
KOTORAN AYAM MENUMPUK - Kotoran ayam yang menumpuk menimbulkan gas amoniak, menjadi kendala saat melakukan pencarian korban. (Wahyu Nur Kholik/istimewa)

Tim SAR gabungan yang terdiri dari TNI-Polri, PMI, Basarnas Cilacap dan BPBD Brebes menceritakan kendala melakukan pencarian Niam diantaranya adalah gas amoniak.

Kotoran ayam yang menumpuk menjadi kendala tim SAR gabungan lantaran menimbulkan gas amoniak.

Ditemui media di lokasi kejadian, Selasa (8/7/2025), Amin Riyanto Koordinator Unit siaga SAR Brebes mengungkapkan jika proses pencarian terkendala oleh tumpukan kotoran ayam yang meggunung dam mengandung gas amoniak dan bau yang sangat menyengat. 

Pencarian kemarin (Senin) sempat dihentikan pada sore hari dan dilanjutkan hingga hari ini Selasa (8/7/2025) sekitar pukul 03.00 WIB dinihari, hingga saat ini upaya pencarian terus dilakukan. 

"Upaya pencarian kita mulai kemarin siang sekitar pukul 12.30 WIB itu sudah kita upayakan pencarian hingga sore, dan hasilnya nihil. Kemudian pencarian kita lanjutkan hingga pagi tadi, untuk teman teman SAR dari Cilacap dan Banyumas itu datang dan kita lanjutkan hingga pukul 03.00 WIB," ujarnya 

Amin menyebut, jika beberapa kendala dalam upaya pencarian korban. Diantarnya lantaran area pencarian yang cukup luas.

"Informasi dari pemilik, yaitu kandang ayam dengan ukuran lebar 12 meter dan panjang 120 meter, itu 4 lantai dan semuanya tertumpuk jadi satu. Dimana si survevor ini, saat itu sedang berada di lantai dua. Bagian yang ambruk adalah alas lantai dari lantai 4 hingga lantai 2."

"Tebalnya dari kotoran ayam itu sendiri kurang lebih sekitar 27 centian. Kita berupaya memisahkan kotoran ayam dengan alas lantai," tambahnya.

Saat ini, ungkap Amin, Tim SAR gabungan sudah berhasil mengangkat lapisan kotoran ayam sehingga bisa memudahkan pencarian.

"Kita sudah berhasil mengangkat kotoran ayam di lapisan lantai empat," tandasnya.

Hal yang sama diungkapkan Aipda Budi Laksono, Kanit Turjawali SatSamapta Polres Brebes, menurutnya kesulitan yaang sama dirasakan saat pencarian seperti tim SAR yang lain. 

Ia menyebut ada rasa panas saat lapisan kotoran ayam yang dibuka mengenai wajah.

"Ketika lapisan kotoran ayam di buka itu keluar gas amoniak dari kotoran ayam, rasanya panas di wajah," pungkasnya. (pet)

Penjelasan Pengelola Kandang Ayam

CARI KORBAN - Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban yang tertimpa kandang ayam ambruk pada Senin (7/7/2025). Pencarian dengan alat berat belum membuahkan hasil. (Dok. Polsek Bulakamba)
CARI KORBAN - Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban yang tertimpa kandang ayam ambruk pada Senin (7/7/2025). Pencarian dengan alat berat belum membuahkan hasil. (Dok. Polsek Bulakamba) (TRIBUN JATENG/ISTIMEWA)

Terpisah,pengelola kandang ayam broiler yang ambruk di Desa Bulusari, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes mengklaim jika struktur pendirian pabrik sudah sesuai SOP.

Pimpinan kandang, Muanas Rizki menyebut,kandang sudah sesuai standar dan masih layak.

"Usia kandang belum termakan usia dan masih di bawah 5 tahun," ujarnya.

Muanas mengatakan, rangka kandang bahkan sudah menggunakan full besi.

Sementara bambu hanya digunakan pada bagian alas.

"Bagian tiang utamanya kami pakai UNP 120 full besi, bambu hanya alasnya," ungkapnya.

Meskipun demikian, Muanas tak menampik jika berat pada kandang sudah melampaui batas.

Hal ini dikarenakan bobot ayam yang terus bertambah setiap harinya.

"Memang kami over capacity, bobot ayam terus naik setiap hari."

"Stok terlalu banyak dan PT Pokphan tidak bisa mengeluarkannya, jadi beginilah kondisinya," jelasnya.

Sebelumnya, pernyataan serupa juga disampaikan oleh perwakilan pemilik kandang, Umar (54).

Dia membenarkan jika ada keterlambatan panen dari perusahaan sehingga menyebabkan kelebihan berat.

Dia menyebut, keterlambatan panen karena ada harga yang dipatok pemerintah, sehingga mitra dari perusahaan belum memanen ayam tersebut.

"Inikan yang membuat perusahaan,bukan dari peternak."

"Jadi kami tidak berhak untuk menjual."

"Perusahan inti tidak bisa menjual ayam."

"Harga yang dipatok dari pemerintah adalah minimal Rp18 ribu."

"Ini menjadi masalah, karena ketika harga dipatok, serapan pasar berhenti."

"Ini membuat ayam tidak terserap, sehingga kandang over capacity," ungkapnya.

Menurut Umar, normalnya ayam bisa dipanen pada saat usia 21 hingga 40 hari dengan berat 3 kilogram.

Namun hingga lebih dari usia standar ayam, pihak perusahaan belum juga memanenya.

Di sisi lain, kematian ribuan ayam yang tertimbun material kandang belum bisa ditaksir kerugiannya.

"Dalam satu kandang ada empat lantai."

"Satu lantai berisi sekira 25 ribu ayam dengan dengan berat 2-4 kilogram."

"Namun dari pihak PT belum memanen hingga usia 54 hari," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved