Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

PPG 2025

Kumpulan 4 Contoh Studi Kasus PPG 2025 Jenjang SD-SMA: Masalah Media, LKPD, Strategi dan Penilaian

4 contoh studi kasus dengan masalah yang berbeda dan jenjang SD-SMA. Lengkap dengan upaya penyelesaian dan pelajaran berharga.

Editor: Awaliyah P
GEMINI.AI
STUDI KASUS PPG - Gambar merupakan ilustrasi buatan Gemini AI, Rabu, (13/8/2025). Kumpulan 4 Contoh Studi Kasus PPG 2025 Jenjang SD-SMA: Masalah Media, LKPD, Strategi dan Penilaian 

Kumpulan 4 Contoh Studi Kasus PPG 2025 Jenjang SD-SMA: Masalah Media, LKPD, Strategi dan Penilaian

TRIBUNJATENG.COM - Inilah kumpulan 4 contoh studi kasus PPG 2025.

1. Konteks Media - Jenjang SMP

Judul: Optimalisasi Media Interaktif untuk Materi Sistem Peredaran Darah

Media pembelajaran yang menarik bisa menjadi jembatan antara konsep rumit dan pemahaman siswa.

Dalam PPG 2025, banyak guru menemukan bahwa pemilihan media yang tepat mampu mengubah suasana kelas.

Baca juga: Studi Kasus PPG 2025 500 Kata: Tantangan Guru dalam Mengelola Kelas Inklusif di Sekolah Dasar

Permasalahan:

Saya mengajar IPA kelas VIII di SMP Negeri Harapan.

Saat membahas sistem peredaran darah, saya menggunakan buku teks dan gambar statis.

Namun, siswa terlihat bingung saat memvisualisasikan aliran darah dan fungsi organ.

Banyak siswa hanya menghafal tanpa memahami.

Ulangan harian menunjukkan nilai di bawah KKM bagi sebagian besar siswa.

Saya sadar media yang saya gunakan terlalu kaku dan kurang interaktif.

Upaya:

  1. Saya mencari solusi dengan memanfaatkan media digital:
  2. Animasi 3D aliran darah dari sumber edukasi daring.
  3. Simulasi interaktif menggunakan aplikasi “Visible Body” dan video dari YouTube Edu.
  4. Poster anatomi buatan siswa yang dipajang di kelas.
  5. Mini-lab sederhana untuk mempraktikkan pengukuran denyut nadi sebelum dan sesudah olahraga.

Hasil:

Siswa lebih antusias dan terlibat.

Nilai ulangan meningkat, diskusi kelas lebih hidup, dan mereka lebih mudah menjelaskan proses peredaran darah.

Pengalaman Berharga:

Media yang tepat membuat materi menjadi hidup.

Guru harus mau berinovasi agar siswa belajar dengan rasa ingin tahu, bukan sekadar kewajiban.

 
2. Konteks LKPD - Jenjang SD

Judul: Mendesain LKPD Kreatif untuk Meningkatkan Keterlibatan Siswa

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) bukan sekadar kertas berisi soal, tetapi panduan belajar yang menentukan arah keterlibatan siswa.

Permasalahan:
Di kelas V SD Negeri Cemerlang, LKPD yang saya gunakan berisi soal pilihan ganda dan uraian singkat. Siswa cepat bosan, bahkan beberapa mengerjakan asal-asalan.

Upaya:

Saya membuat LKPD baru yang memuat:

  1. Pertanyaan pemantik berbasis kehidupan sehari-hari.
  2. Ilustrasi warna-warni dan diagram alur.
  3. Aktivitas kelompok seperti eksperimen mini.
  4. Ruang refleksi untuk menulis kesimpulan pribadi.

Hasil:

Siswa lebih aktif bertanya, berdiskusi, dan menulis jawaban dengan rapi.

LKPD menjadi media belajar yang dinanti, bukan dibebani.

Pengalaman Berharga:

LKPD kreatif mengubah suasana kelas.

Bukan hanya isi materi, tetapi juga desain dan cara penggunaannya yang membuat siswa mau terlibat.

 
3. Konteks Strategi Pembelajaran - Jenjang SMP

Judul: Menghidupkan Kelas dengan Diskusi dan Simulasi


Strategi pembelajaran yang interaktif dapat mengubah kelas pasif menjadi aktif, terutama di mata pelajaran yang mengandalkan kreativitas siswa.

Permasalahan:

Saat mengajar materi “Teks Cerita Inspiratif”, saya mendapati siswa pasif dan enggan berpartisipasi.

Upaya:

Saya menerapkan strategi diskusi kelompok kecil dan pementasan mini:

  1. Kelompok menganalisis cerita inspiratif.
  2. Menulis naskah modifikasi.
  3. Menampilkan pementasan.
  4. Refleksi bersama.

Hasil:

Kelas menjadi hidup, siswa lebih percaya diri, dan materi lebih mudah diingat.

Pengalaman Berharga:
Siswa butuh ruang untuk berkreasi. Guru perlu menjadi fasilitator, bukan pusat informasi.

 
4. Konteks Penilaian - Jenjang SD

Judul: Penilaian Autentik untuk Mengukur Kompetensi Siswa Secara Menyeluruh

Penilaian yang baik harus mencerminkan potensi siswa secara utuh, bukan sekadar hasil ujian tertulis.

Permasalahan:

Tes tulis membuat beberapa siswa dengan kemampuan baik tetap mendapat nilai rendah.

Upaya:

  1. Saya menggabungkan:
  2. Tes tulis yang lebih sederhana.
  3. Proyek pembuatan poster.
  4. Observasi sikap saat diskusi.
  5. Jurnal refleksi siswa.

Hasil:

Siswa lebih percaya diri, hasil belajar meningkat, dan saya memiliki data yang lebih lengkap tentang kemampuan mereka.

Pengalaman Berharga:

Penilaian harus memberi kesempatan setara untuk semua siswa menunjukkan kemampuan. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved