ILC Panas, Dimarahi Fahri Hamzah, Begini Reaksi Komisoner KPU hingga Penonton Bertepuk Tangan

Penulis: Ardianti WS
Editor: abduh imanulhaq
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Reaksi KPU dimarahi Fahri Hamzah

TRIBUNJATENG.COM- Reaksi Komisioner KPU Wahyu Setiawan saat dimarahi Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah di forum ILC.

Hal itu disampaikan Fahri Hamzah saat bersama komisioner KPU Wahyu Setiawan menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) TV One, Selasa (8/1/2019) malam.

Fahri Hamzah diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat dalam tema 'Menguji Netralitas KPU'.

Fahri menengaskan bahwa di negara hukum, diselenggarakan pemilu termasuk di dalam undang-undnag itu sendiri.

Fahri menilai jika improvisasi yang dilakukan oleh KPU saat itu terlalu berlebihan.

"Improvisasi KPU yang berlebihan di dalam rapat-rapt itu yang nagwur menurut saya," ujarnya.

Fahri menilai bahwa mekanisme yang dilakukan KPu justru mereduksi sistem demokrasi saat ini.

Sule Akhirnya Cerita Soal Kekasih Barunya, dari Awal Kenalanan hingga Akhirnya Jadian

Fadli Zon Mengaku Tersangka Pembuat Hoaks Surat Suara Tercobolos Bukan Relawan Prabowo-Sandi

Videonya Acungkan Jari 1 Tuai Polemik, Ridwan Kamil: Saat Itu Tidak di Hari Kerja

Viral Rahasia Luhut Binsar Pandjaitan Tetap Mesra dan Romantis dengan Sang Istri

Lantas, Fahri menjelaskan alasan KPU terlihat tidak netral dan tampak memanfaatkan pencitraan.

"Karena anda sendiri tidak ngerti cara membela diri," ujarnya.

"Ada KPU, ada Bawaslu, ada DKPP semua itu diselenggarakan agar KPu itu netral, itu sudah ada, nggak usah khawatir" ujar Fahri.

Fahri lantas tampak begitu kesal dan marah melihat KPU terkesan diam dalam menghadapi kritikan.

Ia juga kecewa karena KPU tampil menjadi jagoan saat ada hoaks 7 kontainer surat suara tercoblos.

"Banyak kontroversi nggak dijawab tapi begitu ada kontroversi 7 kontainer tiba-tiba tampil kayak jagoan, kami laporkan ini ngajak petahana untuk ngeroyok karena di sebelah itu ada tim petahana, kan ini orang lihat nggak netral, " ujar Fahri Hamzah.

"Saya lihat press roomnya KPU sekarang ini paling sepi, dulu saya tahu, dulu paling ramai nyari wartawan itu paling ramai karena tidak ada keasyikan untuk berbicara."

Fahri kemudian mulai menunjuk-nunjuk hingga meluapkan kritikannya dengan keras di depan komisioner KPU.

"Eh berbicaralah tugas Anda itu diragukan karena Anda dibayar, cara Anda meyakinkan rakyat itu bicara, kami benar ini dasar hukumnya, silahkan periksa, ada keraguan DPT, jelaskan ini, sampai mereka puas, itu tugas anda" ujar Fahri yang tampak marah

"Ada keraguan tentang kotak suara yang bisa hancur jelaskan ini sampai orang puas itu tugas Anda!," tambahnya yang disambut tepuk tangan para hadirin.

"Jangan kemudian ada yang ingin menghancurkan wibawa pemilu, itu tugasnya Anda jawab itu cara negara bersikap, Anda dipilih sebagai jagoan-jagoan, jadi jangan baper begitu. Jawab aja karena Anda digaji untuk itu," lanjut Fahri Hamzah.

Fahri lantas mengaku penasaran dengan dua kandidat capres di debat.

"Dua kandidat ini jarang ditampilkan di depan rakyat selama ini, kitu seharusnya hak rakyat untuk tahu siapa pemimpin saya, untuk bersaksi di kotak suara atas nama Tuhannya untuk bersaksi dunia akhirat bahwa saya memilih orang ini, itu saya harus tahu siapa dia, ini harusnya dibongkar," ujar Fahri.

