Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pendidikan

Sosok Gautam Kumar Jha, Profesor Yang Ajak Mahasiswa Gali Akar Sejarah Indonesia-India

 Antropolog asal Jawaharlal Nehru University (JNU) India, Prof Gautam Kumar Jha mengenalkan mahasiswa tentang pentingnya akar sejarah India-Indonesia.

Tribun Jateng/ F Ariel Setiaputra
ALAT MUSIK TABLA - Antropolog asal Jawaharlal Nehru University (JNU) India, Prof. Gautam Kumar Jha, ketika memainkan alat musik tabla dalam rangkaian acara Guest Lecture & Performances di UPGRIS Semarang, Jumat (8/8/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Antropolog asal Jawaharlal Nehru University (JNU) India, Prof. Gautam Kumar Jha, menegaskan pentingnya memperkuat kembali hubungan antara Indonesia dan India yang telah terjalin sejak ribuan tahun silam melalui jalur sejarah, budaya, dan pengetahuan.

Hal tersebut menjadi garis besar dalam paparannya saat kegiatan Guest Lecture & Performances bertajuk “Menilai Warisan Sejarah India dan Jawa/Indonesia” yang digelar Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Jumat 8/8/2025).

Sekedar informasi, Prof Gautam merupakan peneliti asal India yang telah melakukan riset kebudayaan nusantara di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Gandeng Pemprov Jateng, KKN UPGRIS 2025 Fokus Verifikasi RTLH di Semarang, Kendal dan Jepara

Terutama tentang kaitannya persebaran budaya dari India ke Nusantara dimasa lampau.

Maka tak heran jika ia tak memerlukan penerjemah ketika mengisi kegiatan ilmiah tersebut sebab sudah fasih berbahasa Indonesia.

Sebelum memulai kegiatannya, ia juga sempat memainkan alat musik tradisional asal India, Tabla sebagai bagian dari kegiatannya dalam acara tersebut.

Dalam kegiatan ini juga dilakukan jamming session dimana Prof. Gautam memainkan alat musik tablanya, bersama penampil dari UPGRIS yang memainkan sitar dan gender.

Prof. Gautam mengatakan bahwa tradisi intelektual yang terbentuk dari interaksi India dan Nusantara kemudian bertransformasi ke dalam berbagai ekspresi budaya lokal.

Ia menyebut, seni wayang, ukiran kayu, cerita rakyat, dan pola pikir masyarakat Indonesia banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berasal dari India.

Hal ini, menurutnya, adalah bukti dari percampuran budaya yang harmonis dan kreatif.

Dalam konteks kekinian, ia menyoroti pentingnya generasi muda sebagai jembatan hubungan kedua negara.

Meski pemerintah Indonesia dan India memiliki agenda politik dan strategi luar negeri masing-masing, menurutnya generasi muda yang memahami sejarah bersama memiliki peran penting dalam membangun masa depan.

Ia menyebut, hubungan Indonesia dan India bukan sekadar hubungan diplomatik, melainkan hubungan emosional dan kultural yang mendalam.

Bahkan, katanya, orang Indonesia banyak yang menyukai lagu-lagu India meski tidak memahami arti liriknya.

Kecintaan terhadap budaya India ini dianggap sebagai pintu masuk penting dalam memperkuat hubungan masyarakat kedua negara.

“Pemuda harus menjadi penghubung. Mereka harus tahu bahwa kita berasal dari akar budaya yang sama. Budaya kita tidak berbeda, kita satu,” ujar Prof. Gautam.

Ia menambahkan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang juga mencintai sastra India, dan itu menunjukkan adanya kedekatan emosional yang sangat kuat.

Sementara itu, Kepala Kantor Urusan Internasional UPGRIS, Nur Hidayat, menyampaikan bahwa kehadiran Prof. Gautam Kumar Jha di kampus UPGRIS merupakan sebuah kehormatan dalam upaya mempererat hubungan antara Indonesia dan India, termasuk antara UPGRIS dan universitas-universitas di India.

Baca juga: Sosok Revita, Pevoli Cantik UPGRIS yang Optimistis Kejar Emas di Ajang Porsenasma V

“Prof. Gautam adalah tokoh penting yang telah menjembatani hubungan baik antara India dan Indonesia dalam berbagai bidang. Beliau telah diundang dan memberikan kuliah di lebih dari 60 perguruan tinggi di Indonesia. Bagi saya pribadi, beliau adalah ‘Ben Anderson’, ‘Clifford Geertz’, ‘William Liddle’, dan ‘Herbert Feith’-nya India,” ungkapnya.

Nur Hidayat juga menyampaikan harapannya agar hubungan antara UPGRIS dan JNU, serta universitas-universitas lain di India, tidak berhenti pada kegiatan kuliah umum saja.

Ia berharap kerja sama akan berkembang ke berbagai bidang, seperti riset, pengembangan kurikulum, pertukaran dosen dan mahasiswa. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved