Wonosobo Hebat

Mengintip Prosesi Bedhol Kedhaton, Simbol Sakral Pemerintahan di Desa Plobangan Wonosobo

TRIBUN JATENG/IMAH MASITOH
BEDHOL KEDHATON - Prosesi Bedhol Kedhaton sebagai rangkaian Hari Jadi Ke-200 Kabupaten Wonosobo, Rabu (23/7/2025) di Desa Plobangan, Kecamatan Selomerto. Bupati Afif Nurhidayat dan jajaran Forkopimda berziarah ke makam pendiri daerah Ki Ageng Wonosobo. 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Udara di Desa Plobangan, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo terasa sejuk dan tenang.

Pada Rabu (23/7/2025) ini, warga begitu sibuk menyiapkan perlengkapan prosesi adat yang hanya bisa dijumpai satu tahun sekali.

Mereka hendak menggelar prosesi Bedhol Kedhaton.

Yang bisa diartikan memindahkan keraton atau pusat pemerintahan.

Baca juga: Besok Kamis Siswa Belajar Mandiri di Rumah, Guru Ikuti Puncak Hari Jadi ke-200 Wonosobo

Baca juga: Jangan Lewatkan! Bakal Ada Atraksi Terjun Payung di Puncak Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo

Tidak salah, dulunya desa ini merupakan pusat pemerintahan Wonosobo. 

Prosesi ini menjadi simbol penting perjalanan sejarah Kabupaten Wonosobo.

Bedhol Kedhaton digelar Rabu (23/7/2025), di Desa Plobangan, Kecamatan Selomerto sebagai rangkaian Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo. 

Prosesi ini menggambarkan perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Wonosobo dari tempat asalnya di Kecamatan Selomerto ke Kecamatan Wonosobo.

Pagi hari, warga desa telah berkumpul mengenakan pakaian adat Jawa.

Para wanita mengenakan kebaya, sementara pria berbeskap dan blangkon.

Siswa-siswi sekolah pun tak mau ketinggalan.

Mereka berdiri rapi di sisi jalan desa, menyambut iring-iringan prosesi budaya. 

Rombongan Bupati Wonosobo dan jajaran Forkopimda mengenakan pakaian resmi serta busana tradisional. 

Mereka berjalan bersama dengan langkah teratur, mengelilingi dusun, menyusuri jalanan sempit yang dikelilingi rumah-rumah warga.

Suasana terasa khusyuk dan penuh penghormatan saat rombongan mulai mendekati lokasi makam keramat Ki Ageng Wonosobo, leluhur yang dihormati masyarakat. 

Suasana senyap khas pemakaman begitu terasa dengan batu nisan yang dibalut kain putih, pohon beringin besar yang rindang semakin terasa begitu tenang.

Setibanya di depan makam, seluruh rombongan duduk bersila dengan kepala tertunduk.

Mereka memanjatkan doa bersama untuk mengenang jasa Ki Ageng Wonosobo sebagai leluhur pendiri daerah ini.

"Hari ini adalah ziarah ke makam Ki Ageng Wonosobo dalam Bedhol Kedhaton."

"Karena dulu pemerintahnya di sini, kemudian malam diboyong ke Wonosobo," ucap Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat.

Baca juga: Wabup Amir Husein Tutup Rangkaian Ziarah Hari Jadi Ke-200 Wonosobo

Baca juga: Spesial di Puncak Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo, Siswa Bakal Dipulangkan Lebih Awal

Prosesi Tapa Bisu

Suara gamelan mengalun lembut dari kejauhan, tokoh sesepuh adat mengambil segenggam tanah makam untuk dibawa ke pusat kota saat ini. 

Para rombongan pun berpindah ke sumber suara untuk mengikuti prosesi selanjutnya.

Prosesi Bedhol Kedhaton secara simbolik menggambarkan perpindahan pusat pemerintahan dari Selomerto menuju lokasi pusat pemerintahan saat ini dengan penyerahan tanah makam dan air suci dari Desa Plobangan.

Tanah makam dan air suci ini akan dibawa ke Pendopo Kabupaten dalam Prosesi Tapa Bisu pada malam harinya.

Bupati Wonosobo menyampaikan rasa takjub atas nilai sejarah dan makna budaya yang tersimpan dalam prosesi ini.

Dia mengapresiasi semangat warga Desa Plobangan dalam mempersiapkan prosesi ini.

Tahun ini prosesi Bedhol Kedhaton semakin meriah dari tahun sebelumnya.

"Tahun ini ada yang berbeda, bisa membaur melalui kembul bujono."

"Makan bersama masyarakat dengan menu-menu khas desa, khas tempo dulu."

"Komplit banget ini, luar biasa."

"Saya terima kasih teman-teman sudah menyiapkan," ujarnya.

Bupati berharap perayaan budaya ini menjadi momentum untuk memperkuat semangat pelayanan kepada masyarakat.

"Momentum Hari Jadi Ke-200 menjadi spirit bagi jajaran pemerintah Kabupaten Wonosobo untuk menggerakkan semua kekuatan," tandasnya.

Kepala Disparbud Kabupaten Wonosobo, Agus Wibowo menambahkan, seusai Bedhol Kedhaton akan dilanjutkan dengan Tapa Bisu malam harinya.

Prosesi Tapa Bisu merupakan doa hening dan refleksi mendalam dari masyarakat untuk keselamatan dan kesejahteraan Wonosobo. 

Masyarakat Desa Plobangan bejalan di kegelapan malam dengan membawa obor nanti malam.

Mereka membawa tanah makam dan air suci yang telah diambil siang hari tadi untuk prosesi Birat Sengkolo malam hari.

"Paginya itu ada Pisowanan Agung."

"Jadi, ibaratnya hari ini proses perpindahan kantor atau pusat pemerintah."

"Besok sudah di tempat yang baru, maka masyarakat berbondong-gondong merayakan di alun-alun," tandasnya. (*)

Baca juga: Asyrofi Ketua PCNU Kudus ke Kantor Kejari Terkait Dana Hibah Rp1,3 Miliar

Baca juga: Eks Gedung Ngasirah Kudus Bakal Jadi Pusat Kuliner Mie Gacoan? Investor Tinggal Ukur Lahan

Baca juga: Pemkot Pekalongan Bekali Pelajar Ilmu Pasar Modal, Cegah Investasi Ilegal Sejak Dini

Baca juga: Nasib Kampung Pelangi Semarang: Dulunya Ikon Wisata Viral, Kini Memudar Tak Tersentuh Pemerintah