Wabah Virus Corona

Saran Peraih Nobel tentang Kecepatan Jepang dalam Melawan Virus Corona Mulai Menurun

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pelajar di Jepang mengenakan masker setelah wabah virus corona merebak di negara itu.

TRIBUNJATENG.COM, TOKYO - Kecepatan Jepang dalam memerangi virus Covid-19 telah menurun dengan cepat, meskipun awalnya sudah bagus dilakukan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

"Memerangi coronavirus baru bukanlah sprint, bukan lari jarak pendek, satu tahun adalah maraton panjang yang bisa bertahan lama. 

Jepang memiliki awal yang cepat di depan banyak negara dengan perintah Perdana Menteri Abe pada akhir Februari," ungkap Prof Shinya Yamanaka, seorang dokter dan peneliti sel punca warga negara Jepang yang memperoleh Penghargaan Nobel Kedokteran tahun 2012 bersama John Gurdon.

Menurutnya, awal yang baik dilakukan PM Abe tersebut akhir-akhir ini melemah kecepatannya.

Hal ini diungkapkan Prof Shinya Yamanaka dalam situsnya sebagai bukti sejarah muncul dan perkembangan memerangi virus Covid-19 ini.

Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun! Warga Purbalingga Tewas Disambar Petir Saat Panen Padi

Jadwal Samsat Keliling Semarang Pagi Ini, Sabtu 28 Maret 2020 Buka di Simpanglima dan Tembalang

Ganjar Pranowo Sebut Kota Tegal Tidak Lockdown tapi Isolasi Terbatas

UPDATE WABAH CORONA JATENG: Ribuan Alat Rapid Test Tiba di Jateng hingga 2 Pasien Sembuh

"Namun, baru-baru ini kecepatannya telah menurun dengan cepat. Jika situasi ini berlanjut, infeksi dapat menyebar dengan cepat, yang menyebabkan keruntuhan medis dan gangguan sosial," kata dia.

Setiap orang harus terus berlari dengan kecepatan tercepat untuk memproteksi situasi rumah dan pekerjaan mereka.

Orang dituntut untuk membuat keputusan dan bertindak cerdas.

"Kami berharap bahwa penyebaran informasi ini akan membantu kita semua sebagai kriteria. Kegiatan ini dilakukan oleh perorangan. Sedangkan Kyoto University dan iPS Cell Research Institute tidaklah terlibat," ujar dia.

Untuk melihat situs profesor tersebut dapat mengakses ke URL https://www.covid19-yamanaka.com/

"Bunga sakura akan kembali lagi tahun depan. Kehidupan manusia tidak akan kembali bila terlambat mengatasinya."

Meskipun ada permintaan untuk menahan diri, akhir pekan ini banyak orang dari berbagai tempat datang ke Kyoto.

"Virus corona baru mungkin ada di sana. Ketika terinfeksi, mereka menyebar, bahkan jika mereka tidak memiliki gejala, dan menimbulkan ancaman hidup bagi mereka yang berisiko lebih tinggi terutama kalangan lansia," katanya.

Penting untuk menyadari bahwa coronavirus baru mungkin ada di sana.

"Sakura pasti akan kembali tahun depan. Tetapi apabila seseorang terbunuh, mereka tidak akan pernah kembali. Kami meminta setiap orang waspada dan mengambil semua langkah yang mungkin dengan cepat," ujarnya.

Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com. (*)

Berita Terkini