HUBUNGAN kepala daerah dan wakil kepala daerah di beberapa wilayah berubah tidak harmonis setelah terpilih. Posisi wakil kepala daerah yang kerap ditafsirkan hanya sebagai ban serep menjadi ganjalan untuk menjaga hubungan tetap harmonis.
Toh, Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko yang baru dilantik pada Jumat (23/8/2013), yakin hubungannya dengan Gubernur Ganjar Pranowo akan tetap langgeng sampai pemerintahan mereka berakhir.
“Saya yakin tidak akan bercerai di tengah jalan,” kata Heru yang sebelumnya menjabat Bupati Purbalingga, kepada wartawan Tribun Jateng, Raka F Pujangga, Kamis (22/8/2013). Berikut petikan wawancaranya.
Apa persiapan Anda menjadi wakil gubernur Jateng?
Prinsipnya menjalankan tugas dan membantu Pak Gubernur dan melakukan tugas yang diberikan beliau.
Dulu pernah menjadi orang nomor 1, sekarang menjadi orang nomor 2 meskipun levelnya lebih tinggi sebagai wakil gubernur, bagaimana tanggapan Anda?
Saya mulai mengabdi berangkat dari staf dengan pangkat II B. Saya lulusan IPDN tahun 1974. Saya mulai kerja, itu dari staf baru kemudian menjadi Bupati Purbalingga. Tapi sebelum menjadi Bupati Purbalingga, saya juga pernah menjadi wakilnya. Jadi tidak persoalan untuk harus berdiri di belakang Pak Ganjar. Jadi saya Insyaallah memimpin pernah, dipimpin biasa.
Bagaimana cara Anda agar bisa bekerja sama dengan Pak Ganjar?
Menurut saya Pak Ganjar itu orangnya baik dan dia selalu terbuka. Ketika ada persoalan, ya selalu akan melakukan rembugan untuk menuntaskannya. Tapi dalam leadership, beliau tentu menjadi pemimpin tertinggi.
Apakah sudah ada pembagian tugas?
Menurut saya pembagian tugasnya nanti fleksibel, posisi saya adalah membantu beliau. Undang-undang sudah mengatur dalam legalitas mengenai tugasnya (sebagai wakil gubernur) dan tentu dalam prakteknya akan sangat tergantung pada komunikasi Pak Ganjar dengan kami.
Program kerja apa yang nantinya akan muncul dari buah pikiran Pak Heru lalu diusulkan kepada Pak Ganjar?
Enggak, bukan usul. Saya akan berembug dengan beliau bukan usul. Kalau dia meminta masukan, saya berikan. Kalaupun tidak meminta tetapi ada yang penting, saya akan tetap memberikan masukan.
Lalu bagaimana kalau dalam perjalanan nanti ada perbedaan pandangan?
Kalau begitu, berarti saya yang harus menyesuaikan pola pikir beliau. Bisa saja namanya manusia itu beda pendapat, tetapi dalam hal leadership saya tetap mengikuti beliau. Apalagi itu sudah menjadi dalam bentuk keputusan. Pendapat itu kan hanya persepsi yang berbeda, tapi masih bisa dirembug.
Apakah itu berarti posisi bapak akan selalu berada di belakang Pak Ganjar?
Ya tentu saja, justru malah saya tidak boleh berpikiran kalau saya satu tingkat bersama beliau. Karena sudah seharusnya, posisi Pak Ganjar berada satu tingkat di atas saya.
Perbedaan latar belakang antara Pak Heru sebagai eksekutif dan Pak Ganjar sebagai legislatif akankah menjadi persoalan?
Justru menurut saya, antara saya dan Pak Ganjar saling melengkapi. Karena jabatan gubernur tidak semata-mata birokrasi. Akan tetapi, ada juga politik kan? Beliau pengalamannya di bidang politik jauh lebih banyak. Sedangkan saya melengkapinya di bidang birokrasi. Insyaallah akan saling melengkapi.
Kendala apa yang kira-kira akan dihadapi dalam masa-masa awal pemerintahan?
Kendala itu pasti ada, tetapi saya setuju dengan ungkapan orang Jawa Tengah yakni 'ono rembug yo dirembug'. Jadi yang utama itu kalau ada masalah ya komunikasi lah. Leadership salah satu kuncinya adalah komunikasi.
Banyak pasangan gubernur dan wakil gubernur yang 'bercerai' di tengah jalan, bagaimana menurut Anda?
Itu sama saja pasangan suami istri. Memang banyak pasangan suami istri yang bercerai, tapi tidak semua pasangan suami istri itu bercerai kan? Saya yakin kami ini pasangan suami istri yang serasi.
Bagaimana dengan proses pelepasan jabatan di Purbalingga?
Sekarang masih dalam proses transisi. Begitu saya lepas, berarti secara formal wakil bupati saya akan menjalankan kegiatan sebagai bupati.