Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

TKW Jambi Disiksa Majikan di Malaysia hingga Koma, Keluarga sampai Tak Kenali Korban saat di RS

TKW asal Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, lumpuh setelah tiga tahun diduga disiksa oleh majikannya di Malaysia.

KOMPAS.COM/ISTIMEWA
DAHLIA: Foto kondisi Juhaidarna alias Dahlia (47) tenaga kerja wanita (TKW) di Malaysia yang berasal Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi sebelum lumpuh usai disiksa majikannya. (Kompas.com/Dok. Keluarga Korban) 

TRIBUNJATENG.COM, JAMBI - Malang benar nasib Juhaidarna alias Dahlia (47).

Tenaga kerja wanita (TKW) asal Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, itu lumpuh setelah tiga tahun diduga disiksa oleh majikannya di Malaysia.

Ida, panggilan ibu dari dua anak ini, kini hanya bisa terbujur lemah di tempat tidurnya.

Baca juga: Sindikat Penyalur TKI Ilegal ke Jerman Terbongkar, Pria Asal Pati Jadi Tersangka

Separuh tubuhnya (bagian kanan) mengalami lumpuh, serta sekujur tubuhnya dipenuhi luka dan lebam.

Dia sempat koma dan dirawat di rumah sakit (Hospital Pulau Penang) Malaysia setelah diduga mengalami kekerasan fisik oleh majikannya.

Kini, tubuh Ida kurus kering, berat badannya tidak sampai 35 kilogram, dari yang awal berangkat mencapai 68 kilogram.

Tidak hanya itu, gigi bagian depannya juga sudah tidak utuh.

"Di tubuhnya itu hampir semua lebam, ada luka bakar bekas setrika. Sekarang tubuhnya di bagian kanan lumpuh," kata Cindi, adik sepupu Ida, saat dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon, Minggu (10/8/2025) sore.

"Sekarang tubuhnya cuma antara tulang dan kulit, giginya yang di depan juga habis (ompong)," tambahnya.

Ida merupakan seorang ibu yang berjuang bagi kedua anaknya.

Dia adalah seorang janda yang menjadi tulang punggung keluarga.

Kondisi dan tuntutan ekonomi ini membuatnya memutuskan untuk menjadi seorang TKW, dengan mimpi mampu mengubah nasib keluarganya.

Pada 2017, dia pergi merantau ke Malaysia, dan kemudian pada 2019, dia kembali pulang ke Indonesia, tepatnya di Desa Siulak Koto Lebuh Tinggi, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

Saat itu, semua masih berjalan normal, tanpa ada kendala.

Setelah empat tahun kemudian, tepatnya pada 2023, Ida memutuskan kembali menjadi TKW.

Saat itu, dia berkomunikasi langsung dengan seorang agen yang merupakan warga negara asli Malaysia.

Ketika itu, dia dijanjikan bekerja untuk merawat seorang lansia, yaitu orangtua bosnya yang dahulu (2017-2019) pernah dia rawat.

Setelah mengurus semua persyaratan, Ida pamit kepada keluarganya.

Inilah titik awal nasib tragis yang dialami oleh Ida.

Setelah tiba di Malaysia, semua tidak seperti kesepakatan awal.

Orangtua mantan bosnya terdahulu sudah meninggal dunia, sehingga dia harus berganti majikan.

"Dia sempat ganti majikan, sampailah ketemu majikannya yang baru," kata Cindi.

Kali ini, Ida bekerja bagi keluarga tersohor, orang kaya di Malaysia.

Ida seolah masuk dalam penjara yang sadis.

Dia disiksa secara tidak manusiawi, yang membuatnya sakit parah.

Hingga di satu titik, Ida koma dan dirawat di rumah sakit (Hospital Pulau Penang) Malaysia.

Namun, kondisi ini sempat ditutupi oleh majikan dan juga pengacara majikannya.

Mereka mengatakan bahwa Ida dalam kondisi baik, hanya mengalami sakit asam lambung.

"Kami bilang, supaya kami tidak khawatir, tolonglah difoto kondisi kakak kami, atau video call, tetapi tidak pernah dituruti," kata Cindi.

Namun, sikap majikan dan pengacara tersebut membuat keluarga curiga, sehingga mereka memutuskan untuk menyusul ke Malaysia.

Akibat keterbatasan biaya, mereka harus meminta bantuan dengan membuka donasi agar bisa membeli tiket ke Malaysia.

"Pada 9 April 2025, kami runding, akhirnya dana terkumpul dan pada Minggunya saya langsung ke rumah sakit menyusul kakak sepupu saya," tambah Cindi.

Setibanya di sana, Cindi sempat tak mengenali Ida, yang saat itu sedang terbujur koma di atas tempat tidur rumah sakit.

Dia sampai berulang kali keluar masuk menanyakan keberadaan kakaknya, hingga akhirnya dia bertanya kepada seorang petugas rumah sakit.

Seketika dia terkejut mendapati orang yang sejak awal di hadapannya adalah Ida, orang yang dia cari.

