Kematian Diplomat Kemenlu
Alasan Keluarga Diplomat Arya Daru Tak Percaya Saudaranya Bunuh Diri, Pengamatan Bertahun-tahun
Kesimpulan polisi yang menyebut diplomat Kementerian Luar Negeri Arya Daru (ADP) meninggal karena bunuh diri tidak membuat keluarga puas.
Penulis: Val | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM - Kesimpulan polisi yang menyebut diplomat Kementerian Luar Negeri Arya Daru (ADP) meninggal karena bunuh diri tidak membuat keluarga puas.
Pihak keluarga tidak percaya jika Arya Daru melakukan tindakan mengakhiri hidup, keluarga punya alasannya.
Oleh karena itu, keluarga berharap proses penyelidikan tetap dilanjutkan.
Baca juga: Sosok Farah, Wanita yang Terakhir Bersama Diplomat Arya Daru Sebelum Tewas Sempat Belanja Bareng
Baca juga: 18 Barang Bukti di Kamar Diplomat Arya Daru, Ada Kondom Hingga "Pelumas" Disita Polisi
Hal ini disampaikan oleh Meta Bagus, kakak ipar ADP, saat ditemui di kediamannya di Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (29/7/2025).
"Betul (proses penyelidikan berlanjut). Karena tadi dari Direskrimum juga sudah menyampaikan bahwa ini belum tuntas, ya.
Berarti kan masih ada hal-hal yang perlu didalami lagi oleh beliau-beliau, para penyidik.
Nah, itu kita tunggu bersama nanti bagaimana hasil ke depannya," ujar Meta.
Sebelumnya, polisi menyatakan ADP yang tewas di kamar kos dengan kepala terlilit lakban itu meninggal karena kehabisan oksigen, tanpa keterlibatan pihak lain.
Namun, Meta tak percaya jika ADP bunuh diri.
Ia mengatakan, selama hidup ADP tidak pernah mengarah ke bunuh diri.
"Kami melihat pengamatan kami terhadap yang bersangkutan itu selama bertahun-tahun.
Jadi cukup kami sampaikan bahwa kami meyakini almarhum tidak seperti itu (melakukan bunuh diri)," kata Bagus.
Bagus menambahkan saat ini keluarga sedang berdiskusi untuk mencari kuasa hukum.
"Saat ini, opsi itu (mencari kuasa hukum) masih dibicarakan," kata dia.
Terkait paparan data dan hasil penyelidikan yang disampaikan oleh Polda Metro Jaya, pihak keluarga memilih untuk tidak memberikan tanggapan terlebih dahulu.
"Karena proses penyelidikan ini masih berlangsung, nggih, kami belum bisa komentar soal itu," lanjutnya.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya menyampaikan hasil penyelidikan awal dalam kasus ini melalui konferensi pers pada Selasa (29/7/2025).
Menurut Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Kombes Pol Wira Satya Triputra, kematian ADP tidak melibatkan pihak lain.
"Dari hasil pemeriksaan tersebut, disimpulkan bahwa indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain," ujar Wira.
Penyelidikan telah melibatkan 24 orang saksi, termasuk penjaga indekos, istri korban, keluarga, rekan kerja, dan orang-orang terdekat ADP.
Selain itu, puluhan barang bukti turut diperiksa.
"Berdasarkan pemeriksaan, kami belum menemukan adanya peristiwa pidana terhadap kasus kematian ini," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, dokter forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.FM, menyebut bahwa ADP meninggal karena gangguan pertukaran oksigen.
“Sebab mati akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran napas atas yang menyebabkan mati lemas,” jelas dr. Yoga. Pihak medis juga menyatakan tidak ditemukan adanya penyakit atau zat tertentu yang bisa memicu gangguan oksigen di organ atau jaringan tubuh korban.
18 Barang Bukti Diamankan

Inilah 18 barang bukti yang diamankan polisi dari kamar kos diplomat Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan.
Polisi turut mengamankan barang bukti berupa alat kontrasepsi yakni kondom dan minyak pelumas untuk berhubungan.
Barang tersebut menjadi satu bagian dalam isi dari plastik hitam yang dibuang Daru di kos Gondia International Guesthouse, Jalan Gondangdia Kecil, Kecamatan Mentang, Jakarta Pusat.
Ia membuang plastik hitam pada pukul 23.27 WIB, Senin (7/7/2025).
Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra mengatakan telah memeriksa 24 saksi terdiri dari lingkungan keluarga, tempat tinggal di kos, lalu tempat kerja dan saksi yang berinteraksi dengan Daru.
