Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Nasib Keturunan Pahlawan Nasional

Kontras Nasib Cicit RA Kartini Berbanding Terbalik Dengan Nama Besar Sebagai Pahlawan Nasional

Dibalik nama besar RA Kartini sebagai pahlawan nasional ternyata kontras dengan kondisi cicitnya.

Editor: rival al manaf
Wikipedia
RA Kartini 

TRIBUNJATENG.COM - Dibalik nama besar RA Kartini sebagai pahlawan nasional ternyata kontras dengan kondisi cicitnya.

Meski nama Kartini terus dikumandangkan setiap 21 April, keluarga keturunannya justru harus berjuang dalam keterbatasan.

Raden Ajeng Kartini dikenal luas sebagai pahlawan emansipasi perempuan Indonesia. 

Baca juga: Sambut Lonjakan Wisatawan Karimunjawa, Pemkab Jepara Akan Tambah Fasilitas Dermaga Pantai Kartini

Baca juga: Prof Wardiman Jabarkan Trilogi Kartini dalam Dalam 3 Jilid

RA Kartini dan sang putra, Soesalit Djojoadhiningrat.
RA Kartini dan sang putra, Soesalit Djojoadhiningrat. (KOLASE TRIBUN JABAR)

Hari kelahirannya, 21 April, bahkan diperingati secara nasional sebagai Hari Kartini.

Namun di balik nama besarnya, kehidupan keturunan RA Kartini justru tak secerah warisan semangat yang ia tinggalkan.

Kisah anak, cucu, hingga cicit RA Kartini nyaris tak pernah tercatat dalam buku sejarah.

Bahkan, kondisi keturunan RA Kartini saat ini diketahui hidup dalam keterbatasan ekonomi yang memprihatinkan.

RA Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1879. Pada 12 November 1903, Kartini menikah dengan Bupati Rembang, RM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat.

Dari pernikahan tersebut, Kartini melahirkan seorang putra bernama RM Soesalit Djojoadhiningrat.

Namun tragis, hanya empat hari setelah Soesalit lahir, Kartini meninggal dunia.

Soesalit kemudian diasuh oleh neneknya, hingga akhirnya sang ayah juga meninggal dunia saat Soesalit berusia delapan tahun.

Putra semata wayang Kartini ini kemudian tumbuh di bawah asuhan kakak tirinya.

Soesalit menikah dengan Siti Loewijah, dan dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Boedi Setyo Soesalit, cucu satu-satunya RA Kartini.

Kehidupan Sulit Cicit RA Kartini

Boedi Soesalit menikah dengan Sri Bidjatini dan memiliki lima anak, yaitu Kartini, Kartono, Rukmini, Samimum, dan Rachmat.

Kelima anak inilah yang menjadi cicit-cicit RA Kartini.

Namun setelah Boedi Soesalit wafat, kehidupan ekonomi keluarga ini memburuk.

Dalam peringatan Hari Kartini di Pendopo Kabupaten Jepara pada 21 April 2018 lalu, Bupati Jepara saat itu, Ahmad Marzuki, menyampaikan kondisi keluarga keturunan Kartini yang tinggal di Bogor, Jawa Barat.

“Setelah Boedi Soesalit meninggal, cucu menantu RA Kartini, Sri Bidjatini bersama lima anaknya hidup dalam keprihatinan,” ujar Marzuki saat itu.

Menurut Marzuki, dari kelima cicit RA Kartini, hanya Kartini, cicit tertua, yang kondisi ekonominya sedikit lebih baik.

Sementara cicit lainnya menghadapi kesulitan hidup.

“Cicit bernama Kartono saat ini berprofesi sebagai tukang ojek. Begitu pula dengan cicit bernama Samimum yang juga menjadi tukang ojek,” jelas Marzuki.

Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa Rukmini saat ini hidup menjanda dan menghadapi persoalan ekonomi berat.

Sedangkan Rachmat, salah satu cicit Kartini lainnya, telah meninggal dunia.

Menanggapi kondisi cicit RA Kartini yang memprihatinkan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Pelaksana Tugas Gubernur saat itu, Heru Sudjatmoko, menyatakan akan membentuk tim kecil untuk menindaklanjuti laporan tersebut.

“Nanti kami coba rumuskan bersama tim kecil. Apa yang disampaikan bupati harus kita tanggapi dan ditindaklanjuti,” ujar Heru seperti dikutip dari situs resmi Pemprov Jateng pada 22 April 2018.

Heru menambahkan, bantuan untuk keluarga keturunan RA Kartini tidak hanya bersifat seremonial tahunan saat Hari Kartini, tetapi juga akan mencakup program bantuan berkelanjutan.

"Jadi ada bantuan tahunan dan ada yang berkelanjutan,” kata Heru.

Rencana bantuan tersebut mencakup beasiswa pendidikan, bantuan tempat tinggal, dan bentuk dukungan sosial lainnya.

Tim kecil yang akan dibentuk terdiri dari unsur satuan kesejahteraan rakyat (kesra), SKPD terkait, serta melibatkan Pemerintah Kabupaten Jepara. Mereka akan bekerja sama untuk merumuskan solusi terbaik guna meringankan beban keluarga keturunan RA Kartini.

Kisah cicit RA Kartini ini mencerminkan kontras antara besarnya nama sang pahlawan nasional dengan kehidupan nyata para penerusnya.

Meski nama Kartini terus dikumandangkan setiap 21 April, keluarga keturunannya justru harus berjuang dalam keterbatasan. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved