KPU Tidak Ingin Ada Paslon Dipermalukan, Hidayat Nur Wahid: Itu Artinya Curiga

Penulis: Ardianti WS
Editor: abduh imanulhaq
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hidayat Nur Wahid

TRIBUNJATENG.COM- Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid menanggapi pernyataan Ketua KPU Arief Budiman yang mengaku tidak ingin ada paslon dipermalukan.

Tanggapan Hidayat Nur Wahid itu ia sampaikan melalui akun Twitter @hnurwahid pada Selasa (8/1/19).

Dalam cuitan tersebut, Hidayat Nur Wahid menyebut bahwa sikap KPu menunjukkan tidak kepercayaan.

Hidayat Nur Wahid menilai bahwa itu artinya curiga ada paslon yang akan dipermalukan.

Hidayat Nur AWahid mengaku sangat menyesalkan pernyataan KPU tersebut.

Rp 80 Juta Bisa Bawa Pulang Empat Jenis Mobil Bekas Honda, Setara Tarif Kencan Artis

Reaksi Mahfud MD saat Dikira Dahlan Iskan di Jogja

Megawati Pidato Tentang Soekarno, Fahri Hamzah: Harus Dibahas saat Debat Tanpa Bawa Contekan

Foto-Foto Perubahan Arya Permana Bocah Obesitas dari Berat Badan 130 Kg Hingga Kondisinya Sekarang

" Ketua KPU:”Kami Tidak Ingin Ada Paslon yang Dipermalukan.”. Sikap spt ini yg makin hadirkn”distrust” thd KPU olh @KPU_ID sendiri. Menyebut ada paslon yg dipermalukn,itu artinya curiga ada paslon/pihak lain yg akan permalukn paslon itu.Sangat disesalkan," tulisnya.

Cuitan Hidayat Nur Wahid (kolase/Tribunjateng)

Ketua Komisi Pemilihan Umum ( KPU) Arief Budiman mengatakan, salah satu alasan KPU memberikan kisi-kisi pertanyaan debat ke kandidat sebelum debat digelar adalah supaya tidak ada paslon yang dipermalukan.

Jika pertanyaan diberikan secara spontan saat debat berlangsung, ada kemungkinan paslon 'diserang' dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak relevan.

"Kami tidak ingin ada paslon yang istilahnya dipermalukan atau diserang karena persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan yang sangat-sangat teknis, tidak substantif," kata Arief di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (7/1/2019).

Arief mengatakan, sebagai penyelenggara pemilu, KPU ingin seluruh pihak menjaga martabat pasangan capres-cawapres. Pengalaman debat pemilu, seringkali kandidat diberikan pertanyaan yang sangat teknis dan tidak penting.

Tujuannya hanya untuk menjatuhkan paslon. Padahal, tujuan utama debat adalah untuk mengampanyekan visi-misi dan program capres-cawapres.

Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim Mengundurkan Diri, Pilih Bergabung dengan Perusahaan Swasta

Vanessa Angel Mengaku Belum Terima Bayaran Rp 80 Juta, Baru Uang Transportasi

Ramalan Zodiak Anda Selasa 8 Januari 2019, Libra Kamu Akan Berdebat dengan Pasangan

"Tujuan utama kampanye adalah menyampaikan visi-misi program kepada masyarakat sehingga masyarakat tahu paham dan menggunakan referensi itu sebagai cara dia untuk menentukan pilihannya," ujar Arief.

Jika visi-misi dan program paslon tak tersampaikan dengan baik, maka tujuan utama kampanye bisa dibilang tidak tercapai.

Arief menambahkan, rencana memberikan kisi-kisi ke kandidat sebelum debat bukan keputusan KPU semata.

Rencana tersebut telah disepakati KPU dengan tim kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 maupun 02.

Ada dua model lontaran pertanyaan dalam debat pertama Pilpres 2019. Dua model itu, adalah model pertanyaan terbuka dan tertutup.

Model terbuka artinya, pertanyaan sudah lebih dulu diserahkan ke peserta sebelum penyelenggaraan debat.

Model ini memberi kesempatan bagi peserta debat untuk mendalami pertanyaan dan menyiapkan jawaban.

Namun, dari seluruh pertanyaan yang disusun, hanya ada beberapa pertanyaan yang akan dimunculkan dalam debat.

Peserta debat sendiri tidak akan diberi tahu pertanyaan yang benar-benar akan muncul.

Selain model terbuka, ada juga pola pertanyaan tertutup.

Pada model ini, masing-masing pasangan calon mengajukan pertanyaan ke paslon lainnya. (TribunJateng.com/Woro Seto)

Berita Terkini