TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Tiga perusahaan besar penyedia bahan bakar minyak (BBM) telah menurunkan harga komoditas itu di awal 2020, di tengah lonjakan harga minyak mentah dunia akibat ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Iran.
Seperti diketahui, Pertamina misalnya telah menurunkan harga BBM per Minggu (5/1), antara lain Pertamax dari Rp 9.850 menjadi Rp 9.200 per liter, Pertamax Turbo dari Rp 11.200 menjadi Rp 9.900 per liter.
Selain itu juga meliputi Pertamina Dex dari Rp 11.700 menjadi Rp 10.200 per liter, dan Dexlite dari Rp 10.200 menjadi Rp 9.500 per liter.
Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto tidak mempermasalahkan penurunan harga tersebut, sesuai dengan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM 187K/10/MEM/2019 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang disalurkan melalui SPBU atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.
Surat edaran Kepmen itu telah dikirimkan kepada badan usaha per 26 Desember 2019 lalu, yang berlaku mulai 1 Januari 2020.
"Ya nanti kita lihat (perkembangan harga minyak)," ujarnya ditemui, di Gedung Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Jakarta, Senin (6/1).
Khusus untuk harga BBM subsidi, yakni Solar dan Premium, menurut dia, tidak akan mengalami perubahan harga meski adanya ketidakpastian kondisi global.
Ia menyebut, hal itu lantaran Solar dan Premiaum menggunakan skema subsidi fix, sehingga tidak terpengaruh harga minyak dunia.
Seperti dikutip dari Kontan.co.id, Senin (6/1) pukul 13.37, harga minyak jenis west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2020 di New York Mercantile Exchange ada di 64,33 dollar AS/barel, naik 2,03 persen dari akhir pekan lalu.
Sementara harga brent untuk pengiriman Maret 2020 naik di atas 70 dollar AS/barel setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Irak di tengah meningkatnya ketegangan dengan Iran di Timur Tengah.
Kenaikan harga minyak dunia disebabkan kian memanasnya situasi di Timur Tengah pasca serangan udara AS di Irak yang menewaskan komandan Iran Wssem Soleimani pada Jumat pekan lalu.
Harga minyak dunia juga dipengaruhi Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Irak, jika pasukan AS dipaksa mundur dari negara itu.
Baghdad sebelumnya meminta pasukan AS dan pasukan AS lain untuk meninggalkan Irak.
Berbeda-beda
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan, perubahan harga BBM Pertamina per Minggu (5/1) bisa berbeda-beda di beberapa daerah, karena dipengaruhi perbedaan besaran Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) di setiap daerah.
Menurut dia, penyesuaian harga itu dalam rangka mengimplementasikan Kepmen ESDM 187K/10/MEM/2019.
"Penyesuaian harga BBM Umum merupakan aksi korporasi yang mengacu pada ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Kami telah berkoordinasi dengan instansi terkait," ujarnya.
Adapun, PT Shell Indonesia menjadi yang pertama menurunkan harga BBM. Manager Hubungan Masyarakat Shell, Rhea Sianipar mengungkapkan penurunan harga BBM Shell dilakukan sejak 1 Januari 2020.
Menurut dia, sejumlah faktor yang membuat Shell menurunkan harga produk BBM miliknya antara lain mempertimbangkan harga minyak dunia, kondisi lokal, dan juga faktor logistik.
"Ada banyak faktor yang dilihat dalam membuat kebijakan internal untuk penetapan harga, dan ini akan direview secara berkala" jelasnya.
Dua hari berselang, PT Total Oil Indonesia juga menurunkan harga BBM. Marketing Manager PT Total Oil Indonesia, Magda Naibaho menyatakan, penurunan harga BBM itu berlaku di seluruh Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) Total sejak 3 Januari 2020.
Penurunan harga juga telah disesuaikan dengan formulasi harga yang diatur Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Perubahan harga sesuai dengan arahan dari Ditjen Migas (Kementerian ESDM)," jelasnya.
Selain mengikuti ketentuan pemerintah, Magda tak menampik penurunan harga ini juga untuk menjaga bisnis BBM Total agar tetap kompetitif dengan para persaingnya.
"Tentu saja keduanya (mengikuti beleid pemerintah dan faktor kompetisi bisnis)," paparnya.(Kompas.com/Ade Miranti Karunia/Kontan/Ridwan Nanda Mulyana)