Berita Nasional
Energi Nuklir Masuk Peta Jalan Energi Nasional, Ditarget Beroperasi Tahun 2032
Indonesia tengah bersiap menuju Net Zero Emission pada 2060 melalui transisi energi bersih. Salah satu sumber energi yang kini menjadi
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Indonesia tengah bersiap menuju Net Zero Emission pada 2060 melalui transisi energi bersih.
Salah satu sumber energi yang kini menjadi perhatian adalah energi nuklir.
Anggota Dewan Pakar Kelompok Pengembangan Energi Nuklir Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI), Dr Ir Suparman mengatakan, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
PLTN dinilai mampu menyuplai listrik secara stabil dan rendah emisi karbon, serta mempercepat industrialisasi negara.
“Kalau tujuannya hanya ingin memproduksi listrik mungkin bisa menggunakan energi yang lain. Tapi kalau tujuannya ingin mendukung Net Zero Emission seperti yang digalakkan pemerintah, diperlukan teknologi yang rendah karbon dan yang mendukung pertumbuhan ekonomi industri.
Nuklir bisa beroperasi 24 jam per hari non-stop, sehingga nuklir bisa jadi penyeimbang,” kata Suparman pada kegiatan pelatihan media bertema “Energi Bersih – Potensi, Bisnis Proses, dan Outlook” yang digelar Pamerindo Indonesia bersama Lembaga Inovasi Energi Teknologi Nusantara (Lientera), dan PT Radian Teknologi Global (RTG) secara daring, Sabtu–Minggu (29/6/2025).
Ia menjelaskan, uranium sebagai bahan bakar PLTN memiliki kepadatan energi. Satu pelet uranium seberat 20 gram dapat menghasilkan energi yang setara dengan 2,25 ton batubara. Untuk mengoperasikan satu PLTN berkapasitas 1.000 megawatt selama satu tahun, sebutnya, hanya dibutuhkan sekitar 21–25 ton uranium.
“Memang sangat hemat dalam pemakaian bahan bakar dan bisa mengurangi umpamanya PLTU batubara, butuh 9.000 ton per hari. Jadi setahun itu sekitar 3,2 juta ton. Bayangkan kalau kita bisa menggunakan sumber daya uranium, itu akan akan bisa mengurangi penggunaan bahan bakar fosil seperti batubara ini,” katanya.
Pemerintah Indonesia sendiri sudah menempatkan PLTN dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Kebijakan Energi Nasional (KEN). Targetnya, PLTN akan mulai dibangun sekitar tahun 2030-an, dan diharapkan mampu mencapai kapasitas 35 gigawatt pada 2060.
Selain itu, energi nuklir juga diharapkan mampu mendukung target konsumsi listrik nasional. Indonesia menargetkan konsumsi listrik per kapita sebesar 3.990 kWh pada tahun 2045, seiring dengan visi “Indonesia Emas 2045” — saat negara ini diproyeksikan menjadi negara maju.
Menurut Suparman, beberapa negara berindustri dan berkembang memiliki PLTN sebagai bagian dari sistem energinya. Contohnya Tiongkok, yang sejak 2008 hingga 2023 mengalami peningkatan kapasitas PLTN hingga 500 persen, dan secara paralel mengalami lonjakan ekonomi.
Selain itu, Korea Selatan, India, dan Pakistan, juga disebutkan menggunakan energi nuklir sebagai pilar pertumbuhan ekonomi.
“Salah satu indikator bahwa kita memasuki negara maju itu adalah konsumsi per kapita. Negara maju itu konsumsi per kapitanya sekitar 4.000 kWh. Kita saat ini masih rendah.
Singapura itu sudah sampai 8.000, lebih dari 2 kali lipat negara maju.
Malaysia juga hampir hampir 4.000. Makanya ini dicanangkan tahun 2045, konsumsinya baru akan mencapai sekitar 4.000. Kemudian tahun 2060 kita per kapita konsumsinya adalah di atas 5.000 kWh,” sebutnya.
Perdokjasi Minta Dokter Indonesia Dibekali Ilmu Asuransi Sejak di Bangku Kuliah |
![]() |
---|
Ambisi Politik Dwi Hartono Otak Pembunuhan Kacab Bank BUMN, Hampir Ikut Pilkada Pemalang dan Tebo |
![]() |
---|
Ditanya Polisi soal Rambut Palsu, Dalang Pembunuhan Kacab Bank BUMN: Ketahuan deh |
![]() |
---|
Sosok Nyak Sandang Rela Lakukan Ini Demi NKRI, Terima Penghargaan Bintang Jasa Utama dari Prabowo |
![]() |
---|
Tersangka Kasus Penculikan dan Pembunuhan Kacab Bank BUMN Tambah Jadi 15 Orang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.