Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Brebes

Dampak Bantuan Pangan, Pedagang Beras di Pasar Induk Ngeluh Sepi

Pedagang beras di lingkungan Pasar Induk Kabupaten Brebes mengaku terdampak imbas adanya penggelontoran bantuan cadangan

Penulis: Wahyu Nur Kholik | Editor: Catur waskito Edy
Wahyu Nur Kholik
MENJAJAKAN DAGANGAN - Sejumlah pedangan beras tengah menjajakan dagangannya di area pasar induk Brebes. Mereka mengeluh sepi sejak pemerintah meluncurkan bantuan pangan berupa beras. 

TRIBUNJATENG.COM, BREBES - Pedagang beras di lingkungan Pasar Induk Kabupaten Brebes mengaku terdampak imbas adanya penggelontoran bantuan cadangan pangan dari pemerintah.

Kondisi tersebut diperparah dengan harga gabah yang tak sebanding dengan harga jual beras di pasaran.

Mereka mengaku, omset penjualannya menurun setelah pemerintah menggelontorkan berasa bantuan pangan.

Selain penjulan lesu, pedagang mengaku ketetapan harga jual beras menjadi kacau. Kondisi tersebut diperparah dengan perbandingan harga pasaran gabah saat ini. Mereka menyebut harga gabah saat ini cukup mahal, yakni di kisaran Rp 8000 per kilogram.

Pedagang beras merasa kesulitan untuk menentukan harga jual yang ideal, agar memperoleh keuntungan. Pasalnya, dalam hasil panen satu kwintal gabah kering saat ini, yang kondisi bagus hanya manghasilkan sekitar 60-65 kilogram beras.

"Penjualan memang sangat berkurang drastis. Biasanya jam 12 siang ini saya sudah pulang. Beberapa hari terakhir ini kurang laku karena beras bansos sudah turun," ujar Narsip, pedagang beras di Pasar Induk Brebes, Rabu (13/8).

Narsip pun khawatir barang dagangannya tak laku hingga beberapa bulan ke depan, seiring dengan digelontorkannya beras bantuan pemerintah.

Jika pun laku, pembeli sengaja membeli beras untuk dioplos dengan beras bantuan agar rasanya lebih enak untuk dikonsumsi.

"Kalau ada yang beli juga biasanya buat dioplos dengan beras bantuan. Kata pembeli, kualitas beras bantuan kurang bagus jadi dioplos. Kalau tidak dioplos katanya nasinya pera," tambahnya.

Iin, tengkulak beras mengatakan bahwa bantuan berupa beras dinilai kurang efektif. Apalagi kualitas berasnya rendah, sehingga banyak penerima manfaat yang tidak dikonsumsi. Kebanyakan beras bantuan dijual kembali kepada oknum untuk dijadikan beras oplosan.

"Nggak semua warga yang menerima bantuan itu berasnya dimakan. Banyak juga yang dijual lagi," katanya.

Sementara Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan, Agung Tirto Kumara menyebut harga beras memang sempat mengalami kenaikan, untntuk itu pemerintah pusat meminta untuk mengeluarkan berasa jenis SPHP dari Bulog.

"Harga beras memang sempat mengalami kenaikan hingga menyebablan inflansi, untuk itu pemerintah pusat meminta untuk megeluarkan beras jenis SPHP dari Bulog," terangnya. (Pet)

Baca juga: Tim Voli Putri Vietnam U21 Gagal ke 16 Besar Akibat 2 Pemain Berjenis Kelamin Pria: Indonesia Lolos

Baca juga: Kronologi dan Jerat Hukum Briptu Ade Kurniawan dalam Kasus Kematian Bayi Kandungnya

Baca juga: Saat Bayinya Menangis, Briptu Ade Kurniawan Ternyata Pernah Ancam Cekik dan Gantung di Loteng

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved