Pada 2018, McIntyre kembali ke Papua dan kali ini berhasil mendapatkan sampel DNA dari dua anjing yang terperangkap, yang lantas dilepaskan lagi.
Sampel ini dianalisis oleh tim yang antara lain beranggotakan Heidi G. Parker, Suriani Surbakti, dan ilmuwan-ilmuwan lain dari beberapa negara.
Parker mengatakan bahwa analisis menunjukkan anjing bernyanyi ternyata tidak punah, mereka masih bisa ditemukan di alam liar.
Ostrander dan tim penulis mengatakan temuan anjing bernyanyi di alam liar di datara tinggi Papua sangat penting dalam memahami domestifikasi anjing.
Misteri yang belum diketahui oleh para ahli adalah untuk apa sebenarnya lolongan yang berirama yang dikeluarkan anjing-anjing ini?
Apakah ini mekanisme pemberitahuan kepada anggota kawanan bahwa ada bahaya misalnya?
"Kami belum tahu jawabannya," kata Ostrander dalam wawancara dengan BBC
"Tapi sepertinya bukan sebagai cara untuk memberi tahu bahwa ada bahaya yang mengancam. Kami telah melakukan observasi, anjing-anjing ini mengeluarkan lolongan yang berirama ketika tidak ada bahaya," jelas Ostrander.
"Yang pasti, suaranya sangat berbeda dengan suara anjing rumahan yang biasa kita dengar," katanya.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pernah Punah, Anjing Langka kembali "Bernyanyi" di Puncak Jaya Papua"