Korea Utara dalam beberapa bulan terakhir telah memutuskan hampir semua kerja sama dengan Selatan.
Hal itu dilakukan di tengah kebuntuan dalam negosiasi nuklir yang lebih besar antara Washington dan Pyongyang.
Pasalnya negosiasi tersendat karena ketidaksepakatan dalam pertukaran bantuan sanksi dan langkah-langkah pelucutan senjata.
Korea Utara pada bulan Juni meledakkan kantor penghubung antar-Korea di Kaesong, setelah berbulan-bulan frustrasi atas keengganan Seoul untuk menentang sanksi yang dipimpin AS.
Pada akhir Juli, Kim memerintahkan penguncian total di Kaesong dan meminta negara itu beralih ke "sistem darurat maksimum" setelah Korea Utara melaporkan telah menemukan seseorang dengan gejala COVID-19.
Media pemerintah Korut mengatakan kasus yang dicurigai adalah seorang Korut yang sebelumnya melarikan diri ke Selatan sebelum menyelinap kembali ke Kaesong.
Namun, otoritas kesehatan Korea Selatan mengatakan pria berusia 24 tahun itu belum dites positif di Korea Selatan dan tidak pernah melakukan kontak dengan pembawa virus yang diketahui.
Korea Utara kemudian mengatakan hasil tes orang tersebut tidak meyakinkan dan masih menyatakan bebas virus corona, status yang secara luas diragukan oleh pihak luar.
Dalam email ke The Associated Press News Agnecy minggu lalu, Dr Edwin Salvador, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia untuk Korea Utara, mengatakan sejak akhir Desember, negara itu telah mengkarantina dan membebaskan 25.905 orang, 382 di antaranya adalah orang asing.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Nur)
artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan jdul Korea Utara Cabut Lockdown Covid-19, Tak Sudi Terima Bantuan Meski Tengah Dilanda Bencana Banjir