Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

Impian Khitanan Penuh Senyum Bahagia Sirna, Rafa Bocah Pekalongan Digigit Ular Meninggal Dunia

Duka mendalam menyelimuti keluarga Suwondho di Kabupaten Pekalongan setelah putra sulung mereka

|
Penulis: Lyz | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/INDRA DWI PURNOMO
PEMAKAMAN RAFA - Jenazah Rafa Ramadhani Suwondho (12) warga Desa Bukur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan hendak disalatkan dan dimakamkan di TPU desa setempat, Minggu (20/7/2025). Rafa meninggal seusai digigit ular, setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit sejak 16 Juni 2025. 

TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Duka mendalam menyelimuti keluarga Suwondho di Kabupaten Pekalongan setelah putra sulung mereka, Rafa Ramadhani Suwondho (12), meninggal dunia akibat gigitan ular weling.

Rafa menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu dini hari, 20 Juli 2025, setelah menjalani perawatan intensif lebih dari sebulan.

Tragedi ini terjadi pada pertengahan Juni 2025, hanya beberapa hari sebelum acara khitanan yang telah dirancang oleh keluarga.

Baca juga: BREAKING NEWS: Rafa Anak yang Digigit Ular di Bojong Pekalongan Meninggal Dunia

Korban Digigit Ular-Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yunita Dyah Suminar melihat langsung kondisi Rafa Ramadhani Suwondo bocah usia 11 tahun asal Pekalongan yang dirawat di ICU RSUP Kariadi,Kamis (17/7/2025).
Korban Digigit Ular-Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yunita Dyah Suminar melihat langsung kondisi Rafa Ramadhani Suwondo bocah usia 11 tahun asal Pekalongan yang dirawat di ICU RSUP Kariadi,Kamis (17/7/2025). (TRIBUNJATENG/RAHDYAN TRIJOKO PAMUNGKAS)

Momen yang seharusnya menjadi hari bahagia justru berubah menjadi peristiwa memilukan.

Rafa sempat dilarikan ke RSUD Kajen tak lama setelah digigit ular.

Namun, menurut pihak keluarga, proses penanganan medis di tahap awal dinilai kurang sigap dan menimbulkan kekecewaan.

"Sebenarnya kurang lima hari lagi Rafa mau disunat.

Undangan juga sudah disebar ke warga," kata Suwondho kepada Tribunjateng.com, usai memakamkan anaknya di TPU desa setempat.

"Dokter bilang ularnya tidak berbisa, jadi kami disuruh pulang.

 Tapi kondisi Rafa malah makin memburuk.

Setelah sampai di rumah di hari itu juga," kata Suwondho.

Karena kondisinya tak kunjung membaik, Rafa kemudian dirujuk ke RSI Pekajangan pada 16 Juni 2025 dan dirawat intensif hingga 8 Juli 2025.

Selanjutnya, ia dipindahkan ke RSUP Dr. Kariadi, Semarang sejak Rabu (9/7/2025).

"Sejak di RSI Pekajangan Rafa kondisinya tidak sadar, dan dirawat di ICU. Lalu, selama di RSUP Dr. Kariadi, kondisi Rafa terus menurun."

"Pada Sabtu pagi (19/7/2025), dokter sudah memberi tahu kalau semua kondisi tubuh Rafa mulai melemah.

Lalu pukul 23.00 WIB kami dipanggil lagi katanya keadaannya sudah kritis.

Sekitar pukul 00.00 WIB, Rafa dinyatakan meninggal dunia," ujar sang ayah.

Suwondho menambahkan, keluarga masih dalam suasana duka dan belum memutuskan apakah akan menempuh jalur hukum atas dugaan kelalaian penanganan medis.

"Kami masih berkabung. Soal hukum, kami belum bisa putuskan," tambah Suwondho.

Siapakah Sosok Rafa?

Tidak ada yang menyangka, Senin (16/6/2025) dini hari itu menjadi saat terakhir Rafa Ramadhani Suwondho tersenyum di dunia.

