TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA - Kondangnya nama Panglima Besar Jenderal Soedirman dikagumi oleh rakyat Indonesia, tapi sebaliknya juga sangat dibenci oleh penjajah Belanda.
Saking sulitnya menangkap dan melumpuhkan perlawanan perjuangan Pak Dirman, penjajah Belanda hingga mengerahkan banyak pasukan dan peralatan perang untuk mengalahkan perjuangan rakyat Indonesia.
Pesawat Belanda memborbardir Yogyakarta untuk menghancurkan Indonesia sekaligus menangkap Jenderal Soedirman. Dua tim besar pasukan Belanda ditugasi menghabisi Presiden Soekarno dan Bung Hatta, serta satu tim lagi untuk menangkap Panglima Jenderal Soedirman.
Tribunjateng.com menemui Mayor Purnawirawan Abu Arifin (97) di kediamannya, Sabtu (19/8/2017). Mayor Abu Arifin adalah mantan Ajudan II Jenderal Soedirman yang masih sehat walafiat hingga kini.
"Belanda melalui mata-mata, sebelumnya menyebarkan info akan ada latihan perang di hari Minggu. Kami tenang saja karena berpikir itu kerjaan teman kami sendiri yang latihan perang di lapangan," kata mantan Ajudan II Jenderal Soedirman Mayor Purnawirawan Abu Arifin.
Ternyata itu adalah taktik licik Belanda untuk mengelabui pejuang-pejuang Indonesia. Bukan latihan perang melainkan benar-benar perang. Benar-benar pasukan dan pesawat penjajah Belanda hancurkan Yogyakarta.
Suara tembakan udara di langit kota Yogyakarta, 19 Desember 1948, awalnya dikira hanya perang-perangan atau latihan militer oleh tentara Indonesia. Pejuang Indonesia terhenyak. Karena ada perjanjian sebelumnya antara Indonesia dengan Belanda.
Panglima Besar Jenderal Soedirman terbaring sakit di rumah dinasnya Jalan Bintaran Timur 8 Yogyakarta. Sejumlah pengawal yang menjaga Pak Dirman juga tak berfirasat buruk atas kejadian itu.
Hingga akhirnya, penduduk teriak panik dan berhamburan ke seluruh penjuru. Sejumlah ibu berlarian sambil menggendong anak mencari tempat aman.
Kota yang lengang di hari Minggu, berubah tegang. Pesawat tempur Cocor Merah milik Belanda terus menjatuhkan amunisi hingga membuat sejumlah bangunan penting kota hancur.
Belanda menyerang di saat para penjuang sedang tidak siap. Instansi pemerintahan banyak yang tutup di hari Minggu. Tentara dan pegawai banyak yang sedang bersantai di rumah menikmati libur. Lanjutan kisah perjuangan Jenderal Soedirman silakan simak di koran cetak Tribun Jateng. (Tribun Jateng Khoirul Muzakki)