Forum Guru

OPINI Lilik Puji Rahayu : Perempuan Dalam Pingitan Corona

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lilik Puji Rahayu

Lalu bagaimana kita semua menyikapi ‘pingitan’ ala Kartini menjadi jalan menuju terang? Anggap lah saja, saat ini adalah kegelapan yang harus kita rasakan bersama agar kelak mejadi terang seperti untaian kalimat Kartini.

Kebijakan physical distancingdan sosial distancing sebagai respon terhadap wabah corona telah mengharuskan kita semua berada di rumah saja. Pingitan adalah cara yang tepat dilakukan, istilah bekennya adalah #dirumahsaja.

Jangankan memperingati Hari Kartini dengan perlombaan peragaan busana adat daerah, lomba memasak, menyanyi, membaca puisi dan lain sebagainya. Kegiatan sekolah saja semuanya dilakukan dengan cara daring di rumah saja. Mungkin seperti inilah yang kala itu dirasakan oleh Kartini. Tetap belajar dan berkarya meski di dalam rumah saja.

Nampaknya Tuhan begitu adil, memberikan kesempatan ‘dipingit’ kepada seluruh gender, baik laki-laki maupun perempuan. Bahwa semuanya adalah sama. Belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan beribadah dari dalam rumah. Dengan tetap berkarya seperti Kartini.

Apakah kita semua menerima saat semua diwajibkan ‘dipingit’ corona di rumah saja? TIDAK. Hampir Semua menolaknya. Sama, dari sinilah cerita tentang Kartini bermula. Ia menolak. Tentu dengan cara seorang perempuan Jawa yang “ayu”.

Ia banyak menghabiskan waktu dengan membaca surat kabar atau majalah berbahasa Belanda. Di usia ke 20, buku karya, Van Eeden, Max Havelaar, Augusta de Witt dan Louis Coperus sudah dilahapnya, tanda Kartini semangat rasa keingin tahuannya sangat tinggi. Semua ini juga menggambarkan Kartini adalah sosok yang mengutamakan berliterasi.

Kartini membangun sekolahdi rumah saja, di dalam dirinya, di dalam jiwanya. Di sekolah itulah ia kemudian banyak melakukan komunikasi lewat untaian surat dengan sahabatnya di Eropa. Tanpa lelah, ia menulis tentang banyak hal seputar lingkungan masyarakatnya dan pandangan-pandangannya. Surat-suratnya itu kemudian dihimpun menjadi buku “Habis Gelap, Terbitlah Terang”.

Saat ini negara sedang dalam pandemi corona yang tak kunjung reda. Memilih menerima untuk ‘dipingit’ di rumah saja adalah pilihan terbaik. Lakukan banyak kegiatan baik yang mengasah kerja otak dan mengolah otot.

Seperti Kartini, ia melahap begitu banyak buku dalam pingitannya. Mari, lakukan kegiatan berliterasi dengan membaca buku-buku yang terjejer di rak lemari kita. Pada belum dibaca semua bukan? Terus mengolah otot di rumah saja, agar kesehatan tetap terjaga. Karena imunitas tubuh sangat penting salah satunya guna menangkal terjadinya penularan virus corona.

Momen peringatan hari kelahiran Kartini bisa dimanfaatkan untuk kembali menggali makna perjuangan beliau secara utuh. Masa ‘pingitan’ yang dijalani olehnya menjadi pembelajaran penting yang harus juga kita lakukan saat ini. Belajar dari dumah, bekerja dari rumah dan beribadah dari rumah.

Dengan tetap mengikuti himbauan, arahan dan petunjuk dari instansi kerja, instansi sekolah dan instansi tempat kita biasanya berada. Semoga dengan ikut serta menjalankan anjuran dari pemerintah untuk melakukan berbagai aktivitas dengan tetap di rumah saja adalah jalan kita menuju terangnya dunia. Selamat Hari Kartini untuk seluruh wanita hebat yang ihlas ‘dipingit’ demi musnahnya corona. (*)

Berita Terkini