TRIBUNJATENG.COM, BANYUWANGI - Seorang perempuan berseragam dan berkerudung coklat baru saja turun dari sepeda motor di sebelah bangunan kecil persis depan bekas tambak di Lingkungan Wonosari pesisir Kelurahan Sobo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Setelah mengucapkan salam, perempuan yang dipanggil 'Bu Darmawan' itu langsung diserbu puluhan anak-anak untuk bersalaman.
"Bu Darmawan aku sudah baca sampai halaman 10," kata seorang anak laki-laki berusia 10 tahun sambil menunjukkan bukunya.
Pakaian seragam polisi yang dikenakan perempuan yang memiliki nama Ririn Mufiah tersebut juga tidak membuat anak-anak canggung untuk mendekat dan duduk di pangkuannya.
"Ini kegiatan saya setiap sore selepas dinas. Mengajar ngaji mereka. Karena waktunya mepet dan jarak rumah jauh saya ya langsung ke sini tanpa harus ganti baju," ujar Aiptu Ririn Mufiah, Rabu (29/6/2016).
Sehari-hari, perempuan kelahiran Tulungagung, Jawa Timur tersebut berdinas di Binmas Polsek Kota Banyuwangi. Suaminya, Aiptu Darmawan Prihandoko, bertugas di Polair Banyuwangi.
Ririn bercerita bahwa musala kecil tersebut didirikannya bersama suaminya sejak akhir tahun 2010. Saat itu, dia mengalami sakit parah dan dokter mengatakan sulit untuk sembuh.
"Sudah berbulan-bulan saya keluar masuk rumah sakit. Akhirnya kami meniatkan untuk membangun musala dari uang yang akan kami digunakan untuk umrah," katanya sambil tersenyum.
Mereka sengaja memilih di lingkungan Wonosari Pesisir karena daerah tersebut berada di pinggiran dan jarang mendapatkan perhatian walaupun masuk wilayah Kecamatan Kota Banyuwangi.
Ada sekitar 25 rumah tangga yang mayoritas adalah buruh nelayan dan dari kalangan tidak mampu. Saat musim hujan, daerah tersebut menjadi langganan banjir rob dan tak mendapat bantuan dari pemerintah.
"Saat saya dan suami jalan kaki di daerah sini saya trenyuh. Anak-anak banyak yang bermain di jam sekolah. Mereka tidak ada yang mengarahkan. Banyak juga yang tidak sekolah karena mereka tidak mampu," tuturnya.
Dia percaya bahwa mendirikan musala di daerah tersebut lebih banyak bermanfaat dibandingkan dia mendirikan musala di sekitar rumahnya sendiri.
Di tanah seluas 4 x 8 meter yang dibelinya dari warga sekitar, pasangan Ririn dan Darmawan kemudian mendirikan musala kecil. Pembangunannya tidak sampai dua bulan karena dibantu oleh masyarakat sekitar.
"Ada yang bilang, Alhamdulillah ada musala, Bu. Suami saya jarang salat soalnya," katanya sambil tertawa.
Untuk operasional musala tersebut, mereka mengeluarkan biaya dari uang pribadi termasuk membeli buku serta peralatan mengaji untuk anak-anak. Kemudian ada beberapa donatur dari rekannya membantu membuatkan plafon musala.