Jokowi Jenguk Ustaz Arifin Ilham di RSCM, Bahasa Tubuh Presiden Jadi Sorotan

Hidayat Nur Wahid: Ditunggu Sikap Profesional Bawaslu Terhadap Gubernur yang Acungkan 1 Jari

Rumah Wakil Ketua KPK Dilempar Bom Olotov, Polisi Amankan Cairan Warna Biru

Fahri lantas menilai bahwa Pilpres tahun ini lebih panjang waktunya.

"Lima bulan diabaikan, seharusnya 8 bulan itu ditunjukkan bahwa pesta rakyat dihadirkan, baik eksekutif maupun legislatif," ujar Fahri.

Fahri menilai bahwa kisi-kisi yang diborkan pasti akan dijawab oleh konsultan sehingga bukan murni pemikiran kandidat capres.

Tampak selama Fahri mengeluarkan kritik pedasnya, Komisoner KPU, Wahyu Setiawan hanya diam mendengarkan dan beberapa kali tampak mencatat.

Lihat videonya:

Diketahui sebelumnya, Ketua Komisi Pemilihan Umum ( KPU) Arief Budiman mengatakan, salah satu alasan KPU memberikan kisi-kisi pertanyaan debat ke kandidat sebelum debat digelar adalah supaya tidak ada paslon yang dipermalukan.

Jika pertanyaan diberikan secara spontan saat debat berlangsung, ada kemungkinan paslon 'diserang' dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak relevan.

"Kami tidak ingin ada paslon yang istilahnya dipermalukan atau diserang karena persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan yang sangat-sangat teknis, tidak substantif," kata Arief di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (7/1/2019).

Arief mengatakan, sebagai penyelenggara pemilu, KPU ingin seluruh pihak menjaga martabat pasangan capres-cawapres. Pengalaman debat pemilu, seringkali kandidat diberikan pertanyaan yang sangat teknis dan tidak penting.

Tujuannya hanya untuk menjatuhkan paslon. Padahal, tujuan utama debat adalah untuk mengampanyekan visi-misi dan program capres-cawapres.

"Tujuan utama kampanye adalah menyampaikan visi-misi program kepada masyarakat sehingga masyarakat tahu paham dan menggunakan referensi itu sebagai cara dia untuk menentukan pilihannya," ujar Arief.

Jika visi-misi dan program paslon tak tersampaikan dengan baik, maka tujuan utama kampanye bisa dibilang tidak tercapai.

Arief menambahkan, rencana memberikan kisi-kisi ke kandidat sebelum debat bukan keputusan KPU semata.

Rencana tersebut telah disepakati KPU dengan tim kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 maupun 02.

Anies Baswedan Terancam 3 Tahun Pidana, Andi Arief: Luhut dan Sri Mulyani Jenis Jari Apa?

Astronom NASA Temukan Planet Baru K2-288Bb, Besarnya Dua Kali Lipat dari Bumi

Hidayat Nur Wahid: Ditunggu Sikap Profesional Bawaslu Terhadap Gubernur yang Acungkan 1 Jari

Ada dua model lontaran pertanyaan dalam debat pertama Pilpres 2019. Dua model itu, adalah model pertanyaan terbuka dan tertutup.

Model terbuka artinya, pertanyaan sudah lebih dulu diserahkan ke peserta sebelum penyelenggaraan debat.

Model ini memberi kesempatan bagi peserta debat untuk mendalami pertanyaan dan menyiapkan jawaban.

Namun, dari seluruh pertanyaan yang disusun, hanya ada beberapa pertanyaan yang akan dimunculkan dalam debat.

Peserta debat sendiri tidak akan diberi tahu pertanyaan yang benar-benar akan muncul.

Selain model terbuka, ada juga pola pertanyaan tertutup.

Pada model ini, masing-masing pasangan calon mengajukan pertanyaan ke paslon lainnya. (TribunJateng.com/Woro Seto)

Berita Terkini