"Dari olah TKP (tempat kejadian perkara) yang dilakukan, baik di tempat kejadian perkara maupaun tempat yang dilalui, mengamankan 103 barang bukti. Kami bagi menjadi beberapa klaster. Pertama klaster tempat kerja, klaster lingkungan di tempat kos korban, dari keluarga maupun saksi lain," katanya.
Alat kontrasepsi yang menjadi barang bukti berupa kondom bungkus putih dan pelumas botol biru merek Vivo.
Selain itu barang bukti lain yang diamankan yakni :
Buku berjudul 'Diplomat Pertama : Sebuah Pencapaian Cita-cita'
Celana biru
MacBook Air A1466
Laptop merek Dell
DVR merek Hikvision
Lakban kuning.
Kotak sampul cokelat berisi, plastik bening dari koper merah, gelas kaca, gulungan lakban kuning, plastik yang disita penyidik, plastik (kresek) bening.
Body wash
Foaming wash
Solon daily
Sunblock
Beberapa kondom
Pelumas
Handphone Samsung Note 9
5 SD card
Flash disk
Kartu akses gerbang
Kartu akses kamar
Kombes Wira Satya Triputra mengatakan lakban yang ditemukan pada jenazah Daru dibeli bersama istrinya di salah satu Toko Merah Gedongkuning, Yogyakarta pada Juni 2025
"Sampel yang sama sudah diserahkan pada kami," katanya.
Dari semua barang bukti juga tidak ditemukan DNA orang lain, termasuk pada lakban.
"Mulai dari seprei, sarung bantal, itu hanya DNA milik korban," katanya.
Sementara soal alat kontrasepsi, Kombes Wira menerangkan bukti tersebut ditemukan di dua tempat.
"Ada di dua tempat dibuang dari kamar dan ada juga di tas gendong yang ditemukan di lantai 12," katanya.
Ia mengatakan polisi tak mendalami kegunaan dari alat kontrasepsi tersebut.
"Untuk apanya kami kurang tahu," katanya.
Ahli Daktiloskopi Pusat Identifikasi Bareskrim Polri menyatakan bahwa ditemukan sidik jari Daru pada lakban kuning yang melilit kepalanya.
Sementara Ahli DNA Puslabfor Polr Kompol Irfan Rofiq menyatakan tidak menemukan DNA orang lain.
Menurut Irfan juga tidak didapati sperma di sekitar kamar Daru.
"Kami tidak menemukan adanya bercak darah, sperma atau material biologi yang ada di kamar korban maupun di luar kamar, seperti kamar mandi dan ruang tidur," katanya.
Dari hasil otopsi tidak ditemukan adanya senyawa racun seperti sianida.
Namun begitu dari beberapa sel ditemukan adanya paracetamol dan klorfeniramin atau CTM pada beberapa jaringan tubuh.
Ingin Mengakhiri Hidup

Sementara dari sisi digital forensik ditemukan pesan yang dikirim Daru pada badan amal yang menyediakan layanan konseling.
Dalam pesannya Arya Daru Pangayunan menyatakan keinginan untuk mengakhiri hidup.
Arya Daru Pangayunan ditemukan dalam kondisi tak bernyawa dengan kepala terlilit lakban kuning dalam kamar kos pada Selasa (8/7/2025).
Kematian Daru menjadi teka-teki karena kondisi jasad yang dinilai tak semestinya.
Polisi sempat meruntu rentetan waktu mulai dari ketika Daru belanja di Grand Indonesia (GI), Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Ia terekam CCTV meninggalkan GI pukul 21.17 WIB.
Daru menumpangi taksi menuju ke Gedung Kementerian Luar Negeri di Jalan Pejambon, Jakarta Pusat.
Dia terekam kamera pengawas menuju ke basement lalu masuk lift naik ke lantai 12 Gedung Kemenlu sekitar pukul 21.43 WIB.
Dari lantai 12, Daru naik ke rooftop melalui tangga darurat. Ia juga meninggalkan tas ransel hitam dan satu tas belanja di tangga tersebut.
Ia terekam berjalan di rooftop.
Ayah dua anak tersebut terekam keluar Gedung Kemenlu pukul 23.09 WIB.
Baca juga: 10 Fakta Diplomat Muda Arya Daru Tewas Bunuh Diri, 2 Kali Curhat Depresi ke Badan Amal
Dari Kememlu, Arya Daru pergi menuju kosannya di Jalan Gondadia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat.
Tampak dari CCTV, Daru keluar kamar membawa plastik hitam sekitar pukul 23.24 WIB sampai 23.25 WIB.
Setelah itu, ia tak terlihat lagi keluar dari kamar 105 yang sudah dua tahun ditempati. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.