Bocah kelas 6 SD Negeri 1 Bukur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan itu dikenal sebagai anak yang ceria, mudah bergaul, dan tak pernah menyusahkan siapapun.

Namun takdir berkata lain.

Pada pukul 04.00, Rafa digigit ular weling saat berada di rumahnya. 

Keluarga langsung membawa Rafa ke rumah sakit.

Bahkan, Rafa digigit ular itu pun viral di sosial media karena mengalami penanganan medis yang tidak optimal akibat gigitan ular.

Karena bisa yang menyebar cepat, dia harus masuk ke ruang ICU dan tak bisa dijenguk siapapun, termasuk teman-teman sekolahnya.

"Saya dapat kabar pagi itu juga."

"Rafa anak yang baik, murah senyum, dan sangat dekat dengan guru serta teman-teman."

"Kami terpukul mendengar kabar ini," ujar Kepala SD Negeri 1 Bukur, Dewiwati kepada Tribunjateng.com seusai takziah di rumah duka, Minggu (20/7/2025).

Dia menceritakan, kabar duka menyebar pada pagi hari. 

Rafa warga Desa Bukur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan yang digigit ular weling itu dinyatakan meninggal di RSUP dr Kariadi Semarang pada Minggu (20/7/2025) dini hari.

Hal itu dikatakan Ning, saudara dari Rafa.

"Dek Rafa meninggal dunia di RSUP dr Kariadi Semarang setelah menjalani perawatan intensif di sana," kata Ning."

"Almarhum Rafa dikebumikan di TPU desa setempat sekira pukul 10.00."

"Rafa sampai di rumah sekira pukul 04.00," ucapnya.

Pantauan Tribunjateng.com, sekitar pukul 09.25, di rumah duka terlihat keluarga, tetangga, dan teman sekolah berdatangan melakukan takziah.

Sekira pukul 09.30, almarhum Rafa dimandikan di rumah duka.

Padahal, satu pekan sebelum digigit ular, keluarga berencana mengadakan khitanan untuk Rafa.

"Kami bersama, teman sekelasnya datang untuk melihat terakhir kalinya Rafa sebelum dimakamkan," ucap Dewiwati.

Dewiwati pun meminta kepada masyarakat ikut mendoakan almarhum Rafa. 

Semoga Rafa diterima di sisi Allah SWT dan keluarga diberi ketabahan.

"Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi di Pekalongan," harapnya.

Dalam pantauan, teman sekelas Rafa bertakziah ke rumah duka dengan wajah muram.

Beberapa tak kuasa menahan tangis saat melihat jenazah Rafa untuk terakhir kalinya.

Tangis teman-temannya pecah saat jenazah dibawa keluar rumah dan hendak disalatkan di musala terdekat.

Rafa dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) desa setempat, sekira pukul 10.30.

Rafa dirujuk ke RSUP dr Kariadi Semarang pada 9 Juli 2025.

Ini setelah menjalani perawatan intensif di ICU RSI Pekajangan Kabupaten Pekalongan sejak 16 Juni 2025.

Bagaimana Kronologi Rafa Digigit Ular Weling?

Diberitakan sebelumnya, viral di akun sosial media Instagram Pekalonganinfo mengenai seorang anak yang diduga digigit ular hingga dirawat intensif di ruang ICU.

Di akun tersebut bertuliskan caption 'Seorang anak laki-laki asal Desa Bukur, Kabupaten Pekalongan masih menjalani perawatan intensif di ruang ICU salah satu rumah sakit di Pekalongan setelah diduga mengalami penanganan medis yang tidak optimal akibat gigitan ular."

Kejadian bermula pada Senin 16 Juni 2025 sekira pukul 04.00 ketika korban digigit ular.

Orangtua segera membawanya ke mantri terdekat untuk penanganan awal, sebelum dirujuk ke salah satu rumah sakit di Kabupaten Pekalongan.

Korban tiba di sana sekira pukul 05.00.

Menurut keterangan keluarga, korban hanya diberi suntikan, diambil darah, dan dipasangkan oksigen selama beberapa menit.

