Berita Internasional

Kim Jong Un Pamer Rudal Korea Utara saat Wabah Corona Melanda Dunia, Dikecam Negara Tetangga

Editor: m nur huda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berita di TV menampilkan peluncuran proyektil Korea Utara, di Stasiun Seoul di Seoul, Korea Selatan, 21 Maret 2020.

Kim Jong Un telah memberlakukan kebijakan ekstrim seperti menembak mati warga China yang melewati perbatasan.

Korea Utara Akan Tembak Warga China Pelintas Perbatasan untuk Cegah Penyebaran Corona

Bahkan, ia sempat terlihat tidak mengenakan masker saat mengawasi latihan perang di tengah wabah virus corona.

Tidak hanya memutus perbatasan dengan China, Kim Jong Un juga menerapkan aturan ketat bagi diplomat hingga staf internasional.

Mereka menyatakan, terisolasinya mereka dari dunia justru menyelamatkan mereka dari wabah yang telah menjangkiti 204.000 orang di muka Bumi ini.

Lantas, benarkah segala kebijakan Kim Jong Un itu berhasil membuat Korea Utara bebas dari wabah virus corona?

Namun seorang mantan intelijen Amerika Serikat atau CIA, Jung H Pak tidak memercayai klaim yang dibuat oleh Kim Jong Un itu.

"Sangat mustahil bagi Korut jika mereka tidak mempunyai satu pun kasus virus corona," jelas Pak, dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Korea Utara Klaim Nol Kasus Virus Corona, Pakar: Mustahil'.

Mantan intelijen yang kini bekerja di Institut Brookings itu berujar, Kim Jong Un berbohong bahwa dia bisa melindungi rakyatnya dari wabah.

Sebabnya selama bertahun-tahun, sanksi ekonomi yang diterima Pyongyang dia sebut menyulut pelanggaran HAM, kejahatan siber, hingga upaya menentang denuklirisasi.

Pendapat yang sama disuarakan Jenderal Robert Abrams, komandan pasukan AS di Korea Selatan.

Dia yakin virus itu sudah memasuki Korea Utara.

Kepada awak media Jumat pekan lalu (14/3/2020), Abrams mengatakan dasar keyakinannya adalah tidak adanya aktivitas militer dalam beberapa pekan terakhir.

"Yang saya tahu adalah pasukan mereka berada dalam keadaan lockdown selama 30 hari.

Mereka baru-baru ini menggelar latihan," ujar dia.

Kemudian fakta lain yang memperkuat dugaan Abrams adalah pesawat tempur yang dipunyai negara tetangga Korea Selatan tersebut tidak terbang selama 24 hari.(*)

Halaman
123

Berita Terkini