Jenderal TNI Ngamuk di Acara Kopassus, Banting Baret Merah

Editor: galih permadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jenderal TNI Benny Moerdani Ngamuk di Acara Kopassus, Kejadian Mengejutkan Banting Baret Merah

TRIBUNJATENG.COM - Jenderal TNI Benny Moerdani Ngamuk di Acara Kopassus, Kejadian Mengejutkan Banting Baret Merah.

Tampangnya saja garang dan tegas. Apalagi kalau lagi marah. Begitulah raut wjah Jenderal TNI Benny Moerdani.

Kejadian mengejutkan kala Jenderal TNI ini marah hingga membanting baret merah terjadi saat acara Kopassus pada tahun 1985.

Beredar Foto Kivlan Zen Terima Surat Panggilan Kasus Hoax di Bandara Soetta, Dicekal ke Luar Negeri

Pasukan Seragam Hitam Bersorban dan Peci Diejek Saat Kawal Demo di Bawaslu, Pendemo : Pencitraan!

REKOR PEMILU, di Kabupaten Ini Jokowi-Maruf Menang 100%, Prabowo-Sandi 0, Partisipasi Pemilih 100%

Isi Percakapan di WA Terbongkar, Saling Kirim Foto Tak Senonoh, Remaja Ini Dipolisikan

Jadwal Pekan I Shopee Liga 1 2019, Laga Pembuka PSS Sleman vs Arema FC Video Live Streaming Indosiar

Belum Siuman, Kasat Reskrim Korban Bentrok PSHT dan Winongo di Wonogiri Akan Dibawa ke Singapura

Dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto, jenderal TNI yang membanting baret merah itu tak lain adalah Jenderal TNI Benny Moerdani

Benny Moerdani yang saat itu menjabat sebagai panglima ABRI (sekarang TNI), tiba-tiba meluapkan kemarahannya saat menghadiri undangan Kopassus

Dalam acara Kopassus itu, Benny rencananya diminta untuk memberikan baret merah kehormatan Kopassus kepada Raja Malaysia, Yang Dipertuan Agung Sultan Iskandar.

Sebelum acara dimulai, ia beristirahat di ruang Komandan Kopassus Brigjen Sintong Panjaitan.

Di sana ada pula KASAD Jenderal Try Sutrisno, Wakil KASAD Letjen TNI Edi Sudrajat dan Wakil Komandan Kopassus Kolonel Kuntara.

Dan saat itulah kejadian mengejutkan itu terjadi.

Saat Brigjen Sintong memberikan baret merah kehormatan Kopassus, Benny membanting baret itu ke meja.

Sontak orang-orang di ruangan itu terkejut saat melihat Benny begitu emosi dan berwajah seram.

Namun pada akhirnya Benny bersedia mengenakan baret itu dan mengikuti acara.

Semua jadi lega dan upacara pun berjalan lancar.

Sintong Panjaitan berpendapat kalau Benny Moerdani melakukan hal itu karena masih tidak terima dan marah terkait dirinya yang pernah didepak sebagai anggota RPKAD (sekarang Kopassus) setelah membela Agus Hernoto.

Agus Hermoto Prajurit Kopassus Penyandang 'Bintang Sakti'

Siapa sebenarnya Agus Hermoto itu? hingga membuat Benny Moerdani membelanya.

Nama Kolonel Agus Hermoto menjadi legenda dalam deretan misi prajurit Kopassus.

Agus adalah pejuang tak kenal takut dari Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) atau sekarang lebih dikenal dengan Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Dilansir dari buku 'Legenda Pasukan Komando, Dari Kopassus Hingga operasi Khusus', Bob H Hernoto, Penerbit Buku Kompas

Dikisahkan Agus kehilangan kaki kiri dalam sebuah pertempuran membebaskan Irian Barat dari Belanda.

Dalam pertempuran di pedalaman Papua pada pertengahan 1962, Agus dan pasukannya terlibat kontak senjata yang sengit.

Dia terluka parah pada bagian punggung dan kaki kirinya.

Anak buahnya berusaha membopong dan menyelamatkan komandannya. Namun, di situasi kala itu, Agus memilih jalannya sendiri.

Ia tetap berada di medan pertempuran hingga akhirnya tertangkap dan ditawan oleh tentara Belanda.

