Pertama, dengan teguran lemah lembut secara berulang-ulang agar anak manut dan menjadi berubah sikap lebih baik. Kedua, teguran dengan sedikit keras. Ini dilakukan jika teguran tahap pertama belum memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Ketiga, tegur dengan keras berbumbu ancaman hukuman, meski hukumannya hanya fiktif skenario guru saja biar anak jera. Ini dilakukan jika tahap kedua tak jua mempan mengubah perilaku anak.
Keempat, tindak tegur keras disertai sentuhan peringatan tanpa kekerasan. Ini lebih memanfaatkan peran actingguru, guru akting njewer padahal cuma elus kuping siswa, elus kepala siswa sambil mendoakan. Kelima,tindak tegur sangat keras dengan sentuhan sedikit cubitan sayang, tanpa luka memar apalagi luka sayatan. Keenam, panggil orang tuanya, penuh dengan harapan bisa berkolaboratif dan kooperatif mendidik anak-anak dengan kedisiplinan, etika, norma dan kesopan santunan. Tapi kenyataannya gurulagi-lagi menjadi pihak yg disalahkan, dinonaktifkan, dipolisikan, dan dipidanakan. Oh Guru, nasibmu kini nian. (*)