Berita Jateng
Fenomena "Mbediding" Landa Jawa Tengah, Bukan Cuma Dingin Tapi Waspada Rob Susulan
Penurunan suhu udara hingga 22.2 derajat celcius secara drastis di musim kemarau terjadi di Jawa Tengah.
Penulis: Raf | Editor: raka f pujangga
“Kalau di Dieng, pada puncak musim kemarau Juli–September, suhu bisa turun sampai 3 derajat Celsius. Tahun lalu bahkan muncul fenomena embun upas (embun es), tapi tahun ini belum terjadi,” ungkapnya.
Fenomena mbediding biasanya berlangsung dari tengah malam hingga sekitar pukul 06.00 atau 07.00 pagi.
Warga diimbau untuk mengenakan pakaian hangat di malam hari dan tetap menjaga daya tahan tubuh.
Sementara itu, BMKG juga mengimbau para pendaki gunung di wilayah Jawa Tengah untuk mewaspadai potensi angin kencang, terutama pada siang hingga sore hari.
“Meski secara umum kondisi cuaca aman dan cerah, potensi angin kencang tetap ada di kawasan pegunungan. Kecepatan angin bisa mencapai 15–25 km/jam,” kata Ferry.
Wilayah yang perlu diwaspadai antara lain kawasan Gunung Slamet, jajaran Pegunungan Dieng, Merapi–Merbabu, serta wilayah Selo di Boyolali.
Suhu di daerah pegunungan pada siang hari diperkirakan antara 20–24 derajat Celsius, sementara malam hari bisa turun menjadi 18–20 derajat Celsius.
Baca juga: Kisah Warga Sayung Habis Ratusan Juta Untuk Tinggikan Rumah, Namun Banjir Rob Juga Semakin Tinggi
“Untuk masyarakat, kami sarankan membawa perlengkapan hangat, melindungi tubuh dari paparan langsung angin kencang, serta tetap memantau informasi prakiraan cuaca terbaru,” tambahnya.
BMKG memprediksi puncak musim kemarau masih akan berlangsung hingga September mendatang.
Warga dan wisatawan di dataran tinggi disarankan tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang ekstrem.

Rob Setelah 13 Juli 2025
BMKG Maritim Tanjung Emas memprediksi genangan air laut atau rob akan kembali terjadi di wilayah Pantura Sayung, Kabupaten Demak, setelah tanggal 13 Juli 2025. Hal ini disampaikan langsung oleh Koordinator Observasi dan Informasi BMKG Maritim Tanjung Emas, Ganis Erutjahjo.
Menurut Ganis, kondisi kering yang sempat terjadi beberapa waktu terakhir berkaitan erat dengan siklus pasang surut air laut. Dalam sepekan terakhir, muka air laut terpantau berada pada titik surut minimum, yaitu 0,9 meter, lebih rendah dibanding rerata muka laut (MSL) yang berada di angka 0,6 meter.
"Artinya ada peningkatan muka air sekitar 0,3 meter dari rata-rata. Tapi ini masih kategori surut. Kami perkirakan setelah 13 Juli, kondisi akan berbalik menjadi pasang naik, dan akan kembali menggenangi jalur Pantura Sayung," jelas Ganis, Kamis (10/7/2025).
Meski demikian, Ganis memastikan ketinggian pasang air laut bulan ini tidak akan setinggi dua bulan sebelumnya. Ia menyebut, kondisi astronomi saat itu membuat posisi bumi dan bulan lebih dekat (perigee), yang berdampak pada pasang laut ekstrem.
Pomnas 2025 Diikuti 3.065 Atlet Mahasiswa, Gubernur Jateng: Ajang Silaturahmi, Merangkai Persatuan |
![]() |
---|
Pemprov Jateng Dorong Koperasi Merah Putih Untuk Distribusi Pangan Murah |
![]() |
---|
Eceng Gondok Venue Dayung Kualifikasi Porprov Jateng di Danau Rawa Pening Semarang Sudah Dibersihkan |
![]() |
---|
Lepas Kontingen Pomnas XIX, Gubernur Ahmad Luthfi Tergetkan Jateng Juara Umum |
![]() |
---|
Ringankan Beban Warga, Ahmad Luthfi Serahkan Bantuan 6 Ton Beras kepada Kelompok Rentan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.