Baca tanpa iklan
Laporan Reporter Tribun Jateng, Rival Almanaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Ada yang berbeda dalam tradisi ketuk pintu yang biasa dilakukan para pengurus Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata (Kopi Semawis) sebelum Pasar Imlek 2015 ini.
Setelah sembahyang secara adat Tionghoa, para pengurus Kopi Semawis kemudian menggelar upacara slametan yang dipimpin oleh Bpk. H. Maksum Pinarto dari Genuk Indah.
Setelah slametan dan pembacaan doa selesai seluruh panitia dan pengurus Kopi Semawis sebagai penyelenggara pasar Imlek kemudian berkeliling ke sepanjang pecinan dimulai dari klenteng Tay Kak Sie sebagai wujud permohonan ijin karena akan mengadakan acara di tempat umum kawasan Pecinan.
Ketua Kopi Semawis, Harjanto Halim dalam wawancara seusai acara menyatakan ini merupakan hal baru dalam tradisi ketuk pintu untuk melibatkan agama dan budaya yang ada sebagai wujud pluralisme.
"Ini hal baru yang kami jalankan, karena kami sadar bahwa kami besar dan lahir di sini, mencari nafkah disini, jadi budaya-budaya lokal memang sudah biasa kita pakai juga," katanya kepada para awak media, Rabu (4/2/2015).
Dia menceritakan, sudah menjadi barang umum bagi kaum Tionghoa bahwa sebelum memulai tahun baru selalu mengadakan slametan. Bahkan menurutnya setiap kaum tionghoa saat pindah rumah belum afdol jika belum membuat acara 'ngeslubi rumah'.
"Semua seperti itu, termasuk di rumah saya juga, dan ini memang yang terjadi dan kita angkat bahwa ini memang nyata biasa dilakukan di lingkungan kami, bukan seremonial saja," jelasnya.
Menurutnya, kalau memang doa untuk yang maha kuasa, dengan cara apa pun akan bisa didengar oleh Tuhan, jika memang tulus dan iklas dalam memohon doa. (*)