Pilgub Jateng 2018

Inilah Nama Kandidat Tertinggi Hasil Hasil Survei Pilgub Jateng 2018 dari Populi Center

Penulis: galih permadi
Editor: Catur waskito Edy
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HASIL SURVEI - Direktur Populi Center, Usep S Ahyar memaparkan hasil survei terkait Pilgub Jateng 2018 yang disampaikan di Hotel Shantika Premier, Semarang dihadiri oleh tamu undangan dan sejumlah awak media Rabu (14/6).

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Populi Center menggelar survei kandidat idaman warga Jateng pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2018.

Hasilnya, elektabilitas Ganjar Pranowo menduduki nomor wahid dalam survei itu.

Prosentase Ganjar dalam survei itu tercatat sebesar 51,6 persen. Lalu muncul nama mantan Bupati Batang, Yoyok Riyo Sudibyo, dengan raihan 4 persen.

Lima besar selanjutnya yakni Ketua DPW PKB Jateng, Yusuf Khudori (2,9 persen); Bupati Tegal, Enthus Susmono (2,6 persen); dan Bupati Kudus, Musthofa (1,5 persen).

Nama lain juga disebut dalam survei itu, antara lain Rustriningsih, Hendrar Prihadi, Seno Samodro, Sudirman Said, Abdul Wachid, dan Marwan Jafar.

Sementara untuk posisi wakil gubernur (wagub), elektabilitas Heru Sudjatmoko paling tinggi.

Selanjutnya muncul nama-nama Rustriningsih, Yoyok Riyo Sudibyo, Musthofa, Sudirman Said, Hendrar Prihadi, FX Rudiatmo, Seno Samodro, dan beberapa tokoh lain.

Direktur Populi Center, Usep S Ahyar mengatakan, survei dilakukan pada 15-23 Mei 2017 melalui metode wawancara tatap muka terhadap 800 responden di 80 desa/kelurahan yang dipilih secara acak di 35 kabupaten/kota.

"Margin of error 3,39 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei ini kami lakukan untuk mengetahui kesiapan dan preferensi pilihan masyarakat Jateng tentang cagub dan cawagub," ujarnya, dalam paparan hasil survei di Hotel Santika Premier Semarang, Rabu (14/6).

Meski Ganjar digoyang isu dugaan korupsi E-KTP, sebanyak 40,9 persen masyarakat menyatakan tidak percaya orang nomor satu di Jateng itu terlibat. Banyaknya masyarakat Jateng yang tidak percaya keterlibatan Ganjar dalam dugaan kasus korupsi E-KTP itu berbanding lurus dengan elektabilitas Ganjar yang masih tinggi.

"Gubernur petahana unggul untuk tingkat elektabilitas, popularitas, dan akseptabilitas. Tetapi angka elektabilitas Ganjar belum menjamin kemenangannya, karena belum jelas siapa saja lawannya yang akan bersaing di Pilgub Jateng 2018," katanya.

Usep menuturkan, ada beberapa temuan menarik dalam survei itu, yakni beberapa nama tokoh nasional masuk dalam bursa cagub-cawagub.

"Meskipun dikenal di tingkat nasional, tingkat pengenalan dan tingkat kesukaan masyarakat Jateng terhadap tokoh nasional seperti Sudirman Said dan Marwan Jafar belum masuk lima besar," jelasnya.

Tak ada kejutan

Pengamat Politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Teguh Yuwono menyatakan, tidak ada kejutan dalam survei itu dengan munculnya Ganjar sebagai cagub idaman pada Pilgub 2018.

"Dalam konteks politik, Jateng dikenal sebagai lumbung PDI Perjuangan. Hasil survei ini tinggal mengiyakan saja dan menegaskan pilihan publik sesuai dengan wacana yang sudah ada di masyarakat," paparnya.

Ekspos Pilgub Jateng, menurut dia, terbilang lebih kering dibandingkan dengan dua provinsi lain, yakni Jabar dan Jatim. Hal itu antara lain akibat faktor degree of competition, atau kompetisi yang setara di Jabar dan Jatim yang tidak ada incumbent.

"Mereka bertarung dalam posisi sama. Sedangkan di Jateng ada incumbent yang diusung PDI Perjuangan. Sesuai dengan tradisi politik, PDI Perjuangan kuat di Jateng," terangnya.

Namun, Teguh mengungkapkan, survei ini mungkin saja akan memunculkan optimistis partai pengusung lain untuk membangun tradisi baru di Jateng. Hal itu mengingat pasangan yang diusung PDI Perjuangan sesuai dengan tradisi politik di Jateng pasti menang atau setengah menang.

"Namun, itu juga akan membuka peluang dan ramai jika PDI Perjuangan head to head dengan non PDI-Perjuangan. Artinya hanya dua pasangan calon. Jika PDI Perjuangan mendapat lawan lebih dari dua partai, biasanya sesuai dengan tradisi selesai di tangan PDI Perjuangan," ucapnya.

Teguh berujar, figur dan partai pengusung menjadi satu paket yang tidak bisa terpisahkan dalam pilkada.
"Jika Ganjar tidak mendapat rekomendasi PDI Perjuangan dan diusung partai lain, belum tentu Ganjar bisa menang dalam pilgub. Fakta ini terjadi pada pilgub sebelumnya yang memenangkan Ganjar atas Bibit Waluyo," ujarnya. (*)

Berita Terkini