TRIBUNJATENG.COM - Pandemi virus corona atau Covid-19 hingga saat ini masih jadi perhatian masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia.
Guna mencegah penyebaran virusnya, pemerintah Indonesia mengambil inisiatif Pembatasan Sosial Berskala Besar alias PSBB.
Selain itu, Presiden Jokowi juga menggunakan kartu prakerja untuk mengatasi banyaknya korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) imbas wabah virus corona (Covid-19) di Indonesia.
Pemerintah menganggarkan dana APBN sebesar Rp 10 triliun, sehingga nantinya setiap pekerja yang masuk korban PHK bisa mendapatkan honor berupa insentif sebesar Rp 1 juta per orang atau mengalami kenaikan dari skema sebelumnya yakni Rp 650.000.
Rupanya, dua upaya tersebut mendapatkan kritikan keras dari wartawan senior sekaligus pemimpin redaksi TV One, Karni Ilyas.
Ia menilai, penerapan PSBB ini tak dibarengi dengan solusi ekonomi bagi rakyat miskin.
• Rabu, 15 April Waspada Hujan Ringan Lokal di Sebagian Wilayah Tegal Siang Hingga Malam Hari
• Inilah 5 Pemain Real Madrid Yang Dibidik AC Milan, Siapa Saja mereka?
• FOKUS : Desa Wisata di Tengah Corona
Hal itu ia ungkapkan melalui tayangan YouTube TVOneNews, Senin (13/4/2020).
Karni Ilyas menyatakan banyak warga miskin yang terdampak PSBB.
Ia lalu memberi contoh warga yang memenuhi kebutuhan hidup dari pendapatan harian.
"Kalau itu saya tidak kaget (warga keluar rumah), dan kita enggak pernah menanya-nanyakan," ucap Karni Ilyas.
"Rakyatnya sendiri bagaimana? Sekarang kita sudah melaksanakan PSBB, pernah enggak ditanya kalau Anda PSBB bagaimana penghasilan Anda hari ini?" tanya Karni.
Menurutnya, tak hanya tukang ojek yang terkena dampak penerapan PSBB.
Karni pun menyinggung sejumlah pekerjaan informal, mulai dari pedagang keliling hingga asongan.
"Jangan lihat tukang ojek aja ya, tapi tidak hanya tukang ojek," ucapnya.
"Tukang jual roti keliling pun terkena, pedagang asongan terkena, banyak sekali sektor informal kita yang terkena oleh ini," imbuhnya.
Karni Ilyas menjelaskan, mustahil bagi para pekerja informal untuk bisa hidup layaknya biasa dalam situasi PSBB seperti ini.
Ia lantas menanyakan langkah pemerintah menangani masalah ekonomi yang kini semakin membelit warga miskin.
"PSBB itu orang jalan aja enggak ada, dia jualan pun enggak laku karena enggak ada orang yang membeli," ujarnya.
"Makanya saya pertanyakan kita bisa kasih apa dalam dua minggu ini pada rakyat kecil itu?" tambah Karni.
Selain itu, ia juga menyoroti soal peluncuran Kartu Pra-kerja yang dijanjikan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Karni Ilyas menilai, Kartu Pra-kerja itu belum bisa memberikan banyak manfaat dalam kondisi pandemi seperti ini.
"Katanya ada Kartu Pra-kerja, berapa lama Anda baru dapat kerja? Itu kan latihan dulu, berapa lama setelah latihan?," kata Karni Ilyas.
"Lah, selama latihan Anda gaji enggak? Selama ini kan mereka dapat gaji harian," imbuhnya.
Berdasarkan alasan itulah, Karni menilai pemerintah belum memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pandemi virus corona ini.
"Mau tukang ojek kek, kuli kek, mau kerja pabrik kek, tapi kalau mereka udah disuruh pakai aplikasi, mendaftar, kapan kerjanya dapat?," ujar Karni Ilyas.