"Saya sampai tidak kenal, pak, bahwa yang sejak awal di depan saya itu adalah kakak saya," katanya.

Saat itu, Cindi sangat terpukul melihat kondisi Ida, tubuhnya hanya seolah tulang berlapis kulit saja.

Dari yang awal berat badannya mencapai 68 kilogram, kini tak sampai 35 kilogram.

Cindi kala itu melihat sekujur tubuh Ida dipenuhi selang dan tidak menunjukkan gerakan sama sekali.

Dipenuhi rasa sedih, sakit, dan trauma, Cindi kemudian mendekati tubuh Ida yang terbaring tak berdaya.

Saat itu, kecil harapan Ida bisa selamat.

Petugas kesehatan di rumah sakit itu menyampaikan bahwa yang jadi harapan terakhir adalah detak jantungnya yang masih kuat, sementara kondisi tubuh lain sudah sangat lemah.

Dengan penuh harapan dan doa, Cindi kemudian berbisik ke telinga Ida yang sedang koma, mengatakan akan membawanya pulang kembali ke Indonesia.

"Kondisinya saat itu kan lagi koma, katanya jantungnya masih kuat. Saya bisikkan, 'Kak, kita pulang ya, sehat ya, kita pulang ke Indonesia.'

Setelah itu, dia langsung meneteskan air mata," kata Cindi.

Setelah itu, mukjizat seolah terjadi.

Ida yang saat itu sedang koma kemudian tiba-tiba mengeluarkan suara.

Kata pertama yang dia keluarkan setelah koma adalah meminta tolong.

"Kata pertama dia itu, 'Ya Allah, ya Allah tolong, tolong, takut, takut,' cuma dia ngomong pelan sekali," tambah Cindi.

Kata-kata itu keluar begitu pelan, seolah Ida mendapatkan harapan baru dari semua penderitaan dan kesakitan yang dia alami dalam tiga tahun terakhir.

Setelah mendengar suara Ida, Cindi kemudian berupaya meminta pertanggungjawaban kepada pengacara majikan Ida.

Saat itu, pengacara berjanji untuk menanggung biaya perawatan selama di rumah sakit, serta menanggung biaya pulang ke Indonesia.

Namun, prosesnya kerap diundur, hingga tiga pekan tidak ada perkembangan.

"Sudah tiga minggu, saya mulai khawatir, seperti dijebak. Saya kan pakai paspor pelancong," katanya.

Tak lama, pengacara tersebut kemudian datang dengan membawa sebuah surat dalam bahasa Inggris.

Kala itu, pengacara tersebut mengatakan bahwa surat tersebut merupakan perjanjian bahwa biaya pengobatan dan perjalanan pulang ke Indonesia akan ditanggung oleh majikannya.

Pengacara tersebut meminta agar keluarga menandatangani surat tersebut.

Namun, Cindi terkejut saat menerjemahkan surat tersebut ke dalam bahasa Indonesia.

Di mana, surat tersebut justru berisi ucapan dari keluarga Ida kepada majikannya dan bersedia menanggung sendiri biaya pengobatan serta ongkos pulang ke Indonesia.

"Jadi, pas saya terjemahkan ternyata ucapan terima kasih keluarga, serta bersedia menanggung semua biaya," katanya.

Beruntun, di Malaysia, Cindi bertemu dengan Warga Negara Indonesia yang berasal dari Medan yang akhirnya membantu dirinya selama di Malaysia.

Selama tiga bulan, Cindi menumpang di rumah WNI asal Medan tersebut, serta membantu menghubungi pihak KJRI.

"Saya dibantu oleh Kak Wani Hasibuan, asal dari Medan. Kemudian dia bantu hubungi KJRI, dan kami difasilitasi pulang ke Indonesia, tanpa mengeluarkan biaya," katanya.

Kondisi terkini Ida

Tepat pada Minggu, 1 Juni 2025, Ida akhirnya menapakkan kaki di Jambi.

Kini dia hanya bisa terbaring di tempat tidurnya.

Untuk sekadar duduk, Ida harus membutuhkan pertolongan orang lain.

Cindi menyebut, sakit yang dialami oleh Ida sudah komplikasi dan membutuhkan penanganan medis yang serius.

Namun, masalah biaya membuat Ida hanya bisa dirawat seadanya di rumah.

Tidak ada penanganan medis secara khusus.

"Ya sekarang ini penyakitnya itu sudah komplikasi, pak. Ya, hanya Tuhan yang bisa sembuhkan, karena mau berobat juga tidak ada biaya," katanya.

Namun, beberapa hari lalu, pemerintah melalui Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Kerinci sudah menjenguk Ida dan berjanji akan membantu biaya pengobatan. (*)

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "TKW Asal Jambi yang Disiksa Majikan di Malaysia Sempat Koma, Berat Badan dari 68 Jadi 35 Kg"

Baca juga: TKW Magetan Tewas Jadi Korban Tabrak Lari di Taiwan

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved