Inilah Wabah Penyakit Paling Mematikan yang Dicatat Sejarah, yang Dilewati Musnah, Jutaan Orang Mati
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Ribuan nyawa manusia di berbagai negara telah direnggut wabah Coronavirus sejak akhir Desember 2019.
Petaka ini mengingatkan bencana enam abad lalu.
Sepenggal sejarah kelam Majapahit terjadi di lapangan Bubat, ibukota Wilwatikta pada 1351.
Darah tumpah ketika Raja Hayam Wuruk hendak menikahi Dyah Pitaloka dari kerajaan Galuh.
Peristiwa itu terus diingat hingga hari ini sebagai bagian episode tergelap sepanjang sejarah Majapahit.
• Harusnya Isolasi Mandiri, Ibu di Solo Ini Malah Rewang dan ke Pasar, Kini 17 Rumah Diisolasi
• Robby Purba Posting Soal Kekecewaannya pada Ningsih Tinampi: Saya Harap Ini Sampai ke Ibu Ningsih
• Diyakini Cegah Corona, Warga Semarang Buru Obat Ini Sebagai Ganti Avigan dan Chloroquine
• Begitu Tahu Wali Kotanya Terpapar Corona, Ini yang Dilakukan Gubernur Jabar Ridwan Kamil
Nah, di tahun yang sama nun jauh di benua Eropa, petaka mengerikan juga berlangsung tanpa henti.
Kematian massal akibat pandemik wabah maut menyapu benua biru, dalam apa yang kemudian disebut “black death”.
Prahara ini berlangsung antara 1347 hingga 1352 Masehi. Jutaan nyawa manusia melayang tanpa bisa dicegah.
Nicholas Le Pen, kolumnis di Visualcapitalist.com (14/3/2020), dikutip situs Southfront.org, Kamis (19/3/2020), mencatat, tak kurang 200 juta orang di dunia tewas akibat wabah mengerikan ini.
Penulis Mark Cartwright dalam artikelnya di ancient.eu, Minggu (31/3/2019) menyebutkan, antara 23-30 juta nyawa penduduk Eropa melayang.
Wabah penyakit itu ditularkan lewat kutu pada tikus, yang diduga berasal dari Asia Tengah.
Bibit penyakit itu turut serta ke Semenanjung Krimea oleh para pejuang dan pedagang Mongol yang ikut dalam ekspedisi Kubilai Khan ke Eropa.
Tulah itu memasuki Eropa barat melalui Italia, dibawa tikus-tikus yang bersembunyi di empat kapal dagang Genoa yang berlayar dari Laut Hitam.
Begitu mautnya wabah ini, antara 30 % hingga 50 % populasi di tempat-tempat yang dilewati “black death” itu musnah.
Begitu hebatnya serangan maut yang tidak terlibat ini, berdampak sangat besar bagi masyarakat abad pertengahan di Eropa.
Kaum petani menuntut penghapusan perbudakan, lingkungan desa dan kota tidak terurus, dan begitu mengerikannya wabah serta kematian yang menyertainya, membuat Eropa memulai peradaban baru.
Butuh waktu 200 tahun bagi Eropa untuk memulihkan diri.
“Black death” bermula dari kutu parasit atau bakteri bacillus pada tikus, terutama tikus cokelat.
Bakteri itu memicu tiga wabah besar. Pertama, wabah pes selama abad 14 Masehi.
Bakteri pes ini akan menyebabkan pembengkakan parah di pangkal paha dan ketiak (kelenjar getah bening).
Kelenjar itu akan menghitam dan sangat berbau.
Luka hitam yang dapat menutupi tubuh secara umum, yang disebabkan perdarahan internal, dikenal sebagai bubo, dari mana wabah pes mengambil namanya.
Gejala lainnya adalah demam yang mengamuk dan nyeri sendi.
Jika tidak diobati, wabah bubonik berakibat fatal. Potensi kematiannya antara 30 % dan 75 % akibat infeksi hanya dalam waktu 72 jam.
Dua jenis wabah lainnya, pneumonia (atau paru) dan septicaemic yang biasanya berakibat fatal pada semua kasus.
Gejala-gejala mengerikan dari penyakit itu digambarkan oleh para penulis pada masa itu, terutama penulis Italia Boccaccio dalam kata pengantar Decameron 1358 M-nya.
Penulis dan penyair Welsh, Ieuan Gethin, seperti dikutip Mark Cartwright, membuat deskripsi terbaik untuk menggambarkan luka hitam yang dilihatnya secara langsung pada 1349 Masehi.
“Kita melihat kematian muncul di tengah-tengah kita seperti asap hitam, tulah yang memotong anak muda, hantu tak menentu yang tidak memiliki belas kasihan untuk penampilan yang adil. Celakalah aku dari ketiak ketiak… Bentuknya seperti apel, seperti kepala bawang, bisul kecil yang tidak ada yang disayangkan. Hebatnya mendidih, seperti bara api, sesuatu yang memilukan dari warna abu ... Mereka mirip dengan biji kacang polong hitam, pecahan-pecahan pecahan batu bara laut yang rapuh ... bara-bumbu pengupas gulma, banyak campuran, sebuah wabah hitam seperti setengah pence, seperti buah beri ... (Davies, 411).
Mencapai puncak pada periode 1347-1352, bencana hebat ini sebelumnya sudah memiliki tanda-tanda kuat.
Wabah mematikan menyerang ternakk dan pertanian yang meyebabkan kegagalan panen gandum dan produk pertanian lain akibat eksploitasi tanah berlebihan.
Hal ini mengakibatkan dua kelaparan besar di Eropa pada 1316 M dan 1317 M. Rangkaian kemelut kedua Perang Seratus Tahun (1337-1453 M) yang berujung keruntuhan Byzantium di tangan kekhalifahan Ustmaniyah.
Sepanjang masa itu juga terjadi anomali iklim yang memicu zaman es kecil. Musim dingin di Eropa semakin dingin dan lama.
Ketika kapal-kapal dagang Genoa pembawa gandum dari Laut Hitam merapat di Sisilia pada 1347, itulah saat pertama kali bau kematian mulai menyapu Eropa.
Dari Sisilia, itu hanyalah langkah singkat ke daratan Italia, meskipun salah satu kapal dari Caffa telah mencapai Genoa, ditolak masuk, dan berlabuh di Marseilles, lalu Valencia.
Jadi, pada akhir 1349 M, penyakit itu telah dibawa sepanjang rute perdagangan ke Prancis, Spanyol, Inggris, dan Irlandia, yang semuanya menyaksikan efek buruknya.
Menyebar seperti api, melanda Jerman, Skandinavia, negara-negara Baltik, dan Rusia.
Para dokter dan paramedis, bahkan tabib-tabib serta dukun abad pertengahan tidak tahu tentang organisme mikroskopis seperti bakteri, sehingga mereka tidak berdaya mencegah dan mengobati penyakit itu. (Tribunjogja.com/ancient. eu/xna)
• Harusnya Isolasi Mandiri, Ibu di Solo Ini Malah Rewang dan ke Pasar, Kini 17 Rumah Diisolasi
• Robby Purba Posting Soal Kekecewaannya pada Ningsih Tinampi: Saya Harap Ini Sampai ke Ibu Ningsih
• Begitu Tahu Wali Kotanya Terpapar Corona, Ini yang Dilakukan Gubernur Jabar Ridwan Kamil
• Polisi Dianiaya Tukang Ojek: Tak Terima Ditegur Bripda Tadeus Tedy Dikeroyok
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Black Death, Petaka Kematian Massal Paling Mengerikan di Dunia yang Pernah Tercatat Dalam Sejarah