Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Jateng Masih Hujan Padahal Musim Kemarau, BMKG Sebut Anomali Cuaca, Sampai Kapan?

Akibat anomali ini wilayah Indonesia masih dilanda hujan sementara musim sebenarnya sudah masuk kemarau

Penulis: Msi | Editor: muslimah
TRIBUN JATENG/TITO ISNA UTAMA
BANJIR ROB - Kondisi salah satu rumah warga Desa Surodadi, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara yang terdampak banjir rob, Senin (23/6/2025). Mayoritas warga di desa tersebut terpaksa harus meninggikan rumah mereka agar tidak terendam ganasnya air rob imbas abrasi. 

TRIBUNJATENG.COM - Indonesia saat ini mengalami kondisi anomali curah hujan atau musim kemarau basah.

Akibat anomali ini wilayah Indonesia masih dilanda hujan sementara musim sebenarnya sudah masuk kemarau.

Intensitas hujan bervariasi dari hujan ringan hingga hujan petir.

Pun yang terjadi di Jawa Tengah.

Hingga Rabu (9/7/2025) hari ini, beberapa wilayah masih diprediksi akan diguyur hujan.

Baca juga: 9 Wilayah di Jateng yang Sore Nanti Hujan, Ini Prakiraan Cuaca BMKG Rabu 9 Juli 2025

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, kemarau basah diperkirakan berlangsung di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025.

"Hasil prediksi curah hujan bulanan menunjukkan bahwa anomali curah hujan yang sudah terjadi sejak Mei 2025 akan terus berlangsung dengan kondisi curah hujan di atas normal di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025," ujar Dwikorita Jumat (8/7/2025).

Lantas, apa kondisi anomali curah hujan atau kemarau basah?

Apa itu kemarau basah? 

Kemarau basah adalah kondisi cuaca tidak biasa di mana hujan tetap terjadi dengan intensitas cukup tinggi meskipun berada dalam periode musim kemarau.

Dikutip dari laman Kompas.com (19/5/2025), BMKG menyebut fenomena ini disebabkan berbagai faktor atmosfer dan perubahan iklim yang memengaruhi pola cuaca di Indonesia.

Umumnya musim kemarau identik dengan cuaca panas dan langit cerah, namun saat musim kemarau basah, kelembaban udara tetap tinggi sehingga memungkinkan terjadi hujan lebih sering.

Kelembaban udara dan curah hujan masih cukup tinggi selama periode pancaroba hingga awal periode kemarau.

Penyebab kemarau basah cukup kompleks dan dipengaruhi beberapa fenomena atmosfer di wilayah Indonesia.

BMKG menyebut, tingginya curah hujan di musim kemarau ini merupakan dampak dari anomali iklim atau musim kemarau basah.

Beberapa faktor utama penyebabnya antara lain:

  1. Melemahnya Monsun Australia, sehingga udara kering tidak dominan
  2. Suhu muka laut yang tetap hangat di selatan Indonesia
  3. Gelombang Kelvin dan konvergensi angin di barat-selatan Pulau Jawa
  4. Labilitas atmosfer tinggi, yang mempercepat pembentukan awan hujan.
Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved