Ia berharap dengan hal itu Aisyah bisa sembuh.
"Wah sudah tidak bisa dihitung biaya yang dikeluarkan untuk mengobati Aisyah.
Banyak dukun dicoba, di rumah sakit juga, kontrol, tapi belum membuahkan hasil," urainya terbata-bata.
Kegiatan Aisyah sehari-hari, menurut Saelah, hanya tiduran di kamarnya.
Ia pun hanya ditemani televisi yang dihidupkan untuk memecah kesunyian.
Terkadang Saelah dan Ramlan bergantian mengangkat tubuh Siti Aisyah ke depan di pagi hari agar tubuhnya mendapatkan sinar matahari pagi.
Sementara Saelah dan Ramlan juga bergantian menemaninya di rumah.
Ramlan yang bekerja serabutan, dan Saelah yang kini dirumahkan padahal sudah mengabdi bekerja di salah satu pabrik di Kabupaten Semarang sejak 1993, menurutnya turut memperparah keadaan keluarga tersebut.
"Kadang badannya bisa kaku sekali, terkadang juga bisa sangat lemas seperti tak ada tulangnya," paparnya.
Aisyah juga menurutnya tak dapat memberikan kode kepada orangtuanya di saat lapar dan haus.
Berdasarkan perkiraan, Saelah setiap hari memberi makan bubur ke Aisyah tiga kali sehari.
"Pokoknya saya hitung saja, makan tiga kali sehari pakai bubur Sun.
Kalau mulutnya bergerak gerak, itu saya perkirakan sedang lapar," jelasnya.
Ia pun menjelaskan, cobaan semakin menjadi-jadi saat Siti Aisyah mengalami pengelupasan di kulit di sekujur tubuhnya.
Ia menjelaskan, kulit Aisyah mulai mengelupas tiga bulan lalu.