TRIBUNJATENG.COM, BATAM - Sebanyak 41 karung warna putih berjejer rapi di Pelabuhan Batuampar, Batam, Sabtu (10/2) siang. Karung-karung itu bukan berisi beras namun, sabu!
Ya, sabu berjumlah besar inilah yang ditemukan di dalam kapal Sunrise Glory. Pemeriksaan awal, petugas menemukan sekitar 1,1 ton dan diperkirakan masih ada lagi sabu di dalam kapal. Kabarnya mencapai tiga ton.
Kapal Sunrise Glory ditangkap KRI Sigurot-864 di Selat Philips. Kapal itu sudah menjadi target karena disinyalir membawa tiga ton sabu ke Australia. Untuk mengelabuhi petugas, kapal sengaja berganti nama dan bendera negara.
Wakil KSAL Laksamana Madya Achmad Taufiqurahman mengaku mendapatkan informasi ada kapal yang memuat tiga ton sabu hendak menuju Australia. Namun sebelum sampai di perairan Australia barang tersebut diturunkan di suatu tempat.
"Kita mendapat informasi ini dari BNN (Badan Narkotika Nasional). Kan BNN juga menggali informasi dengan pihak Australia. Diketahui kalau kapal Sunrise Glory membawa sabu seberat 3 ton. Yang sudah diturunkan sekitar 1,3 ton," ujar dia.
Petugas gabungan menurunkan anjing pelacak untuk mengendus penyimpanan sabu. Dua anjing pelacak milik Bea dan Cukai Batam ini bernama Andro untuk jenis kelamin jantan, dan Dela untuk yang betina.
Beberapa saat setelah mengendus, akhirnya anjing pelacak menemukan sabu yang disembunyikan di bawah tumpukan bahan makanan, serta barang lainnya.
"Inilah bentuk saling menutup, dalam arti menggunakan kelebihan masing-masing untuk menanggulangi dan menemukan barang berbahaya ini. Dan Bea cukai bekerjasama menggunakan anjing pelacak yang dimiliki," kata Kepala Bea dan Cukai Batam, Susila Brata.
Pencarian sabu sempat mengalami kendala dan harus dihentikan sementara karena penciuman anjing pelacak menurun ketika terjadi guncangan kapal akibat empasan ombak.
"Anjing tersebut mempunyai kepekaan yang akan meredup jika terlalu banyak melakukan aktivitas penciuman sehingga harus diistirahatkan sejenak untuk dinetralkan kembali," ujarnya.
Jaringan terputus
Selain kapal dan barang bukti, petugas juga menangkap empat awak kapal. Mereka merupakan warga Taiwan masing-masing berinisial HLF (47), HCA (43) CCN (36) dan CCT (47).
Menariknya, awak kapal tidak mengenal satu sama lainnya. Laksamana Madya Achmad Taufiqoeracman mengatakan, para awak kapal berasal dari berbagai daerah di Taiwan. Mereka sengaja dibuat tidak saling kenal untuk memutus jaringan.
"Memang dia sengaja, dan mereka tidak saling kenal. Bahkan mereka tidak mengerti bahasa Indonesia," sebut Achmad. Pantauan Tribun, keempat pelaku terlihat lesu dengan masing-masing tangan mereka diborgol. Kepala mereka juga ditutup sebo.
Penangkapan kapal Sunrise Glory mengingatkan pada penangkapan kapal Wanderlust yang menyelundupkan satu ton sabu ke Anyer, Banten, tahun lalu. Usai mengantar sabu, kapal langsung kabur dan akhirnya ditangkap di Perairan Bintan, Kepri. (tribunjateng/cetak/dra/koe/tribunbatam)