Kriteria yang harus dimiliki eks-pasien Covid-19 antara lain usia 18-55 tahun, berat badan lebih dari 50 kilogram, tidak memiliki penyakit penyerta, serta mampu mendonorkan darahnya.
“RNA pasien harus pernah positif, dengan indikasi pasien tersebut harus yang memiliki progress (penyembuhan) yang cepat dan penyakitnya tidak lebih dari tiga minggu,” paparnya.
Terapi convalescent plasma bukanlah kali pertama dilakukan untuk beberapa jenis penyakit. David menjelaskan, sebelumnya terapi ini dilakukan untuk mengobati penyakit SARS, MERS, hantavirus, dan flu burung.
Untuk kasus Covid-19, convalescent plasma pertama kali dipraktekkan di China.
“Awalnya ada 5 orang diberi terapi itu di China, kemudian ditambah 10 orang lagi. Kemudian ada 2 orang lagi di China. Itu artinya di dunia sampai saat ini baru ada 17 orang yang diberikan terapi tersebut,” tambah David.
Berdasarkan data terbatas itu, tingkat keberhasilan convalescent plasma memang cukup tinggi.
Para pasien di China yang telah diberikan convalescent plasma mengalami penyembuhan yang lebih cepat, serta keparahan yang berkurang terutama pada saluran pernapasan.
Lalu apakah terapi ini benar efektif untuk menyembuhkan Covid-19? David mengatakan terlalu dini untuk berkesimpulan seperti itu.
Itulah mengapa Infectious Diseases Society of America (IDSA) telah mengeluarkan rekomendasi no 7.
“Rekomendasi no 7 yang dikeluarkan IDSA menyebutkan convalescent plasma bukanlah pengobatan terakhir, dan masih belum banyak pengalaman klinis. Butuh studi lebih banyak yang diobservasi secara ketat untuk membuktikan efektivitasnya,” tutur ia.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Cerita Pasien 03 Corona Lakukan Donor Plasma Darah, Seberapa Efektif Sembuhkan Pasien Corona?
• Korsel Waspada Soal Rumor Kim Jong Un Meninggal, Tidak Ada Foto Terbaru dari Pemerintah Korut
• Menantu Pembunuh Mertua di Pemalang Tertangkap, Jasad Korban Masih Hilang di Sungai
• Mira Lesmana Merasa Bersalah Sarankan Nicholas Saputra Jangan Menikah 15 Tahun Lalu
• Pelatih PSIS Dragan Sebut Indonesia Bisa Jadi Satu-satunya Negara yang Tak Lanjutkan Kompetisi