Berita Jateng
Hari Koperasi ke-78 Tingkat Jateng: KDMP Jadi Tulang Punggung Ekonomi Desa
Di Jawa Tengah, tercatat sudah ada 8.523 KDMP/KKMP yang terbentuk, dengan status berbadan hukum terbaik secara nasional
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Peringatan Hari Koperasi ke-78 di Jawa Tengah digelar dengan nuansa reflektif dan penuh harapan di tengah upaya pemerintah membangkitkan kembali semangat koperasi rakyat.
Acara tasyakuran yang dihadiri para pelaku koperasi, akademisi, dan pejabat daerah ini menegaskan kembali peran strategis koperasi dalam pemerataan kesejahteraan dan kemandirian desa di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Jumat (11/7/2025) malam.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, koperasi tetap relevan di tengah gejolak ekonomi dan persaingan global.
Ia menyebut koperasi menjadi motor penggerak ekonomi rakyat di berbagai sektor, mulai dari pertanian, perikanan, industri kecil, hingga jasa keuangan.
“Kita patut berbangga, banyak koperasi di Jawa Tengah yang berhasil bertransformasi dan berinovasi memanfaatkan teknologi. Koperasi bukan organisasi statis, tapi dinamis dan adaptif,” kata Sujarwanto dalam sambutannya, Kamis (10/7/2025).
Ia menyoroti Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025 yang mendorong percepatan pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP/KKMP) sebagai upaya membangun ekonomi dari akar rumput.
Di Jawa Tengah, tercatat sudah ada 8.523 KDMP/KKMP yang terbentuk, dengan status berbadan hukum terbaik secara nasional.
“Dengan manajemen profesional dan sinergi bersama BUMN serta pihak swasta, KDMP diharapkan bukan hanya jadi lembaga keuangan, tapi motor kesejahteraan dan kemandirian desa,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Koperasi Indonesia Wilayah (Dekopinwil) Jateng, Andang Wahyu mengajak para pelaku koperasi untuk kembali pada semangat awal koperasi: gotong royong dan memperkuat ekonomi rakyat.
“Kita berharap koperasi bisa lebih baik dan lebih besar. Jangan sampai seperti masa lalu, ketika koperasi jadi alat politik dan akhirnya gagal,” ujarnya.
Ia juga menyinggung kondisi koperasi desa yang masih mengalami kendala akses permodalan karena masuk daftar hitam Bank Indonesia. Padahal, menurutnya, banyak koperasi di desa masih memiliki aset yang layak dikembangkan kembali.
“Kita tidak ingin koperasi Merah Putih bernasib seperti koperasi pasca 1947, yang setelah diberi alat dan kartu anggota, malah ditinggal saat rezim berubah. Semangatnya harus tetap dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat,” tambahnya.
Acara tasyakuran ini juga diisi dengan pemaparan capaian gerakan koperasi di Jateng dan harapan-harapan ke depan agar koperasi tetap menjadi soko guru perekonomian nasional. (Rad)
3,37 Ton Sampah Belum Terkelola Dengan Baik, Pemprov Jateng Upayakan Penyelesaian |
![]() |
---|
Ini Alasan Polda Jateng Hentikan Penyelidikan Kasus Hak Siar Nenek Endang: Alhamdulillah |
![]() |
---|
Regenerasi Dalam Korupsi, Sosok Dua Sekda Klaten Rugikan Negara Rp6,8 M Kasus Sewa Plasa |
![]() |
---|
Berdayakan Potensi Desa/Kelurahan, 1.750 Koperasi Merah Putih di Jateng Sudah Operasional |
![]() |
---|
Masih Kalah Dari Subang, Buruh Tuntut Kenaikan UMK 2026 Jadi Rp 3,7 Juta di Kota Semarang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.