Berita Jateng
Musim Kemarau Tapi Masih Hujan Lebat? Ini Penyebabnya Menurut BMKG
Meski telah memasuki musim kemarau, Kota Semarang, Jawa Tengah masih diguyur hujan dalam beberapa hari terakhir.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG — Meski telah memasuki musim kemarau, Kota Semarang, Jawa Tengah masih diguyur hujan dalam beberapa hari terakhir.
Wartawan Tribun Jateng mrlaporkan bahwa hujan turun mulai dari gerimis hingga hujan lebat dan terakhir terjadi pada Selasa (12/8/2025) dini hari.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Ahmad Yani memberikan penjelasan ilmiah mengenai kondisi cuaca ini.
Prakirawan, Risca Maulida menjelaskan, hujan di musim kemarau kali ini bukanlah anomali tanpa sebab, melainkan dipicu oleh serangkaian fenomena atmosfer berskala global hingga lokal yang sedang aktif di wilayah Indonesia.
"Dalam sepekan ke depan ini (hujan) memang (diperkirakan masih) terjadi, khususnya di Jawa Tengah, karena di sekitaran wilayah Indonesia ini mengalami pembentukan awan hujan yang signifikan
Di mana kondisi ini dipengaruhi oleh interaksi faktor yaitu faktor global, regional hingga lokal di mana membuat atmosfer tetap berada dalam keadaan labil.
Sehingga ini dapat mendukung terbentuknya awan-awan konvektif atau awan-awan hujan," terang Risca kepada Tribun Jateng, Selasa (12/8/2025).
Risca menyebut, salah satu penyebab utama adalah aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), yaitu fenomena cuaca intraseasonal yang bergerak dari barat ke timur melintasi wilayah tropis dan membawa peningkatan konveksi — proses naiknya udara hangat yang kemudian membentuk awan hujan.
Saat MJO aktif melintasi Indonesia, peluang terbentuknya awan hujan menjadi lebih besar meski secara klimatologis wilayah tersebut sedang berada di musim kemarau.
Selain MJO, aktivitas gelombang atmosfer tropis juga menjadi faktor pendukung. Gelombang-gelombang seperti Kelvin, Rossby, dan Rossby Ekuatorial saat ini sedang berada dalam fase aktif di sekitar wilayah Indonesia.
"Gelombang tersebut termasuk dalam gelombang atmosfer low-frequency. Selain itu, adanya sirkulasi siklonik di sekitar Indonesia dapat turut memperkuat proses konveksi atau pembentukan awan hujan yang mendukung pembentukan awan hujan," jelas Risca.
"Kemudian gabungan faktor-faktor ini juga berkontribusi terhadap meningkatnya curah hujan di beberapa wilayah Jawa Tengah," lanjutnya.
Kondisi ini, lanjutnya, menimbulkan potensi hujan setidaknya dalam dua hari kedepan.
Potensi hujan ini ia sebutkan bisa terjadi dengan intensitas bervariasi, mulai dari hujan ringan hingga hujan sangat lebat.
"Jadi waktunya juga tidak menentu, dan perlu diwaspadai terutama pada tanggal 13 hingga 14 Agustus,” jelasnya.
Pomnas 2025 Diikuti 3.065 Atlet Mahasiswa, Gubernur Jateng: Ajang Silaturahmi, Merangkai Persatuan |
![]() |
---|
Pemprov Jateng Dorong Koperasi Merah Putih Untuk Distribusi Pangan Murah |
![]() |
---|
Eceng Gondok Venue Dayung Kualifikasi Porprov Jateng di Danau Rawa Pening Semarang Sudah Dibersihkan |
![]() |
---|
Lepas Kontingen Pomnas XIX, Gubernur Ahmad Luthfi Tergetkan Jateng Juara Umum |
![]() |
---|
Ringankan Beban Warga, Ahmad Luthfi Serahkan Bantuan 6 Ton Beras kepada Kelompok Rentan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.