Human Interest Story

Kisah Pemuda Tanpa Kaki Jualan Makanan Keliling, Acep: Lakukan Apapun yang Penting Halal

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Acep Yunus Imanudin

TRIBUNJATENG.COM -- Hampir tiap hari Acep pemuda asal Tasikmalaya ini menarik kotak berisi dagangan camilan. Dia menarik pakai tali yang diikatkan di badannya. Sedangkan tangan digunakan untuk melangkah menggantikan tugas kaki, yang tak dia punyai.

Terik sinar matahari sangat menyengat. Deru-debu beterbangan. Hiruk pikuk para pelintas jalan, dan suara gerung kendaraan bermotor yang hilir-mudik bersahut-sahutan di jalan aspal.

Di tengah kondisi itulah, seorang lelaki benama Acep Yunus Imanudin (25 tahun), penyandang difabel, tanpa kedua kaki, tetap gigih mencari nafkah.

Acep sapaan Acepinus Imanudin, warga Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia mengikatkan tali penghubung untuk menarik kotak ukuran relative besar berisi, kira-kira 50 x 50 centimeter, berisi barang-barang sebesar kurang lebih 20 kilogram.

Kotak itu berisi aneka makanan kering, sebagai dagangan. Bukan ditarik menggunakan tangannya seperti orang normal, tali pada kotak itu diikatkan ke badannya.

Lalu kedua tangan berfungsi melangkah, mengganti tugas kaki yang tiada sejak ia lahir. Kegiaan jualan dia lakukan di Kota Bandung.

Acep memilih jualan makanan ringan dalam boks plastik dan ditarik badannya, ternyata punya misi mulia.

Ia ingin tindakannya itu jadi bahan renungan, betapa yang difable (singkatan dari different ability – kemampuan berbeda) saja bisa berusaha keras. Apalagi manusia yang memiliki tubuh normal. Jangan pernah malu punya usaha apa pun, yang penting halal.

"Usaha saya sebenarnya di Tasikmalaya. Saya biasa jualan keliling dengan cara seperti ini. Sama seperti pedagang lainnya, kadang laku banyak kadang juga sepi," ujar Acep ditemui Tribun Jabar, di rumahnya di Kampung Aboh, Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, Minggu (10/5).

Acep mengungkapkan, dia tidak pernah merasa minder dengan kondisi tubuhnya yang tak memiliki kedua kaki. Ia pun mau berusaha keras demi mencari nafkah, tidak lagi menjadi beban orangtua.

"Tapi saya lihat, banyak pemuda dengan tubuh normal menganggur. Mereka seperti tidak punya daya juang untuk hidup mandiri," kata Acep yang sehari-harinya jualan makanan ringan itu.

Acep memang kerap mangkal di Alun-alun Kota Bandung untuk berjualan. Namun ketika sepi pembeli, pemuda berusia 25 tahun itu kerap memutuskan berkeliling dengan kedua tangannya untuk menjajakan makanan.

Sudah lima tahun lalu Acep memutuskan berjualan makanan ringan secara keliling. Keputusan itu diambilnya setelah menyaksikan sepasang suami istri difabel yang gigih berjualan keripik meski dalam kondisi keterbatasan fisik.

Selain mencari nafkah, Acep punya misi mulia. Ia ingin apa yang dilakukannya menjadi bahan inspirasi bagi sesama. Yang difabel saja bisa mencari nafkah, apalagi yang memiliki tubuh sempurna.

"Saya kemudian memutuskan jualan di Kota Bandung. Banyak juga ternyata yang membeli dagangan saya. Mudah-mudahan tindakan saya itu dijadikan suri telandan bagi yang lain. Tidak hanya yang memiliki tubuh sempurna, tapi juga disabilitas seperti saya," kata Acep.

Hidup tanpa dua kaki, dan pergerakan ditopang tangan, Acep tetap bersemangat menyusuri pinggir jalan aspal di siang hari. Acep mengaku tiga kali dalam sepekan menempuh perjalanan dari Kota Tasikmalaya ke Kota Bandung, Jawa Barat, berjarak kurang lebih 115 kilometer.

Ia berjualan di Kota Bandung.

Kegigihan sepasang suami istri itu disaksikannya di Youtube. Pria yang sudah lahir tanpa kedua kaki itu pun akhirnya bangkit dan memutuskan untuk melakukan hal serupa.

"Akhirnya saya coba-coba jualan di sekitaran Tasikmalaya. Seiring berjalannya waktu saya jualan hingga Bandung," ungkapnya.

Awalnya Acep sempat kesulitan menemukan alat agar barang dagangannya dapat dibawa di tengah keterbatasan fisiknya.

Sebuah kotak yang dibuat dari papan kerap jebol karena tidak kuat menahan beban barang dagangannya yang dibawanya secara ditarik.

Hingga akhirnya ia menemukan sebuah kotak yang dimodifikasinya dengan beberapa roda. Kotak itu yang kerap dibawanya berjualan berkeliling ke beberapa wilayah di Jawa Barat.

Kotaknya sering jebol. Hingga akhirnya sebuah video yang diambil beberapa bulan lalu viral di media sosial awal Mei 2020. Acep pun bersyukur dengan video yang viral dan bantuan pria tersebut.

"Dari dulu memang saya mengimpi-impikan punya motor roda tiga. Alhamdulilah ternyata Tuhan jawab doa saya sekarang ini," ujar Acep. Pria yang juga pernah ikut Indonesia Got Talented itu ingin para difabel tidak patah arang dengan kekurangan fisik yang dialami.

Menurutnya Tuhan tidak akan memberikan kekurangan tanpa memberikan kelebihan untuk menghadapi kekurangan tersebut. Ia juga ingin masyarakat Indonesia yang mampu agar dapat gotong royong membantu para difabel dalam kehidupan. "Kita contoh semut.

Selemah apapun semut mereka bisa kuat karena saling membantu dan gotong royong. Saya rasa manusia juga bisa bertahan kalau mau meniru gotong royong semut," kata Acep berpesan.

Dalam waktu dekat ada dermawan bernama Fahmi akan memberikan motor roda tiga untuk Acep. Fahmi tergugah setelah melihat video Acep berjualan.

Rencananya kado itu juga akan menjadi kado terindah di pernikahan Acep. Pasalnya, Fahmi mendengar informasi Acep akan menikah usai Idul Fitri 1441, akhir Mei nanti.

"Jadi nanti kami sekeluarga akan datang ke kampung Acep dan memberikan kado pernikahan tersebut," janji Fahmi. (tribun network)

Berita Terkini