Pekerja Migran
Warga Miskin Jadi Prioritas Dapat Pelatihan Gratis untuk Bekerja ke Luar Negeri
Warga miskin akan menjadi prioritas untuk mendapat pelatihan gratis agar bisa menjadi pekerja migran di luar negeri.
TRIBUNJATENG.COM – Warga miskin akan menjadi prioritas untuk mendapat pelatihan gratis agar bisa menjadi pekerja migran di luar negeri.
Langkah itu menjadi peluang masyarakat untuk memperbaiki nasib mereka dengan menjadi pekerja di negeri orang.
Hal itu tertuang dalam kerjasama Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Jawa Tengah bersama Pemerintah Kabupaten Sragen.
Mereka akan memberikan pelatihan kerja secara gratis bagi warga kurang mampu yang bercita-cita menjadi pekerja migran.
Baca juga: Not Angka Pianika Lagu Nasional Bendera Merah Putih, Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2025
Baca juga: SOTK Baru Pemprov Jateng Disahkan: Pertanian-PU Digabung, Lahir Dinas Pariwisata-Ekonomi Kreatif
Program pelatihan gratis ini menjadi bagian dari komitmen bersama untuk mengentaskan kemiskinan melalui peluang kerja di luar negeri, terutama di negara-negara seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Hong Kong yang selama ini menjadi favorit warga Sragen.
Kepala BP3MI Jawa Tengah, Pujiono, menegaskan bahwa warga miskin akan menjadi prioritas utama dalam program pelatihan tersebut.
“Kami ingin memastikan bahwa masyarakat dari keluarga miskin mendapat akses pelatihan tanpa dipungut biaya, agar mereka bisa bersaing dan bekerja di luar negeri,” ujarnya, Rabu (10/7/2025).
Ia menjelaskan bahwa banyak warga miskin memiliki keinginan kuat untuk bekerja di luar negeri, namun terkendala biaya pelatihan dan administrasi.
“Inilah yang sedang kami jawab bersama Pemkab Sragen, agar mereka tidak hanya bisa bermimpi, tetapi benar-benar bisa berangkat kerja ke luar negeri,” tambahnya.
Bupati Sragen, Sigit Pamungkas, menyambut baik inisiatif tersebut dan menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten siap mendukung penuh, termasuk dari sisi pendanaan pelatihan dan fasilitasi administrasi.
“Warga miskin harus diberi kesempatan lebih besar. Kami dukung penuh agar mereka bisa dilatih secara gratis dan mendapatkan pekerjaan layak di luar negeri,” tegasnya.
Pujiono juga menjelaskan bahwa MOU antara BP3MI dan Pemerintah Kabupaten Sragen sudah ada sejak dua tahun yang lalu. Program ini termasuk dalam pelayanan publik yang dilaksanakan di Mall Pelayanan Publik Kabupaten Sragen, dengan sistem yang telah diterapkan di Jawa Tengah.
Dengan adanya MOU tersebut, mereka berharap dapat memfasilitasi lebih banyak pekerja migran asal Sragen yang ingin bekerja ke luar negeri.
Selain itu, Pujiono menyebutkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi oleh calon pekerja migran adalah masalah biaya.
Sebagai solusinya, BP3MI dapat bekerja sama dengan perbankan atau lembaga keuangan milik pemerintah daerah setempat untuk menyediakan bantuan pembiayaan bagi calon pekerja migran yang kesulitan biaya. "Kami akan mengupayakan agar masyarakat yang ingin bekerja ke luar negeri bisa dibiayai melalui program yang ada," ungkapnya.
Menurut data yang ada, Kabupaten Sragen menempati urutan ke-7 di Jawa Tengah dalam hal penempatan pekerja migran. Setiap tahunnya, lebih dari 3.000 pekerja migran asal Sragen berhasil ditempatkan di berbagai negara, dengan Korea Selatan dan Taiwan menjadi negara tujuan utama.
"Korea Selatan, Taiwan, dan Hong Kong menjadi negara favorit bagi masyarakat Sragen untuk bekerja," kata Pujiono.
Selain Kabupaten Sragen, BP3MI juga telah menjalin kerjasama dengan lebih dari 16 kabupaten dan kota di Jawa Tengah, termasuk Cilacap, Banyumas, Brebes, dan Kebumen. Pujiono menyatakan bahwa kerjasama ini bertujuan untuk mendorong pemerintah daerah agar dapat mempersiapkan masyarakat yang ingin bekerja ke luar negeri, baik dari segi keterampilan maupun kompetensi.
Kerjasama ini juga mencakup program pemberdayaan bagi pekerja migran purna yang telah kembali ke Indonesia. Pujiono berharap bahwa pekerja migran yang pulang tidak hanya kembali ke pekerjaan lama, tetapi dapat diberdayakan untuk membuka usaha dan menciptakan lapangan pekerjaan di daerahnya.
"Kami berharap dan mendorong agar pekerja migran yang kembali bisa menjadi pengusaha dan tidak kembali lagi bekerja ke luar negeri," tuturnya.
Pujiono mengingatkan agar uang yang diperoleh tidak hanya digunakan untuk konsumtif, tetapi bisa dimanfaatkan untuk berwirausaha. "Kami akan memastikan bahwa dana yang mereka dapatkan dapat digunakan untuk membangun usaha, bukan hanya untuk kebutuhan konsumtif," ujarnya.
Melalui kerjasama yang solid antara BP3MI dan pemerintah daerah, Pujiono berharap program ini dapat mengurangi angka kemiskinan di Kabupaten Sragen, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Kami mendukung penuh inisiatif ini karena kami percaya bahwa dengan keterampilan yang tepat, masyarakat Sragen dapat lebih mandiri dan sejahtera," pungkasnya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.