Meski hari-harinya diisi dengan penyiksaan, tapi mulut Agus terkunci rapat.

Dia tak sudi membocorkan informasi terkait operasi besar-besaran yang dipimpin Benny Moerdani atasannya.

Meski begitu, pasukan Belanda juga memperlakukan Agus sesuai konvensi Jeneva.

Agus dirawat hingga sembuh tapi kakinya terpaksa diamputasi mengingat luka tembaknya sudah membusuk.

Agus masih hidup dan Irian Barat akhirnya jatuh ke tangan Indonesia.

Kabar buruk kemudian menghampiri. Pada akhir 1964, diadakan sebuah pertemuan perwira RPKAD membahas penghapusan tentara cacat dari RPKAD dan Agus termasuk di dalamnya.

Rekan yang sekaligus juga atasannya, Benny Moerdani, berusaha membelanya.

Akibatnya, mereka berdua sama-sama dikeluarkan.

Namun, Agus kemudian sempat bergabung dengan Resimen Tjakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden RI Soekarno (Paspampres)

Sedangkan Benny ditarik ke Komando Cadangan Strategis Angkatan darat (Kostrad) di bawah Mayjen TNI Soeharto.

Di kemudian hari keduanya bergabung dengan tim Operasi Khusus pimpinan Ali Moertopo.

Setiap kali ada operasi intelijen, dipastikan Agus terlibat dan berperan aktif di dalamnya.

Contohnya, Agus pernah terlibat dalam operasi Komodo yang merupakan persiapan menuju serangan Seroja di Timor-Timur.

Agus ditunjuk langsung oleh Kepala BAKIN kala itu, Letnan Jenderal TNI Yoga Soegama, untuk mencari informasi mengenai keberadaan pos-pos musuh dan menentukan "dropping zone" yang aman.

Salah satu informasi menarik yang terungkap dalam buku Legenda Pasukan Komando adalah medali "Bintang Sakti" yang kemudian diterima Agus pada 1987.

Penghargaan itu terkait dengan keberaniannya menanggung derita saat dipaksa membocorkan informasi di Papua pada 1962.

Saat itu yang menerima medali paling bergengsi dari Presiden Soekarno itu cuma Benny dan Untung.

Bintang Sakti diberikan kepada Agus setelah mendapat kesaksian akan keberanian Agus dari perwira Belanda yang pernah menawannya.

Kesaksian disampaikan kepada Benny Moerdani yang saat itu menjabat Panglima ABRI dan berkunjung ke Belanda.

"Saya selalu teringat sosok Pak Agus yang pemberani itu, khususnya jika sedang tugas di hutan Timtim. Keteladanan Pak Agus selalu melekat pada saya," kata mantan Wakil KSAD Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri yang memberikan testimoni dalam buku tersebut.

Kisah Agus sendiri juga tetap diingat oleh Presiden Soeharto sehingga setiap kali bertemu, Presiden RI kedua itu selalu menanyakan kondisi kaki Agus.

Selama hidupnya, Agus mengabdi kepada bangsa dan negara sejak masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan dalam Divisi Brawijaya di Malang.  

Dia kemudian bertugas di Batalion Andi Mattalatta di Makasar, Sulawesi Selatan, Kopassus di bawah Kostrad menjadi Opsus di bawah Bakin, dan terakhir di Pusintelstrat Hankam (kemudian bernama Bais ABRI).

Di dalam Opsus Agus bertugas menjadi semacam Komandan Detasemen Markas atau Dandenma) yang mengatur segala hal terkait operasi-operasi opsus.

Ia juga terlibat dalam berbagai operasi Opsus di Irian Barat dan Timor Timur. (*)

TAUTAN:  Jenderal TNI Marah hingga Banting Baret Merah Saat Hadiri Undangan Kopassus, 

Wiranto Menghela Nafas Setelah Dengarkan Kivlan Zen soal Media

Temukan Minyak, Negeri Kecil Ini Bakal Menjadi yang Terkaya di Dunia 

Daftar Harga HP Oppo Terbaru dari A3s, A7, Hingga F11 Pro, Harga Mulai dari 1 Jutaan Hingga 5 jutaan

Peternak Kudus: Ternak Ayam KUB Lebih Cepat Panen Dibanding Ayam Kampung

Berita Terkini