"Selama itu dia mau kerja gimana? Saya lihat belum ada cara untuk mengatasinya," tukasnya.
UPDATE: Kasus Covid-19 di Indonesia Ada 4.839, Bertambah 282 Orang
Sementara itu, pemerintah menyatakan bahwa masih terjadi penularan virus corona yang menyebabkan jumlah pasien Covid-19 di Indonesia masih bertambah.
Berdasarkan data yang masuk pada Senin (13/4/2020) pukul 12.00 WIB hingga Selasa (14/4/2020) pukul 12.00 WIB, ada 282 kasus baru Covid-19 di Tanah Air.
Dengan demikian, hingga saat ini total ada 4.839 kasus Covid-19 di Indonesia sejak pertama diumumkan pada 2 Maret 2020 lalu.
Hal ini diungkapkan juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB pada Selasa sore.
"Sudah terkonfirmasi positif Covid-19 melalui pemeriksaan PCR real time sebanyak 4.839 orang," ujar Achmad Yurianto.
Menurut Yuri, jumlah kasus positif Covid-19 itu didapatkan berdasarkan pemeriksaan spesimen terhadap 10.482 orang.
Yuri juga memaparkan bahwa ada penambahan 46 pasien Covid-19 yang sembuh dalam periode yang sama.
Dengan demikian, total pasien yang sudah dinyatakan negatif virus corona kini ada 426 orang.
Namun, Yuri juga menyampaikan kabar duka dengan masih ada penambahan pasien yang meninggal akibat Covid-19 sebanyak 60 orang.
Total ada 459 pasien yang meninggal dunia setelah dinyatakan positif virus corona.
"Angka kematian bertambah dengan 60 orang hari ini sehingga totalnya menjadi 459," ucapnya.
Yuri menjelaskan, berdasarkan kajian mendalam, ada faktor penyakit penyerta atau comorbid yang menyebabkan pasien Covid-19 tutup usia.
"Di antaranya faktor penyakit hipertensi, penyakit sesak napas karena kelainan pada paru-paru, bisa disebabkan karena asma, TBC," ujar dia.
"Ini juga menjadi penyebab meninggalnya kasus Covid-19, termasuk di antaranya diabetes," kata Achmad Yurianto.
Dengan demikian, pemerintah menyadari bahwa banyak ancaman penyakit di tengah masyarakat yang bisa saja memperberat kondisi pasien Covid-19.
"Kita harus menyadari banyaknya ancaman penyakit di tengah masyarakat kita yang menjadi comorbid, pemberat sehingga menjadi penyebab kasus kematian," ujar dia.
Dukacita pemerintah
Yurianto mengungkapkan bahwa pemerintah berdukacita atas masih adanya penambahan pasien Covid-19 yang tutup usia.
Apalagi, menurut dia, kasus kematian akibat Covid-19 kini juga terjadi di berbagai provinsi.
"Jumlahnya merata hampir di semua provinsi. Kami meyakini ini masih akan terjadi. Dampaknya dirasakan ke keluarga yang dtinggalkan dan kita semua," ucap Yuri.
Yuri menyatakan bahwa pemerintah pun menyatakan tidak akan berdiam diri dengan kondisi masyarakat yang saat ini menderita akibat Covid-19.
Untuk itu, Yuri mengajak seluruh masyarakat untuk bergotong royong dan saling bantu dalam mengatasi penyebaran Covid-19.
"Keprihatinan mendalam bagi negara, tidak mungkin lagi berdiam diri, tidak mungkin untuk tidak melanjutkan kerja yang besar ini. Mari kita merapatkan barisan untuk bergotong royong, selesaikan masalah ini secara bersama," kata dia.
(TribunNewsmaker/ Irsan Yamananda)
Artikel ini dimuat di Tribunnews.com Karni Ilyas Kritik Keras PSBB DKI Jakarta & Kartu Pra Kerja Jokowi, 'Jangan Lihat Tukang Ojek Aja'