Tidak dilakukan infus maupun observasi lanjutan.

Saat ditanya soal kondisi anak, dokter menyatakan ular tidak berbisa karena tidak ada pembengkakan pada luka gigitan dan menyarankan agar pasien dipulangkan.

Keluarga menolak dan meminta rawat inap karena korban terlihat lemas, nafas berat, serta kesulitan membuka mata.

Namun permintaan itu tidak dikabulkan dan pasien dipulangkan sekira pukul 07.30.

Dalam perjalanan pulang selama sekira 30 menit menuju Desa Bukur, korban hanya terdiam dan tak lagi merespons.

Setiba di rumah, korban mengalami kejang-kejang hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit lain di Pekalongan.

Di rumah sakit kedua, penanganan medis langsung diberikan.

Dokter menyatakan racun telah menyebar ke sistem saraf dan menyayangkan lambatnya penanganan sebelumnya.

Menurut dokter tersebut, setiap gigitan ular berpotensi berbisa dan seharusnya ditangani secara serius sejak awal.

Memasuki hari ketujuh pasca kejadian, korban masih berada di ruang ICU dan dalam kondisi kritis, dengan perkembangan kondisi yang fluktuatif.

Keluarga berharap kejadian ini menjadi perhatian pihak terkait agar tidak terulang pada kasus serupa.

Anak yang digigit ular tersebut sebelumnya dibawa di RSUD Kajen, sebelum dirawat intensif di RSI Pekajangan.

Datur (56), kakek Rafa mengungkapkan penyesalannya setelah cucunya yang diduga digigit ular weling kini dalam kondisi kritis dan tidak sadarkan diri selama sepekan terakhir.

Peristiwa itu terjadi sekira pukul 04.00 pada Senin (16/6/2025) ketika cucunya diduga digigit ular di dalam kamar.

Menyadari kondisi tersebut, Datur segera membawa sang cucu ke seorang tenaga kesehatan setempat untuk mendapatkan pertolongan awal.

“Di tempat Warno atau mantri desa, luka digigitnya sempat dipencet dan keluar darah."

"Tetapi Warno tidak berani menyuntik, jadi disarankan langsung ke RSUD Kajen," ujar Datur kepada Tribunjateng.com, Selasa (24/6/2025).

Setibanya di RSUD Kajen, kondisi pasien mulai memperlihatkan gejala yang mengkhawatirkan.

Menurut Datur, cucunya sempat merasa pusing dan mengeluhkan matanya berat, serta penglihatan yang buram.

Namun tanggapan di RSUD dianggap tidak sebanding dengan gejala tersebut.

"Dokternya bilang, 'anak baru bangun tidur, ya pusing.'"

"Padahal cucu saya bilang matanya berat dan tidak bisa melihat."

"Saya suruh lihat ke arah saya, tapi katanya gelap," tutur Datur.

Datur menjelaskan, luka di kaki yang diduga menjadi lokasi gigitan kemudian ditandai menggunakan spidol.

Petugas medis menyuntik pasien sebanyak tiga kali dan mengambil sampel darah dari tangan kirinya.

Setelah itu, pasien diberi obat dan diperbolehkan pulang.

"Waktu itu memang masih sadar, tapi di perjalanan pulang cucu saya kejang-kejang."

"Langsung saya bawa ke RSI Pekajangan."

"Ini karena disarankan tukang parkir kalau ke Puskesmas dulu mungkin akan lebih lama," ucapnya.

Sayangnya, setibanya di RSI Pekajangan, kondisi pasien sudah tidak sadar dan hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda membaik.

Suwondho, ayah Rafa mengatakan, melihat ular tersebut di dalam kamar, setelah anaknya diduga digigit.

"Saya dan istri melihat ularnya."

"Ularnya warna hitam dan ada warna putih, kemungkinan ular weling," katanya.

Akan tetapi setelah dicari hingga saat ini, ular tersebut tidak ada.

"Anaknya sepekan dirawat di ICU RSI Pekajangan," imbuhnya.

