Sains

Pulang dari Luar Angkasa, Tubuh Tikus Mutan Jadi Lebih Kekar bak Binaragawan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Tikus

TRIBUNJATENG.COM - Pada Desember tahun lalu, puluhan tikus dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional ( ISS).

Apa yang terjadi? 

Mengejutkan, tubuh tikus mutan ini tampak lebih kekar seperti binaragawan.

Saldo Tabungan Puluhan Nasabah Bank di Pekalongan Mendadak Hilang, Ini Penjelasan Aestika

Irwan Oetama: Selamat Jalan Bapak, sampai Kita Bertemu di Alam yang Lain

Buntut Penyerangan Polsek Ciracas, Tentara akan Dididik Penggunaan Sosmed

Partai Gerindra Masih Tunggu PKS, Bertekad Hadirkan Penantang Petahana di Pilkada Sragen

Tikus berukuran normal (kiri) dan tikus super yang memilki massa otot dan tulang lebih besar (kanan).(SCIENCE ALERT/Se-Jin Lee/PLOS One/2007) (Kompas.com/Istimewa)

Perjalanan luar angkasa yang panjang, seperti misi ke planet Mars misalnya, diperkirakan akan memberikan efek bagi tubuh manusia, salah satunya kehilangan massa otot dan tulang.

Empat puluh tikus hitam betina muda dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), pada Desember tahun lalu sebagai bagian penelitian tersebut.

Tujuan dari misi itu yakni para ilmuwan mencoba mencari tahu cara untuk meminimalisir dampak potensi hilangnya massa otot saat astronot melakukan misi ke luar angkasa.

Seperti dikutip dari Phys, Kamis (10/9/2020) sebelum diberangkatkan ke ISS, peneliti melakukan serangkaian rekayasa genetika pada sejumlah tikus.

Peneliti memberikan obat untuk mempertahankan kepadatan otot dan tulang secara signifikan pada tikus yang disebut sebagai tikus super.

Saat kembali ke Bumi, tikus mutan itu ternyata sama sekali tidak kehilangan massa otot, bahkan sekembalinya dari luar angkasa otot mereka menjadi jauh lebih besar.

Sementara tikus yang tidak mendapatkan obat, kehilangan massa otot dan tulang hingga 18 persen.

Meski jadi solusi bagi perjalanan luar angkasa, perlu banyak tahapan lagi yang harus dilakukan sebelum mengujinya pada manusia tanpa efek samping yang serius.

Dr Se-Jin Lee dari Jackson Laboratory di University of Connecticut School of Medicine yang merupakan pemimpin tim peneliti menyebut langkah selanjutnya adalah mengirim lebih banyak lagi tikus ke luar angkasa dengan durasi lebih lama lagi.

Melansir Science Alert, percobaan pada tikus ini pun dapat menjadi alternatif untuk mengurangi efek perjalanan luar angkasa dalam jangka panjang.

Sebab, mikrogravitasi memiliki efek buruk bagi manusia di Bumi.

Bagi astronot yang kembali setelah berbulan-bulan di luar angkasa memerlukan waktu sekitar dua jam sehari untuk memulihkan kepadatan otot mereka.

Halaman
12

Berita Terkini