TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Wajah Rukani tampak kaget saat melihat rombongan petugas KPU Demak datang ke rumahnya.
Ia bertanya kepada salah seorang petugas, ada keperluan apa datang ke rumahnya.
Lantas satu Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) menjelaskan kepada Rukani maksud kedatangan mereka.
• Punya Kebiasaan Begadang dan Makan Mie Instan, Pria Ini Divonis Menderita 16 Penyakit Sekaligus
• Awalnya Diremehkan karena Badan Lebih Kecil, Selanjutnya Militer AS dan Eropa Kaget Kekuatan TNI AL
• Kabar Terkini Achmad Purnomo Setelah Positif Covid-19: Ini Malah Mau Renang
• Baru Pertama Bertemu Rizky Billar Langsung Punya Panggilan Sayang untuk Lesti
Budi Kiswanto, nama PPDP itu, mengatakan kepada Rukani, dirinya beserta rombongan hendak melakukan pencocokan dan penelitian (coklit) data pemilih.
Rumah yang terletak di Dukuh Rejosari, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak menjadi satu-satunya rumah yang didatangi petugas.
Pasalnya, dukuh yang pernah dihuni ratusan rumah itu kini sepi.
Satu per satu penghuninya pergi, menyisakan Rukani beserta istri dan kedua anaknya.
Kendati bertahan di dukuh yang sudah ditenggelamkan abrasi, Rukani enggan menyusul tetangganya pindah tempat.
Ia memilih bertahan di rumah sederhananya.
"Saya sudah tekad tinggal di sini sampai mati," katanya kepada Tribunjateng.com, Sabtu, (25/7/2020).
Ia mengaku sudah sering mendapat tawaran berpindah dan berganti pekerjaan.
Namun ia menolak, sebab ia hanya bisa menjaring ikan.
Maka dari itu ia sangat berat meninggalkan rumahnya yang dekat dengan laut.
Kondisi rumah Rukani memang dikelilingi air laut.
Bagian belakang rumahnya terdapat beberapa perahu yang ia jadikan mencari ikan.