Senyum Getir Farel: Dulu Bikin Goyang Istana, Kini Beli Minum Tak bisa, Bayar Sekolah Utang

“Kalau saya lihat sih Farel hampir 100 persen ke keluarga,” ujar sang manajer, Muhammad Rais.

Farel pun mengaku sejak dulu memang terbiasa menyerahkan penghasilannya kepada keluarga.

Saat mengamen, ia hanya mengambil sedikit untuk kebutuhan pribadinya.

“Pendapatan paling sehari Rp200.000, Rp300.000, Rp400.000, aku paling ambil Rp20.000 buat jajan,” kenangnya.

4. Kurang kasih sayang, Farel gampang percaya

Farel juga mengungkap bahwa dirinya mudah percaya kepada orang-orang di sekitarnya, terutama karena sejak kecil ia merasa kekurangan kasih sayang.

“Karena emang aku kurang kasih sayang dari orangtua. Jadi kayak ada orang yang baik sama aku, ya udah aku percaya,” ungkap Farel.

Hal itu membuatnya menyerahkan kepercayaan penuh, termasuk soal uang, pada keluarga yang ternyata menyakitinya sendiri.

Kini, Farel mencoba menertawakan masa lalunya, meski luka itu belum sepenuhnya sembuh.

“Dulu tuh, enggak tahu ya, gimana cara mikirku,” kata Farel dengan senyum getir.

Pengakuan itu membuat Denny Sumargo ikut merasa prihatin.

Ia pun memberikan semangat pada Farel untuk tetap kuat dan percaya bahwa masa depan masih bisa diperjuangkan.

 “Uang dari miliaran jadi Rp10 ribu, kasihan juga. Semoga kamu bisa jadi orang nanti ya,” kata Denny.

5. Kisah Farel Prayoga, dari Istana berubah drastis

Perjalanan hidup Farel Prayoga memang bak roller coaster. Lahir di Banyuwangi pada 8 Agustus 2010, Farel tumbuh dalam keluarga sederhana di Desa Kepundungan, Kecamatan Srono.

Sejak kecil, ia kerap mengamen demi membantu ekonomi keluarga.

Dengan suara khasnya, Farel membawakan lagu-lagu berbahasa Jawa dan dangdut koplo bersama musik organ tunggal.