Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNJATENG.COM, PEMALANG - Parade Seni Budaya sebagai acara puncak Pesta Rakyat hari jadi ke-68 Provinsi Jateng yang diadakan di Alun Alun Pemalang, Senin (20/8/2018) malam.
Parade dengan konsep karnaval itu menunjukan potensi kebudayaan dari 35 kabupaten dan kota se- Jawa Tengah.
Acara dimulai pukul 19.30 sampai 23.30 WIB. Pertunjukan tersebut juga sekaligus sebagai penutup rangkaian acara Pesta Rakyat. Penutupan acara secara simbolis dilakukan Wakil Gubernur Jateng, Heru Sudjatmoko.
Parade terdepan merupakan barisan dari tuan rumah Pemalang dengan pertunjukan Tari Kebo Ijo. Kemudian, disusul grup drum band dari Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang.
Di belakangnya, Wayang Semar raksasa yang terbuat dari ratusan kulit kerbau dari Sanggar Gogon Surakarta. Kemudian disusul penampilan dari para seniman luar negeri.
Selanjutnya, iring- iringan pegawai Dinas Pertanian Provinsi yang menyanyikan lagu berjudul 'Kartu Tani'.
Kemudian dilanjutkan penampilan seni budaya dari 35 kabupaten/ kota di Jateng.
Semua daerah menunjukan penampilan terbaik mereka untuk menampilkan potensi atau kekayaan daerahnya melalui tarian.
Selain itu, peserta mengambil akar kesenian daerah lalu dikembangkan sehingga menjadi kreasi yang spektakuler yang ditampilkan pada malam hari.
Misalnya, Tari Pernikahan Tembakau yang dibawakan kontingen asal Kabupaten Magelang, Tari Kretek asal Kudus, Tari Dawet Ayu dari Banjarnegara, dan sebagainya.
Mereka memberikan suguhan atraksi seni yang spektakuler dari 35 kabupaten/ kota di Jateng. Parade Seni Budaya Jateng ini menempuh jarak 1,2 kilometer dengan start di Jalan A Yani dan finish di Alun-Alun Kabupaten Pemalang.
Kemudian, semua kontingen menunjukan aksinya di depan panggung utama di halaman Kantor Pemkab Pemalang.
Wakil Gubernur Jateng, Heru Sudjatmoko, menuturkan semua warga tumplek blek beramai- ramai untuk datang pada rangkaian acara HUT Jateng tersebut.
"Semuanya menyatu, ngawiji datang ke acara ini. Itu menunjukan cinta dan handarbeni (merasa ikut memiliki) Jateng. Acara ini juga perekat kesatuan dan persatuan serta semangat keutuhan NKRI," ucapnya.
Parade Seni Budaya, kata dia, menampilkan kesenian berupa tarian dengan penilaian koreografi, kreativitas, kekompakan, penampilan, kostum dan properti, serta kerapihan.
Heru berharap event tersebut mampu menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap seni budaya bangsa. Selain itu, meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap keragaman budaya di Jateng.
"Parade seni budaya yang lekat kearifan lokalnya sangat penting untuk mengikis dan memfilter seni budaya asing yang belum tentu sesuai dengan bangsa Indonesia," ujarnya.
Selain sebbagai perayaan hari jadi, Parade Seni Budaya juga menjadi ajang promosi pariwisata di bidag budaya yang secara langsung dapat meningkatkan kunjungan wisata ke Pemalang.
Sehingga dapat mendorong perekonomian dan menaikan pendapatan asli daerah (PAD) Pemalang.
Sementara, juri Parade Seni Budaya, Yoyok B Priambodo atau dikenal Yoyok Greget yang merupakan Pengasuh Sanggar Greget Semarang, mengatakan kecewa dengan lokasi diadakannya parade seni budaya itu.
"Sangat tidak ideal lokasi pertunjukan di lokasi yang sempit. Untuk parade seharusnya memiliki ruang yang lebar dan panjang," kata Yoyok. (*)