Dalam memaknai kalimat “setan dibelenggu”, para ulama memiliki beberapa pendapat:
Al-Qadhi ‘Iyadh sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawi menyatakan bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah, bulan ampunan lagi berlimpah pahala.
Oleh karena itu, setan seolah-olah dibelenggu sehingga intensitas mereka menggoda manusia menjadi berkurang,
berbeda dengan yang mereka lakukan pada bulan selain Ramadhan.
Sedangkan As-Sindi dalam Hasyiyah-nya untuk Sunan an-Nasa’i mengatakan bahwa hadis ‘setan dibelenggu’ tidak berarti meniadakan segala bentuk maksiat.
Karena maksiat tidak selalu berasal dari setan saja, namun bisa muncul dari pengaruh jiwa yang buruk dan jahat.
Pendapat lain menyebutkan bahwa yang dibelenggu tidak semua setan.
Tapi hanya setan kelas kakap (maradatul jin).
Sementara setan-setan lainnya masih bisa bebas.
Jikalau kita temui dosa-dosa yang dilakukan pada bulan ini, maka itu karena bisikan dari setan-setan kelas biasa tersebut.
Terlepas dari berbagai pemaknaan kalimat tersebut, alangkah baiknya jika kita senantiasa meningkatkan ibadah pada bulan yang agung ini sebagai upaya mendekatkan diri kepada-Nya.(*)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Mengapa Masih Ada Kemaksiatan di Bulan Ramadan padahal Setan Dibelenggu, Ini Penjelasannya