Bagaimana Penjelasan RSUD Kajen?

Sementara itu, Kabid Keperawatan RSUD Kajen, Dwi Harto menjelaskan, pasien yang diduga mengalami gigitan ular masuk ke IGD pada Senin (16/6/2025) sekira pukul 05.00.

Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam kondisi sadar dan langsung mendapat penanganan medis sesuai prosedur yang berlaku.

Kemudian setibanya di IGD, pasien segera menjalani anamnesis atau wawancara medis.

Dilanjutkan pemeriksaan fisik pada bagian tubuh yang diduga terkena gigitan.

"Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan luka samar berupa satu titik di kaki bagian kanan."

"Luka tersebut kemudian dibersihkan."

"Setelah itu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes darah lengkap dan observasi selama dua jam di IGD,” ujar Dwi Harto.

Selama masa observasi, kondisi pasien tetap stabil.

Hasil laboratorium juga menunjukkan nilai dalam batas normal.

Berdasarkan hasil tersebut, serta tidak adanya penurunan kesadaran, pasien dinyatakan boleh pulang.

"Pasien dipulangkan setelah mendapat edukasi dari dokter dan tenaga kesehatan."

"Kami juga memberikan resep obat berupa antibiotik dan antipiretik untuk penanganan di rumah."

"Antipiretik berfungsi menurunkan panas sekaligus meredakan nyeri," jelasnya.

Dwi Harto menegaskan, seluruh proses pelayanan dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku di RSUD Kajen.

"Pasien masih dalam kondisi sadar penuh saat pulang dan telah diberi arahan agar segera kembali ke IGD jika muncul gejala yang memburuk," tandasnya. 

Bagaimana Kesaksian Sang Kakek?

Seorang anak yang diduga menjadi korban gigitan ular weling, masih menjalani perawatan intensif di ruang ICU Rumah Sakit Islam (RSI) Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

Sudah delapan hari, pasien dalam kondisi tidak sadarkan diri dan bergantung pada alat bantu napas (ventilator) sejak pertama kali masuk rumah sakit pada 16 Juni 2025.

Asisten Manajer Pelayanan Medis RSI Pekajangan, dr Maria Ulfa, menjelaskan bahwa pasien masuk dalam kondisi sangat lemah dan langsung mendapatkan penanganan di unit perawatan intensif.

"Saat masuk, pasien sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri dan langsung kami tempatkan di ICU."

"Sejak hari pertama hingga sekarang, pasien masih bergantung pada ventilator," ujar dr Maria, kepada Tribunjateng.com, Senin (24/6/2025).

Menurut dr Maria, dari hasil keterangan pihak keluarga, pasien sebelumnya mengalami gigitan ular, yang diduga jenis ular weling.

Meski tidak ditemukan bekas luka yang mencolok seperti bengkak atau memar di tubuh pasien, gejala yang ditunjukkan mengarah pada keracunan neurotoksin.

"Tidak ada pembengkakan atau memar yang terlihat, tapi kemungkinan racun langsung menyerang sistem sarafnya.

Ini sesuai dengan gejala dan keterangan dari keluarga," jelasnya.

Hingga kini, pasien masih dalam kondisi belum sadar dan belum stabil.

Kemudian, saat disinggung terkait apakah akan dirujuk ke rumah sakit yang lain, dr Maria menjelaskan, saat ini belum memungkinkan untuk dirujuk ke rumah sakit lain.

"Kami sudah berikan serum antibisa sejak awal, dan terus melakukan pemantauan ketat," imbuhnya.

Pihaknya menambahkan, penanganan pasien melibatkan empat dokter spesialis, yakni spesialis bedah umum, dokter anak, dokter saraf, serta dokter anestesi yang bertanggung jawab di ICU.

Datur (56), kakek Rafa mengungkapkan, penyesalannya setelah cucunya yang diduga digigit ular weling kini dalam kondisi kritis dan tidak sadarkan diri selama sepekan terakhir.

