TRIBUNJATENG.COM, TOKYO - Kaisar Akihito menjadi kaisar Jepang pertama yang turun takhta, setelah Kaisar Kokaku yang berkuasa pada Desember 1779-Mei 1817.
Diberitakan Japan Times, Selasa (30/4), setelah upacara pengunduran diri, Selasa waktu setempat, Akihito dan Permaisuri Michiko bakal mendapatkan gelar sebagai "Kaisar Emiritus" dan "Permaisuri Emirita".
Pengunduran diri Kaisar Akihito bakal mengakhiri Era Heisei (Memperoleh Perdamaian) yang berlangsung sejak dia dinobatkan, pada 8 Januari 1989.
Dalam upacara turun takhta, Perdana Menteri Shinzo Abe memuji Akihito sebagai kaisar yang bersedia berbagi suka maupun duka, dan mendampingi rakyat di masa sulit.
"Dengan mengingat langkah dari Yang Mulia, kami akan berusaha lebih keras untuk mengukir masa depan Jepang yang penuh perdamaian dan berharap kami bisa membanggakannya," ujar Abe.
Sementara dalam ucapan terakhirnya sebelum lengser, Kaisar Akihito mengaku sangat beruntung telah menjalani 30 tahun sebagai pemangku kerajaan tertua dunia itu.
"Saya benar-benar berterima kasih kepada rakyat yang telah menerima dan mendukung saya sebagai simbol negara ini," kata Kaisar Akihito yang ditutup dengan doa demi perdamaian ke depannya.
Proses abdikasi itu pertama kali dihembuskan pada 2016 ketika dalam siaran televisi, Kaisar Akihito sudah menyatakan niat mundur karena faktor usia.
Selanjutnya, Putra Mahkota Naruhito bakal meneruskan tampuk sebagai penguasa monarki, Rabu (1/5) ini, dengan eranya bakal dikenal sebagai Reiwa.
Selama ritual yang berlangsung 10 menit, Kaisar Akihito tidak menyentuh tiga pusaka Kekaisaran Jepang, yakni Pedang Kusanagi, Cermin Yata no Kagami, dan Permata Yasakani no Magatama.
Dia tidak menyerahkan tiga pusaka itu kepada anaknya untuk menghindari kesan dia memang sengaja mundur demi Naruhito dan bisa dipersepsikan sebagai hal tabu.
Selanjutnya, Naruhito, Putra Mahkota berusia 59 tahun, beserta istrinya bakal tampil di depan publik sebagai Kaisar Jepang, Sabtu (4/5) lusa.
23 Desember 1933, Akihito lahir sebagai putra pertama dan anak kelima (dari tujuh bersaudara) Kaisar Hirohito
10 November 1951, dilantik menjadi Pangeran (Rittaishi no Rei) di Istana Kaisar
10 April 1959, menikah dengan Putri Michiko
7 Januari 1989, naik takhta setelah Kaisar Hirohito wafat
12 November 1990, resmi menjadi kaisar Jepang yang ke-125
18 Februari 2012, menjalani operasi bypass jantung di Rumah Sakit Unversitas Tokyo, setelah hasil pemeriksaan menunjukkan adanya penyempitan pembuluh darah koroner
Desember 2017, Pemerintah Jepang mengumumkan bahwa Kaisar Akihito akan turun takhta pada 30 April 2019
30 April 2019, turun tahkta
Hari ini pada tengah malam waktu setempat (1/5/2019), Kekaisaran Jepang resmi mendapatkan kaisar baru melalui Putra Mahkota Naruhito.
Naruhito resmi menjadi penguasa monarki tertua dunia setelah sang ayah, Kaisar Akihito, resmi turun takhta dalam upacara yang dilaksanakan Selasa (29/4/2019).
Naruhito bakal menjalani upacara penobatan pada Rabu siang waktu setempat. Namun pada tengah malam ini, dia sudah resmi menjadi Kaisar Jepang.
Kepastian Naruhito juga ditandai dengan dimulainya masa Reiwa yang menggantikan era Heiei milik Kaisar Akihito yang dia pakai sejak Januari 1989 silam.
Akihito yang bakal bergelar sebagai Kaisar Emiritus menggunakan pidato terakhirnya untuk mengucapkan terima kasih kepada rakyat Jepang dan mendoakan bagi perdamaian dunia.
Saat upacara yang berlangsung di Aula Pinus selama 10 menit, dia mengulurkan tangan untuk membantu Permaisuri Michiko ketika menuruni tangga, dan membungkuk di hadapan 300 tamu.
Akihito menjadi kaisar pertama yang memutuskan mengundurkan diri setelah Kaisar Kokaku pada 1817.
Era Reiwa, berarti Harmoni yang Indah, bakal terjadi selama Naruhito berkuasa. Rasa haru tak bisa disembunyikan Yayoi Iwasaki yang merupakan seorang pegawai bank.
"Saya sangat emosional saat ini," ujarnya seraya berdiri di luar istana seperti dikutip AFP. Miyuki Sakai, seorang ibu rumah tangga berusia 45 tahun, membungkuk di depan istana. Dia berkata tidak akan bisa melihat wajah Akihito lagi di layar televisi.
"Namun, kini beliau sudah berumur 85 tahun. Jadi, saat ini yang bisa saya lakukan adalah mendoakan agar beliau mendapat kehidupan yang baik bersama istrinya," terang Iwasaki.
Sementara di luar Tokyo, beberapa penduduk mengenakan kimono dan menarikan tarian tradisional semalam suntuk di Gifu untuk meryatakan transisi kekuasaan.
Rika Yamamoto yang berdiri di persimpangan kawasan terkenal Shibuya berujar, Akihito merupakan kaisar yang baik. Apalagi perannya saat gempa bumi 11 Maret 2011.
"Dia telah menjadi simbol Jepang. Saya berharap kaisar yang baru bisa menjalankan tugas yang sama seperti ayahnya," terang karyawan 24 tahun itu. (*)