Karenanya, menurut Aryadi, masuk akal jika temuan batuan candi ini diduga adalah material Candi Prau dan situs Watu Kelir yang hilang.
Aryadi pun mengaku pernah melihat potret Candi Prau saat masih berdiri kokoh di tempatnya.
Dalam potret itu, candi yang konon lebih gagah dari candi Arjuna itu masih utuh.
Hanya kemuncaknya masih terlihat ditumbuhi tanaman liar.
"Sepertinya lebih besar dari candi Arjuna," katanya
Candi itu diduga sengaja dibongkar di era kolonial Belanda untuk pembangunan jalan akses yang menghubungkan tempat-tempat lain di kawasan Dieng.
Pasalnya, menurut Aryadi, saat candi Dieng ditemukan, kawasan yang meliputinya masih tergenang air atau berupa rawa.
Agar bisa dilalui, kata dia, orang Belanda membuat akses dengan cara menimbun genangan itu menggunakan material bebatuan.
Tentunya, butuh material banyak untuk pengerasan lahan berawa itu.
Candi Prau dan situs Watu Kelir yang berada di dekat lahan itu konon ikut dirobohkan dan diambil materialnya untuk menimbun genangan.
Batu-batu itu lantas ditumpuk hingga jalan akses terbentuk untuk lalu lalang mereka.
Selain itu, Belanda juga membuat parit-parit untuk kepentingan pembangunan kawasan itu.
Jalan raya Dieng Kulon Banjarnegara dan Dieng Wetan Wonosobo pun konon dibangun dengan tatanan batuan candi.
"Jalan Dieng yang sekarang itu konon di bawahnya juga tumpukan batuan candi,"katanya
Entah apa alasan Belanda harus meruntuhkan bangunan candi untuk membangun akses di Dieng.