Ia menceritakan, kronologi kejadian sejak awal gigitan hingga perawatan awal di RSUD Kajen.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 04.00 WIB, pada Senin (16/6/2025) ketika cucunya diduga digigit ular di dalam kamar.

Menyadari kondisi tersebut, Datur segera membawa sang cucu ke seorang tenaga kesehatan setempat untuk mendapatkan pertolongan awal.

“Di tempat Pak Warno atau mantri desa, luka digigitnya sempat dipencet dan keluar darah.

Tapi Pak Warno tidak berani menyuntik, jadi disarankan langsung ke RSUD Kajen," ujar Datur saat ditemui Tribunjateng.com, Selasa (24/6/2025).

Setibanya di RSUD Kajen, kondisi pasien mulai menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan.

Menurut Datur, cucunya sempat merasa pusing, dan mengeluhkan matanya berat serta penglihatan yang buram.

Namun, tanggapannya di RSUD dianggap tidak sebanding dengan gejala tersebut.

"Dokternya bilang, 'anak baru bangun tidur, ya pusing'.

Padahal cucu saya bilang matanya berat dan tidak bisa melihat.

Saya suruh lihat ke arah saya, tapi katanya gelap," tutur Datur.

Datur menjelaskan, luka di kaki yang diduga menjadi lokasi gigitan kemudian ditandai menggunakan spidol.

Petugas medis menyuntik pasien sebanyak tiga kali, dan mengambil sampel darah dari tangan kirinya.

Setelah itu, pasien diberi obat dan diperbolehkan pulang.

"Waktu itu memang masih sadar, tapi di perjalanan pulang cucu saya kejang-kejang.

Langsung saya bawa ke RSI Pekajangan, karena disarankan tukang parkir kalau ke puskesmas dulu mungkin akan lebih lama," ucapnya lirih.

Sayangnya, setibanya di RSI Pekajangan, kondisi pasien sudah tidak sadar dan hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda membaik.

"Sudah seminggu tidak sadar.

Saya sangat menyesal, tapi ya mau bagaimana lagi, yang penting sekarang bisa sembuh," katanya.

Suwondho ayah Rafa mengatakan, bahwa melihat ular tersebut di dalam kamar. Setelah anaknya diduga digigit ular.

"Saya dan istri melihat ularnya, ularnya warna hitam dan ada warna putih kemungkinan ular weling," katanya.

Akan tetapi, setelah dicari hingga saat ini ular tersebut tidak ada.

"Anaknya sudah sepekan di rawat di ICU RSI Pekajangan," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kajen, Dwi Harto menjelaskan, bahwa pasien yang diduga mengalami gigitan ular masuk ke IGD pada Senin (16/6/2025) sekitar pukul 05.00 WIB.

Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam kondisi sadar dan langsung mendapat penanganan medis sesuai prosedur yang berlaku.

Kemudian setibanya di IGD, pasien segera menjalani anamnesis atau wawancara medis, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik pada bagian tubuh yang diduga terkena gigitan.

"Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan luka samar berupa satu titik di kaki bagian kanan.

Luka tersebut kemudian dibersihkan."

"Setelah itu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes darah lengkap dan observasi selama dua jam di IGD,” ujar Dwi Harto.

Selama masa observasi, kondisi pasien tetap stabil.

Hasil laboratorium juga menunjukkan nilai dalam batas normal.

Berdasarkan hasil tersebut, serta tidak adanya penurunan kesadaran, pasien dinyatakan boleh pulang.

"Pasien dipulangkan setelah mendapat edukasi dari dokter dan tenaga kesehatan.

Kami juga memberikan resep obat berupa antibiotik dan antipiretik untuk penanganan di rumah."


"Antipiretik berfungsi menurunkan panas sekaligus meredakan nyeri," jelasnya.

Dwi Harto menegaskan, bahwa seluruh proses pelayanan dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku di RSUD Kajen.

"Pasien masih dalam kondisi sadar penuh saat pulang, dan telah diberi arahan agar segera kembali ke IGD jika muncul gejala yang memburuk," tandasnya. (Dro)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved