Oleh Usman Roin
Guru Ekskul Jurnalistik SMP IT PAPB Semarang dan Pengurus Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Tengah
SEMARANG -- HARI-libur adalah saat yang ditunggu oleh siswa pasca ujian yang telah dilakukan. Hadirnya liburan tidak bisa dipungkiri memberi manfaat bagi para pelajar. Selain sebagai waktu untuk beristirahat dari rutinitas kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah, adanya hari libur juga sekaligus memberi kesempatan bagi para siswa untuk merencanakan kegiatan produktif (di luar sekolah) secara efektif.
Terlebih, liburan kali ini relatif lama yakni, mulai dari usainya penilaian akhir semester (PAS), hadirnya hari Natal yang kemudian dilengkapi dengan datangnya Tahun Baru 2019. Hanya saja, jamak kita lihat, hadirnya liburan bagi siswa bagaikan waktu yang tepat untuk menghalalkan segalanya. Mulai dari bermain gadget setiap waktu, nongkrong bersama teman sepuasnya, hingga tidur yang tanpa batas.
Selain hal di atas, yang lebih fatal adalah datangnya hari libur dijadikan alasan mandeg-nya kebiasaan belajar yang sudah terbangun kala masuk sekolah. Sehingga tidak jarang, nihil-nya siswa yang tetap konsisten belajar di hari libur patut menjadi keprihatinan bersama. Bila itu luput dari perhatian kita, akan muncul persepsi yang salah bahwa belajar hanya di hari-hari sekolah saja. Hingga yang lebih ekstrim, belajar hanya akan dilakukan kala menjelang ujian dilaksanakan.
Hakekat belajar (bila dimaknai seperti itu) tentu akan merugikan bagi siswa yang notabene menjadi pelajar. Secara kognisi, afeksi dan psikomotor akan memunculkan kemandegan dari sisi waktu akibat belajar yang unkonsisten. Oleh karena itu, fenomena unkonsistensi belajar siswa saat liburan tiba perlu menjadi keprihatinan bersama. Terlebih, usaha untuk terus belajar dalam penelitian Rochanah dalam Jurnal Elementary (2016: 203), akan dapat mendukung serta menunjang pembelajaran yang efektif di sekolah. Guna mewujudkan hal tersebut, bagi penulis bisa dilakukan antara lain:
Pertama, sekolah dengan kebijakan yang kreatifnya ternyata bisa memberikan penekanan kepada siswa, bahwa dihari libur belajar tetap bisa laksanakam salah satunya melalui kegiatan literasi yang terencana. Hal itu bisa dilakukan dengan pangadaan program literasi yang dibuat sekolah di hari libur. Terkait isinya, bisa dalam bentuk laporan nominal buku yang dibaca. Bisa juga dengan catatan ringan kegiatan selama siswa libur, hingga bentuk kegiatan yang punya nilai bagi pengembangan pribadi maupun sosial.
Adanya program terencana dihari libur ini bertujuan agar sekolah tidak lepas tangan terhadap konsistensi belajar siswa. Melainkan bersemangat menggelorakan semangat belajar sepanjang hayat. Disamping itu, juga membina hubungan baik sekolah dan keluarga utamanya dalam hal konsistensi belajar. Jika hal ini dilakukan tanggung jawab pendidikan tidak hanya tertumpu pada sekolah, melainkan peran keluarga juga hidup mewarnai bagi peningkatan belajar siswa.
Kedua, jika sekolah tidak membuat kebijakan tersebut, maka konsistensi belajar siswa bisa dilakukan oleh orang tua. Caranya bisa dengan memformulasikan bentuk liburan yang sehat. Yakni, liburan yang bisa meningkatkan pengetahuan bukan liburan yang justru menenggelamkan kewajiban belajar siswa. Hal itu bisa dilakukan dengan membuat jadwal belajar bersama selama di rumah bagi yang memilih liburan di rumah. Atau juga melalui kegiatan out door (liburan) yang kreatif melalui laporan eksploratif hasil kunjungan baik kepada saudara, tempat wisata (museum, candi, pantai) hingga mencicipi aneka kuliner makanan sekalipun.
Ketiga, dengan menitipkan anak-anak pada pondok pesantren, atau remaja masjid yang memiliki kegiatan edukatif selama masa liburan berlangsung. Alhasil, liburan yang dilakukan tetap memiliki nilai postif bagi pengembangan knowledgedan karakternya.
Dengan demikian, mengemas liburan dengan tetap mengedepankan pembelajaran kuncinya pada perencanaan terhadap liburan itu sendiri. Intinya ada atau tidak muatan edukatif yang bisa menambah pengatahuan anak dengan aktifitas liburan yang dilakukan. Terlebih menurut Daryanto (2013:41), bahwa orang tua yang tidak mempunyai perhatian terhadap belajar anaknya, misalnya mengacuhkan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau memperhatikan kemajuan belajar anaknya, kesulitan dan hambatan yang dialami dalam belajar, maka akan berdampak pada ketidakberhasilan dalam belajar.
Akhirnya, tidak terlalu susah untuk mewujudkan tindakan pembelajaran saat liburan. Kuncinya ada atau tidak upaya “muatan belajar” itu disisipkan dalam liburan yang kita lakukan. Jadi, selamat berlibur dan mengedukasi rencana liburan kita. (*)