Berita Regional
Bentara Budaya Jakarta Hidupkan Suara Rakyat Lewat Pameran Moelyono dan Seni Rupa Ludrukan Desa
Bentara Budaya kembali menghadirkan Pameran Tunggal Moelyono dan Seni Rupa Ludrukan Desa, yang berlangsung pada 11-19 Juli 2025.
Di antara karya-karya yang ditampilkan, beberapa mengadaptasi lakon ludruk “Geger Pabrik Gula Gempol Kerep”, sebuah cerita tentang perlawanan buruh tebu terhadap ketidakadilan di masa kolonial.
Karya-karya Moelyono bersifat hidup, dengan gestur yang memancarkan ironi, pemberontakan, dan kritik terhadap ketimpangan sosial yang tajam.
“Semangat perlawanan yang sangat menarik dari pameran ini,” tutur salah satu kurator pameran dan penulis Efix Mulyadi. “Dan semangat itu juga kita temukan di dalam sosok Moelyono sendiri.”
Bagi Kolektor Seni Syakieb Sungkar, pameran ini menyajikan lebih dari sekadar karya visual yang indah.
“Karya-karyanya penuh simbol, dan perlu dihubungkan serta dimaknai dengan perenungan.
Seni seharusnya bisa mengguncangkan masyarakat, membenturkannya dengan realita seperti kapitalisme. Dan itu terasa di sini.”
Pembukaan Pameran Moelyono dan Seni Rupa Ludrukan Desa turut dimeriahkan oleh penampilan spesial dari kelompok Ludruk Budhi Wijaya.
Kehadiran mereka menjadi penanda bahwa karya-karya Moelyono berasal dari ruang yang nyata, tempat rakyat bersuara dan berjuang penuh semangat perlawanan.
Dalam pandangan GM Bentara Budaya & Communication Management Kompas Gramedia Ilham Khoiri, pameran ini adalah bukti dari daya tahan dan ketekunan yang luar biasa.
“Lewat lukisan-lukisannya, Moelyono menunjukkan semangat dan resiliensi yang lahir dari pergulatan hidup yang panjang.
Ada juga karyanya yang menafsir ulang Raden Saleh, namun dikemas dengan gaya dan konteks yang baru.”
Keesokan harinya, rangkaian acara dilanjutkan dengan diskusi budaya bertema “Moelyono, Ludruk, dan Perlawanan Rakyat Pedesaan” pada Jumat (11/07/2025) pukul 15.00 WIB.
Diskusi menghadirkan Romo Sindhunata, Seno Joko Suyono, Rifda Amalia, Ketua Ludruk Budhi Wijaya Didik Purwanto, dan Moelyono sendiri.
Diskusi yang dimoderatori oleh Ilham Khoiri ini diawali dengan pertunjukan lakon “Geger Pabrik Gula Gempol Kerep”, menghadirkan kembali ingatan kolektif tentang sejarah perlawanan desa yang masih relevan hingga kini.
Baca juga: MPLS di SMPN 1 Kudus Bakal Dibuka dengan Seni Tari Tradisional
Pameran Moelyono dan Seni Rupa Ludrukan Desa dapat dikunjungi setiap hari pukul 10.00-18.00 WIB dan terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya.
RSUD Kewalahan Tangani Korban Keracunan MBG di Lebong Bengkulu yang Jumlahnya Capai 281 Siswa |
![]() |
---|
Berawal Pakai Narkoba Bersama, David Tusuk Pacarnya hingga Tewas |
![]() |
---|
Musleh Dibacok Tetangga Sendiri gara-gara Rebutan Pohon Jati |
![]() |
---|
Jasad Wanita Nyaris Tanpa Busana Ditemukan di Semak-Semak Lahan Kosong |
![]() |
---|
Anggota TNI Pembunuh Istri Acungkan Jari Tengah ke Keluarga Korban saat Rekonstruksi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.