Liputan Khusus

Sebulan Habis Rp 13,5 Juta untuk Elpiji, Pengusaha Katering Dambakan Jaringan Pipa Gas

Editor: iswidodo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengusaha Katering Dambakan Jaringan Pipa Gas

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tiap bulan, Sumargo (70), menghabiskan sekitar 100 tabung gas elpiji kemasan 12 kilogram (Kg) untuk usaha katering yang dikelola istrinya, Wi Sudarti (53). Untuk keperluan tersebut, pasangan suami istri (pasutri) yang merupakan warga RT 02 / RW 06, Kelurahan Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan, Semarang, itu harus merogoh kocek sekitar Rp 13,5 juta.

"Ya sekitar segitu untuk keperluan energi, sebagai bahan bakar katering. Itu asumsinya, jika harga gas elpiji kemasan tabung 12 kilogram senilai Rp 135.000," kata Margo, saat ditemui di rumahnya.

Saat Tribun Jateng bertandang ke rumah Margo, tak tampak aktivitas masak-memasak. Hanya, beberapa unit kompor dan tabung gas elpiji kemasan 12 kilogram tertata rapi di teras rumahnya. Di sekitarnya, terdapat berbagai jenis bumbu dapur, yang terpisah dalam wadah-wadah terpisah.

Disampaikan, kompleks perumahan Wahyu Utomo yang kini ia tinggali, sudah terpasang jaringan gas pipa dari Perusahaan Gas Negara (PGN), sejak sekitar tahun 2014. Menurutnya, ia pun memanfaatkan jaringan gas pipa itu untuk keperluan rumah tangganya.

"Yang pertama itu dipasang itu di RT 08, gratis. Namun, sekarang wilayah itu terdampak tol. Sementara, di lingkungan saya agak belakangan, saya harus bayar sekitar Rp1 juta untuk pemasangan instalasi hingga sambungan gas sampai ke kompor di dapur," ujar Ketua RT 02 itu, seraya menunjukkan kompor dua tungku di dapurnya.

Diakui, untuk kepentingan skala rumah tangga, gas dari jaringan pipa PGN cukup membantu. Keluarganya tak perlu repot-repot sering mengganti tabung gas. Pun tak perlu hawatir kehabisan gas saat tengah memasak.

"Kalau untuk memasak skala rumahan saja, ini lebih dari cukup, sangat bagus dan membantu. Tiap bulan saya membayar sekitar Rp 98 ribu, untuk pemakaian gas dari jaringan pipa PGN ini, lebih hemat," ucapnya.

Hanya, menurut Margo, ia belum bisa merasakan manfaat dari jaringan pipa gas tersebut, untuk keperluan usaha katering yang telah ia rintis sejak tahun 2000 itu. Ini disebabkan, tekanan gas yang ada tak cukup untuk menyalakan sekitar tujuh kompor bertekanan tinggi, yang digunakan untuk usaha katering miliknya.

"Kalau untuk keperluan rumah tangga sudah sangat lebih dari cukup, tapi untuk katering saya sama sekali belum merasakan manfaatnya. Karena itu, untuk katering saya masih gunakan gas elpiji kemasan 12 kilogram," ungkapnya.

Ia berharap, PGN bisa segera mengatasi kebutuhan gas untuk usaha katering miliknya. Harapan Margo, sepertinya tak akan lama lagi terwujud.

"Akhir bulan Oktober kemarin ada sosialisasi dari PGN, katanya akan direalisasikan penyediaan gas untuk usaha katering seperti saya. Rasanya sudah tak sabar menunggu, pengen cepet terlaksana," kata Margo.

Ia yakin, penyediaan gas dari PGN untuk usaha katering miliknya dapat menekan pengeluarannya tiap bulan.

"Sekarang untuk kebutuhan energi Rp13,5 juta, jika gas dari PGN saya yakin harganya akan jauh lebih murah. Ongkos produksi katering dapat ditekan, selain itu tak akan khawatir kehabisan," tutur pensiunan pegawai PT. Pertamina tersebut.

Menurut dia, berdasarkan pemaparan saat sosialisasi kemarin, nantinya gas dari PGN untuk usaha katering tak akan diambilkan dari jaringan pipa yang sudah tersedia. Melainan, PGN akan memasang alat tersendiri, semacam tabung besar, yang kemudian akan disalurkan ke kompor-kompor yang digunakan untuk memasak.

"Namanya cradle kalau tak salah, saya tak begitu ingat. Saya sudah menyiapkan tempat untuk pemasangan alat tersebut, kemarin juga sudah disurvei PGN," terangnya.

Senada disampaikan Wi Sudarti, istri Margo. Menurut Wi, selama ini tak ada masalah dengan jaringan pipa gas PGN.

"Pelayanannya baik, hampir tak pernah ada masalah. Kemarin sempat ada masalah, karena jaringan pipa terdampak pembangunan tol, tapi langsung direspon cepat, segera selesai," tuturnya.

Ia pun sangat mengapresiasi PGN jika bisa segera penyediaan gas untuk usaha katering yang dikelolanya.

"Tentu itu akan sangat membantu," harap dia.

Warga Kelurahan Bringin, Kecamatan Ngaliyan, N. Nurdin, mengaku belum merasakan enaknya menggunakan gas dari jaringan pipa PGN. Sebab, di wilayahnya belum tersedia instalasi jaringan pipa penyalur gas milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu.

"Saya membayangkan pasti nyaman sekali, gak perlu repot-repot nenteng tabung ke sana-kemari, nyari toko yang persediaan gasnya masih ada. Berharapnya sih jangan hanya di Wahyu Utomo, tapi semuanya bisa merasakan manfaat jaringan gas pipa," ucapnya.

Terpisah, Sales Area Head PGN Semarang Heri Frastiono, mengatakan penyediaan gas untuk usaha katering akan segera direalisasikan. Menurut dia, nantinya gas yang disalurkan tak melalui jaringan pipa sebagaimana untuk keperluan rumah tangga.

Ditambahkan, gas yang disediakan untuk kepentingan komersial tersebut nantinya adalah Compressed Natural Gas (CNG).

"Tidak melalui jaringan pipa, tapi nanti ada alat khusus, Cradle, yang disediakan, seperti stasiun pengisian mini," imbuhnya. (tribunjateng/cetak/lipsus)

Berita Terkini