Berita Semarang

Kisah Tukang Sapu Jalanan Semarang, Tertabrak Pemotor hingga Dijambret

Penulis: Reza Gustav Pradana
Editor: m nur huda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sugiyanto menyapu jalan di persimpangan Jalan KH Agus Salim dan Jalan Pekojan, Semarang Tengah, Kota Semarang, Sabtu (4/7/2020) pagi.

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Para penyapu jalan atau tukang sapu jalan merupakan satu di antara petugas yang menjaga wajah kota agar tetap tetap bersih dari debu dan sampah berserakan.

Jam kerja mereka berbeda dengan jam kerja pada umumnya atau jam kantor, di mana penyapu jalan mulai bekerja saat matahari belum terbit.

Saat sebagian orang-orang masih tertidur lelap, mereka yang biasanya tampak mengenakan seragam berwarna oranye, merah atau hijau itu sudah melakukan tugasnya di sepanjang jalan, serta harus berdamai dengan dinginnya pagi.

BREAKING NEWS: Penangkapan Oknum 4 Porter Stasiun Tawang Semarang Curi Paket Barang

Tak Pernah Dipublish, Suami Pertama Nikita Mirzani Masih Berikan Supportnya

Biodata Sandrinna Michelle, Pemeran Wulan di Sinetron Dari Jendela SMP

Viral Detik-detik Pria Curi Celana Dalam yang Digantung di Jemuran, Netizen: Untuk Penglaris

Itu sebabnya tampilan kota selalu terlihat bersih pada pagi hari saat orang lain melintas di jalan ataupun melakukan aktivitas di luar.

Meskipun demikian, setiap pekerjaan tentunya memiliki risiko masing-masing.

Begitu pula dengan pekerjaan tukang sapu jalan atau penyapu jalan.

Di Kota Semarang, Jawa Tengah, Tribunjateng.com merangkum beberapa keluh kesah, cerita kejadian dan risiko yang pernah dialami oleh para tukang sapu jalan.

Diungkapkan oleh Hendro (40), penyapu jalan yang biasanya bekerja di seputaran Bundaran Taman Diponegoro atau Jalan Taman Diponegoro.

Ia berangkat berjalan kaki dari rumahnya di daerah Gombel Lama hingga bundaran tersebut sebelum matahari terbit.

Hendro mengaku kerap kali hampir terserempet pengendara motor saat suasana jalan masih gelap.

Bahkan suatu kali ia pernah tertabrak pengendara motor hingga terjatuh dan tak sadarkan diri usai mengalami luka di kepala.

Ia harus dilarikan ke rumah sakit terdekat yakni RS Elisabeth.

Kejadian itu dialaminya saat menjelang Lebaran 2018 lalu dan masih benar-benar diingatnya hingga kini.

“Paling bahaya kalau menyapu di tengah jalan karena biasanya waktu pagi-pagi, orang (pengendara) masih suka ngebut,” ujarnya saat ditemui, Rabu (24/6/2020) dini hari.

Ia berharap bahwa pengendara yang melintas bisa lebih berhati-hati.

Lampu penerangan jalan di kawasan itu juga menurutnya perlu ditambah agar tidak terlalu gelap, sehingga keberadaan penyapu jalan bisa terlihat jelas oleh para pengguna lalu lintas.

Kejadian yang sama juga dialami oleh Didik (40), yang tertabrak pengendara motor di Wilayah Pudakpayung atau Jalan Perintis Kemerdekaan Banyumanik hingga mengalami patah kaki, beberapa waktu lalu.

Bahkan, Didik harus berhenti menjadi tukang sapu semenjak luka yang dialaminya tersebut.

Selain risiko atau insiden terkait arus lalu lintas, tukang sapu lain juga khawatir jadi korban kriminalitas misalnya pencurian atau penjambretan.

Terlebih lagi, jalan-jalan yang masih sepi memudahkan para pelaku untuk melakukan aksinya.

Peristiwa penjambretan baru-baru ini dialami oleh seorang penyapu jalan bernama Sugiyanto (50).

Ia merupakan seorang warga Bangetayu Wetan, Genuk yang biasa menyapu di daerah Jalan KH Agus Salim, Semarang Tengah.

Penjambret seketika merenggut ponsel milik Sugiyanto di Jalan KH Agus Salim, tepatnya di persimpangan menuju Jalan Pekojan, Jumat (3/7/2020) kemarin.

Saat itu Sugiyanto baru saja selesai menyapu jalan di sekitar wilayah tersebut pada sekitar pukul 07.00 WIB pagi tadi.

Ia kemudian duduk di sebuah kursi dan mengeluarkan ponselnya untuk mengirim laporan foto pekerjaannya sebagai absensi hariannya.

“Tiba-tiba ada pengendara motor berboncengan melaju kencang dari arah Jalan Pekojan lewat dan nyenggol saya.

Baru sadar kalau ternyata handphone saya sudah dibawa mereka dan kabur,” ungkap Sugiyanto ketika ditemui Tribunjateng.com di rumahnya.

Ia kemudian mencoba mengejar pelaku menggunakan sepeda motornya.

Namun, kata dia, pelaku melaju terlalu kencang sehingga tak terkejar.

“Yang saya ingat mereka menggunakan motor Mio berwarna hitam.

Namun saya tidak bisa membaca pelat nomornya,” tambah Sugiyanto.

Sugiyanto pun kemudian menyerah dan melapor ke kantor polsek setempat.

Ketika Tribunjateng.com menyambangi Kantor Polsek Semarang Tengah, sejumlah anggota di sana mengaku tidak menerima laporan tersebut.

Sugiyanto mengaku telah merelakan ponselnya tersebut dan menyerahkannya kepada pihak berwajib.

“Saya ikhlas saja, barangkali (pelaku) membutuhkannya atau cara mencari uangnya seperti itu, saya serahkan kepada polisi,” pungkasnya. (tribunjateng/rez)

Wabup Pati Safin Harapkan Masuknya Investor untuk Bangun Industri Penunjang Sektor Perikanan

Prediksi Manchester United Vs Bournemouth Liga Inggris, H2H, Line Up dan Link Live Streaming Mola TV

Fitri Salhuteru Nasehati Jessica Iskandar Tak Cari Masalah dengan Nikita Mirzani

Berita Terkini